Wednesday, March 26, 2014

hujan yang menghangatkan

sudah lewat dari tengah hari, tapi cuaca di luar hampir menyerupai maghrib. dengan suasana yang hampir remang, karena mendung menggantung dengan tebalnya. kupikir, sebentar lagi akan hujan. dan seorang teman kantor, perempuan mengagumkan, baru saja berbagi playlist yang akan membuat suasana seperti ini, menjadi begitu sempurna.


bukankah ini yang kita butuhkan? sesuatu yang menyenangkan untuk membuat hujan yang kukira akan turun sebentar lagi, menjadi sesuatu yang menghangatkan. segelas kopi mungkin, atau sebuah buku untuk melengkapi. atau sederhana, hanya deretan lagu yang ada disitu.

perasaan hangat ini, belakangan menjadi hal yang seringkali kurasakan. entah ketika mendengarkan lagu yang bahkan judulnya pun tak aku tahu, membaca status facebook seorang teman yang sudah jarang bertemu, atau ketika membaca kabar baik tentang negeriku.

kukira, rasa hangat yang mengalir itu..adalah rasa bahagia. dan kukira, belakangan memang aku menjadi mudah bahagia. lebih bisa menghagai sesuatu tanpa bertanya ada apa di baliknya, menerima semua kejadian begitu saja, tanpa banyak prasangka.

bukankah lebih baik begitu? karena lagi-lagi aku percaya, bahwa segala sesuatu memang mempunyai alasan, apapun itu. dan dengan tahu apa alasannya, tak selalu baik buatku.

some things are better served just as it is.

Friday, March 14, 2014

Resep - Nasi Bakar Peda


Ikan asin never fails me!

Ikan asin jenis apapun diolah bentuk bagaimanapun, selalu sukses membuat saya makan banyak, dan selalu menggagalkan diet. Tapi namanya juga doyan, pada hari-hari tertentu dimana saya berniat membabi buta memakan apa saja, saya sempatkan untuk memasak ikan asin sebagai salah satu menunya. Kayaknya gini : rugi banget makan banyak tapi ngga nikmat! Dan ikan asin adalah sumber kenikmatan! Hahaha.

Jadi begitulah alasan kenapa akhirnya saya buat Nasi Bakar Peda ini. Mirip-mirip nasi goreng, tapi rasanya lebih juara! Yah, sebanding lah dengan repot waktu membuatnya. :D

Saya suka otka-atik resep, dan akhirnya ini adalah resep nasi bakar paling pas menurut saya.

Bumbu - bumbu :

  • 10 siung bawang merah - iris tipis
  • 5 siung bawang putih - iris tipis 
  • 10 cabai rawit (tergantung selera) - iris tipis
  • 1/4 kg ikan peda (atau 3 ekor) - digoreng, diambil dagingnya. 
  • 2 potong oncom (hmm..biasanya sih saya beli seharga 2rb, dipotong dadu) 
  • 2 genggam daun melinjo ( atau kalau beli 2rb juga, diambil yg muda ) 
  • 1 ikat kemangi - diambil daunnya 
  • 1 jeruk nipis - diambil airnya 
  • garam secukupnya 
  • 15 lembar daun salam 
  • 3cm lengkuas dipotong tipis
  • Duan pisang untuk membungkus 
  • Nasi putih 6 - 7 porsi 
  • Minyak untuk menumis bumbu. 
Cara memasak : 
  1. Tumis bawang merah, bawang putih dan cabai.
  2. Setelah matang masukkan ikan peda, oncom, daun melinjo, daun kemangi dan perasan jeruk nipis. Tambahkan garam .& lengkuas
  3. Masukkan nasi putih, aduk hingga rata. 
  4. Bungkus seperti lontong menggunakan daun pisang. Setiap bungkusan alasi daun salam. Kukus sebentar kurang lebih 10 - 15 menit. 
  5. Angkat dan bakar ( bisa gunakan wajan anti lengket kok, sampai daunnya gosong ) 
Catatan : 
  • Sebelumnya bumbu saya uleg, ternyata diiris lebih pas. Rasanya tidak terlalu tajam tapi tetap berasa. (errrrr.... ) 
  • Daun salam sengaja tidak saya campurkan ke nasi dan hanya jadi alas. Karena nasinya sendiri sudah penuh dengan daun melinjo , takutnya agak sulit membedakan. 

Monday, March 10, 2014

memilih sekolah



Jeng jengggg!

