Wednesday, November 18, 2009

melankolia perjalanan

ternyata tidak mudah untuk mengepak 11 tahun hidup saya dan membawanya pergi.


ada rasa gamang yang sangat, setiap kali dia memasukkan buku - buku itu ke dalam kardus. seperti sedang melihat album tua, dengan gambar - gambar di dalamnya. sekian detik terdiam, berusaha mengulang kejadian yang menyertainya. buku, seperti kopi, senja, hujan baginya. setiap potongannya membawa kisahnya masing - masing.

sebelas tahun lalu dia datang ke kota ini, dan semenjak itu dia sudah jatuh cinta. pada pantainya, bau dupa, bunga - bunga yang disematkan di telinga, suara gamelan dan lagu - lagu pujian. dan terlebih dia jatuh cinta pada langit sore ketika matahari hampir tenggelam. berjam - jam telah dihabiskan hanya untuk memandangi langit, hingga pada satu kesimpulan bahwa senja tak pernah sama, masing-masing datang dengan cerita yang berbeda. semakin dia memahami bahwa beberapa hal memang tak bisa dibandingkan, mereka begitu indah dengan segala yang ada.

dia juga jatuh cinta pada kesemrawutan kuta, sekaligus ketenangan dan sunyinya ubud. pada sawah yang masih terhampar menghijau, hingga akhirnya menjelma menjadi bangunan - bangunan angkuh. dia tumbuh bersama segala perubahan yang ada. dia ada disana.

di tempat ini pula dia untuk pertama kalinya jatuh cinta pada seorang lelaki. lalu berkali - kali. patah hati, berseri - seri, lalu jatuh, dan bangun lagi. dan dia tak pernah jera untuk terus mencoba. sekali pernah disakiti, atau menyakiti. meninggalkan pergi, atau ditinggalkan pergi. semua punya cerita. dan pelajaran di dalamnya.

sudah lama dia berdamai dengan kenangan, yang pada akhirnya terlihat seperti potongan cerita, tak lagi indah atau menyedihkan. karena sesekali membangkitkan masa lalu, yang dia rasakan adalah lucu. menggelikan ketika ditengoknya melalui kacamata yang lebih dewasa. mungkin hari inipun nanti juga akan begitu.

namun, mengemasi setiap potongan yang mengingatkan dirinya akan semua itu, dan bayang - bayang akan tempat yang nanti dia tuju, mau tak mau menciutkan hatinya. nanti, nanti dia akan memulai semua lagi. sama seperti ketika sebelas tahun lalu dia memutuskan pergi untuk ke tempat ini. yang berbeda adalah, dia tak lagi sendiri.

Monday, November 09, 2009

selamat ulang tahun, ya..

dari pertama saya melihatnya, saya merasa tidak aman. saya takut jatuh cinta.


karena pada saat itu, cinta buat saya adalah sesuatu yang penuh dengan segala tanggung jawab dan konsekuensi. hadir sepaket dengan kecemburuan, sakit hati, dan pada akhirnya, kerelaan untuk melepaskan ketika ditinggal pergi. bukan hanya soalan patah hati, tapi menumbuhkan harapan ternyata sama sulitnya. dan kala itu, saya belum siap untuk semuanya.

saya masih ingat jelas pertemuan pertama dengannya. lelaki tak banyak bicara kecuali matanya yang terus-terusan bergerak ketika ada makhluk cantik berseliweran di depannya. dengan kemeja lengan panjang yang lengannya terlipat, kemeja yang kelak saya sadari sangat saya tidak suka, dan terus - terusan protes ketika dia memakainya. pertemuan dengan segelas cappuchino, dan pembicaraan yang tak banyak, kecuali lagilagi, mengomentari wanita - wanita cantik yang ada disana. saya? tak masuk hitungannya kali itu. atau entah kalau hanya dirasa dalam hati saja, karena selanjutnya saya tau, dia adalah lelaki yang sedikit angkuh untuk memuji.

dan pertemuan esoknya pun masih tak jauh beda. masih saja saya yang banyak berbicara, tentang apa saja. lagi-lagi dengan segelas kopi. dia bukan orang yang suka membicarakan dirinya, hidupnya. maka sampai saat itupun saya tak tau banyak, yang saya tau, saya menyukai berada bersamanya. perasaan yang jarang saya rasakan, ketika pertama kali berkenalan dengan seseorang.

mungkin karena perkenalan kami tanpa ekspektasi. meskipun kami berdua berada pada lingkungan yang sama, tapi kami memang tak pernah bersentuhan. saya hanya tau namanya, dan kukira diapun sama. sampai malam ketika seorang teman memperkenalkan kami berdua. dan saya bersyukur dengan ketidaktahuan saya akannya, karena terkadang apa yang ditampilkan dunia maya adalah semu belaka.

sekian lama dari pertemuan itu dan ternyata saya masih bersamanya. lelaki yang semakin saya mengenalnya, semakin membuat saya terpesona. tak hanya hadir dengan kesabaran yang sungguh luas untuk menghadapi saya yang sungguh keras kepala, melainkan juga ketidakromantisan yang terkadang begitu menyebalkan, meski pada akhirnya menyadarkan bahwa hidup memang bukan penggalan dongeng dimana semuanya sempurna. lelaki dengan kejutan - kejutan yang mengagumkan, bukan hanya soal masa lalu dimana akhirnya hanya akan menjadi pelajaran, tapi juga dengan masa depan yang telah dia usahakan.

lelaki yang ternyata tidak hanya mampu membuat saya jatuh cinta pada perkenalan pertama, melainkan juga ketika pertemuan-pertemuan berikutnya. lelaki yang hari ini menggenapkan usianya, dan juga menggenapkan hidup saya.

lalu adalah lelaki, berhati seluas samudra dengan garis kesabaran seperti fatamorgana. yang datang selepas hujan ketika bau tanah basah masih tersisa. menikmati kopi tanpa gula, tanpa sebuah penghianatan. pejalan dari pulau ke pulau, sebelum akhirnya menetap di ibukota. hidup baginya adalah malam, ketika segala topeng telah ditanggalkan, dan kota lebih manusiawi dari biasanya.

Saturday, November 07, 2009

merindukan nanti

ada satu moment dimana aku begitu merindukan saat-saat itu.

berjinjit - jinjit menahan sakit pada telapak kaki ketika menyentuh batu karang, dan duduk bersimpuh beralaskan butiran pasir kasar, sambil kita bercengkerama. saling berpandangan ketika kita melihat kelucuan, lalu terbahak - bahak setelahnya. mengabadikan setiap potongan menjadi gambar di kamera, meskipun tentu saja lebih banyak gambarmu -karena kamu penderita narsis yang sudah mencapai taraf menghawatirkan-. belajar mengambang telentang sambil melihat langit biru, dan ketika berhasil melakukannya tak sadar kita teriak kegirangan, yang justru akhirnya menenggelamkan badan kita lagi. lalu kita akan menjerit - jerit bahagia, mencoba lagi, tenggelam lagi, dan kita mengambang!!! -meski sebelumnya kita sudah sempat sakit tenggorokan karena banyak sekali menelan air laut- melihat matahari tenggelam dengan tenangnya diujung sana, lalu kita menghayalkan, seandainya saja kita tinggal di negeri senja.

dan moment itu adalah saat ini. ketika mungkin hal - hal seperti itu menjadi mewah sekali.

Tuesday, November 03, 2009

society

purnama kedua untuk kita, seharusnya bersama.

tapi malam ini aku disini, sendiri. ah, sesungguhnya tidak benar-benar sendiri. ada puluhan orang di lapangan ini, sambil menikmati makan malam. diterangi lampu taman yang temaram, yang semakin tenggelam oleh purnama ketika mendekati sempurna.

gelas - gelas wine, beer dan tawatawa tak berjeda, dunia begitu bahagia, bukan?

tidakkah ini seperti cerita lama, ketika keriangan justru membuat kita asing, sayangku? gelak tawa dan segala sendau gurau itu terasa palsu, tidakkah kamu merasa begitu? bahwa terkadang tawa bukan berarti lucu, apalagi jika topeng - topeng cantik dan tampan itu tersibakkan dan menyisakan wajah - wajah busuk mengerikan. ketika borok tertutupi oleh senyum - senyum penuh kemunafikan. dan keakraban tak lebih dari basa - basi usang, ketika kita tahu, sayangku.. bahwa dibelakang semua adalah tikaman menyakitkan.

sekumpulan orang - orang ini menyesakkanku. seperti drakula yang menghisap habis darah mangsanya, mereka seakan tak ingin menyisakan satu molekul udarapun untukku bernapas. kemunafikan mereka begitu melelahkanku. bertahan tanpa melakukan apapun ternyata begitu menguras tenaga. bukannya tak bisa, tapi buat apa? karena kita tak seperti mereka. pesakitan.

dan seharusnya kamu disini, inginku begitu. karena ketika denganmu, peduli setan dengan semua itu.

sometimes, those people take so much of our life. and rest nothing, or less.