Ghandar sudah mau 4 tahun bulan depan! sejak usianya lewat 2 tahun, sepertinya pertumbuhannya tidak terlalu berasa dan tau-tau ini anak udah mau 4 tahun saja, terutama buat emaknya. Mungkin karena perkembangan motorik kasarnya sebagian besar sudah dicapai di usia 2 tahun, jadi setelahnya lebih banyak perkembangan emosi dan komunikasi, which is tidak terlihat kasat mata. Hmmm, berasanya sih ini anak jadi lebih ngeyelan kalau berargumen, dan sudah tidak bisa disuruh semena-mena, semua harus ada alasan. Hahaha.

4 tahun, maka tibalah kegalauan kami orang tua untuk..memilih sekolah untuknya! Tahun ajaran baru Juli nanti usia ghandar akan masuk 4 tahun 3 bulan, katanya di usia ini anak sudah bisa masuk TK. Jadi begitulah, kami memutuskan untuk survei ke beberapa TK yang jaraknya masih masuk jangkauan dari tempat tinggal.

Dulu alasan saya dan suami untuk membeli rumah di Depok salah satu pertimbangannya adalah masih banyak sekolah bagus dan terjangkau dari jarak dan biaya. Tapi ketika sudah saatnya cari sekolah, ternyata bagus dan terjangkau (biayanya) saja tidak cukup menjadi pertimbangan. Mungkin juga karena saking banyaknya sekolah yang bagus-bagus, akhirnya yang ada kami malah bingung.

Sekolah A, agamanya bagus, tapi doktrinnya agak menghawatirkan. Sekolah B, melatih anak mandiri dengan active learning , tapi motorik halus dan emosinya kurang terasah. Sekolah C, terlalu bertumpu pada akademis. dan seterusnya, dan seterusnya. Bisa ngga sih yang bagus-bagus dari sekolah itu diambil dan dikumpulkan di satu sekolah? You wish!

Pada kenyataannya memang tidak ada yang sempurna, sesuatu pasti terdiri dari strength and weakness, dan sekali lagi, ideal itu hanya ada di angan-angan! Hahaha.

Dan kalau sudah bingung begini, akhirnya kembali ke Hirarki Nilai Keluarga-nya Mba @AlissaWahid . Hirarki nilai keluarga ini semacam obat jamu deh buat saya dan suami. Untuk fokus ke tujuan keluarga sekaligus membentengi diri dari godaan-godaan menggiurkan promosi sekolah-sekolah itu :D

Jadi, berdasarkan prioritas keluarga kami, akhirnya kami membuat kriteria-kriteria dalam memilih sekolah, disempitkan menjadi 4 saja, yakni :

  1. Jarak, ini yang paling penting. Kami tidak ingin anak terlalu lama di perjalanan, kelelahan atau stress, sehingga ketika sampai di sekolah, sudah tidak bersemangat. 
  2. Sekolah yang plural. Kami ingin  anak mengenal perbedaan-perbedaan sejak dini dan menghargainya, karena sampai dia tua nanti dia akan dihadapkan pada perbedaan-perbedaan. 
  3. Sekolah yang memberikan kebebasan ke anak untuk bersuara / active learning. Memupuk rasa percaya diri anak ini susah-susah gampang. Kebablasan anak bisa jadi sombong, kurang anak bisa minder. Tapi untuk public space , dalam hal ini sekolah, saya inginnya yang bisa membuat ghandar pede untuk bersuara / melakukan sesuatu. Kalau kepedean, nanti biarkan kami orang tuanya yang ngerem. 
  4. Sekolah yang bahasa pengantarnya adalah bahasa Indonesia. Atau kalau mengajarkan bahasa asing, itu adalah ekstra kulikuler atau tambahan. Saya ingin Ghandar bisa berbahasa Indonesia lebih baik dari saya. 
4 kriteria itu tentu bagi setiap orang berbeda, dan tentu bukan yang paling sempurna. Tapi, itu cukup sesuai dengan , lagilagi, hirarki nilai keluarga kami. Dan syukurlah, akhir bulan lalu ghandar sudah diterima di sekolah yang setidaknya memiliki 4 kriteria itu. Untuk kriteria-kriteria lain seperti pelajaran agama, kemampuan akademis, perkembangan emosi dll , adalah tugas orang tua untuk melengkapi bukan? 

Pas trial kemarin sih, sepertinya oke. Kelompok anak-anak di kelas itu sangat welcome  dengan anak baru, bahkan aktif. Mereka mengajak siapa saja bicara, tidak hanya Ghandar, tapi juga emaknya. Dan buat saya ini menarik. Ghandar agak2 introvert atau solitaire, jadi saya perlu bantuan lingkungan lain, yakni sekolah, yang bisa menstimulus interaksinya dengan orang lain. Setidaknya membantunya berkomunikasi dengan baik, karena komunikasi adalah hal penting untuk bekalnya kelak.

Wish us luck!