Friday, May 30, 2008

tentang menyiapkan perjalanan

udah, jangan sedih. perjalanan tak akan terhenti sampai disini kok. kita masih akan tetap beriringan, hanya saja mungkin tak lagi bergandengan tangan. karena jarak terlalu lebar terbentang, sedang lengan hanya sepanjang jangkauan. pun keinginan untuk mengusahakan sudah hampir kehabisan, sehingga yang ada hanya sisa - sisa kenangan.

iyah, perjalanan tak berhenti disini. karena aku harus menyusun apa yang sudah terserakkan untuk membuatnya utuh kembali. beberapa potongan puzzle terlupakan, karena begitu asyiknya aku dengan hubungan kita yang kukira menyenangkan. dan karenanya aku harus menebusnya, untuk kembali menyatukan. hidup kubilang.

lalu, apa yang sudah kamu siapkan? sini, kubantu kamu untuk merapikan. sepotong baju hangat untuk musim dingin, dan kertas kertas untuk mencatatkan musim semi yang akan datang. pun remahan roti untuk menuntunmu pulang. jangan lupa membawa peta, tentang negeri segala mimpi, dan kompas, untuk mengingatkanmu akan jalan menuju ilahi.

ah, tak usahlah lagi kurisaukan. kukira kita ini adalah manusia - manusia yang tahu apa yang harus dilakukan. masa suram ketika aku duduk di pojokan, sambil kukatanyakan kemana aku harus berjalan, sudah terlewatkan. luka sudah terlalu nanar untuk bisa dirasakan. keikhlasan, untuk menerima itu sebagai suatu jalan. apa yang kamu tertawakan? kerapuhanku dan ketololan setelah berbulan-bulan? tak apa, lebih baik aku begitu, daripada aku berdiam pada kepura-puraan. mengingkari kenyataan.

namamupun perlahan sudah kuhapuskan. entah larut pada air mata yang tumpah, atau embun yang kelam menghitam. lalu menguap bersamaan dengan pagi yang datang. kesakitan yang berlebihan, membuat tawar sebuah arti kesedihan.

perjalanan kali inipun sudah lebih ringan. kukosongkan ransel dari dendam. kebencian yang bersemayampun tak lagi pantas untuk dihiraukan. seperti bayangmu, yang perlahan lenyap ditelan malam.

hidup adalah perkara sejarah yang berulang - ulang.

Wednesday, May 28, 2008

tentang pertemuan kesekian

lelaki itu telah menunggunya. dengan sekotak salad, dia tahu perempuan itu menyukainya. dan pizza. terlalu besar mungkin, jika hanya untuk berdua. diacuhkan saja pesan pendek yang baru saja diterimanya, toh malam ini adalah malamnya.

dan perempuan itu datang sambil menenteng minuman kaleng. dia beli sekaligus empat rasa, karena dia lupa, rasa apa yang lelaki itu suka. ah, tidak. dia tidak lupa, karena memang dia tidak pernah mengetahuinya. apa yang dia ketahui dari lelaki itu, selain namanya. sisanya, tidak ada.

lalu mereka bertemu. tersenyum. diam. lalu tersenyum lagi. saling memandang. lalu tersenyum lagi.

ah, ya. selamat ulang tahun. perempuan itu mengawali membuka suara. lalu keduanya tertawa - tawa. iyah, terima kasih kamu mengingatnya. haha, ingatan adalah kutukan. apa yang kita tidak inginkan, justru ada disana. sedang apa yang ingin kita kenang, sudah tergerus waktu entah kemana.

lalu keduanya tersenyum lagi. kembali diam. tertawa. dan terbahak - bahak.

dua puluh tujuh tahun ya? iyah, tua. tapi, umur khan hanya deretan angka.

ini reuni. pertemuan setelah hm.. empat, enam, sembilan, atau sepuluh tahun yang entah. dan waktu adalah jurang yang dalam, memisahkan tidak hanya ruang, tapi juga rasa yang pernah ada. jadi apa kabarmu?

masih sama. hari ini kita tak harus berpesta bukan?

tentu saja, kita tak lagi anak sma yang bersuka cita, atau sedang dimabuk cinta. kurasa kita sudah menjadi manusia - manusia dewasa. tak lagi memaknai hari kelahiran atas bertambahnya usia. seperti kurva, sekarang mungkin mencapai titik turun, pertanda semakin sedikitnya waktu yang kita punya.

lalu mereka terus berbicara. seperti ingin merangkum waktu dan meringkusnya hanya dalam sekejap saja. selama sekian jam yang mereka punya.

jadi, aku pernah menyakitimu dulu?

nggak, nggak pernah. justru aku yang sering melukaimu.

oya? aku lupa.


dan mereka kembali tertawa - tawa. setelah sekian lama, hanya ini yang ada di ingatan mereka. bahwa yang satu, adalah yang lebih baik untuk lainnya. sehingga tidak ada luka. pertemuan adalah soalan rindu belaka. setelah deretan pesan pendek, dan kiriman bunga pada ulang tahun perempuan itu beberapa bulan sebelumnya. hutang terbayar sudah. tapi bukan karena itu perempuan itu ada disana.

kurasa hidup adalah persoalan karma.

jadi disini mereka sekarang berada. udara tak lagi beku, dan mereka tak lagi kaku. lelaki itu dengan sekotak pizza, dan perempuan yang membawa minuman kalengnya. masih terus berbicara, tentang apa saja.

dua puluh delapan mei, dan aku tak melupakannya.

Friday, May 23, 2008

tentang hidup dan jalannya

semalam saya berbicara pada seseorang, tentang keinginan saya untuk bertemu teman lama. kami berlainan kota, dan saling mengabaripun jarang - jarang. sesekali kami berbicara di kotak maya, bercerita tentang rangkuman kisah selama kami tak bersapa. tentang apa saja, kegelisahannya, kegalauan saya, ketakutan - ketakutan kami, dan yah, kami sangat jarang berbicara tentang hati. dan semalam, saya benar - benar ingin bertemu dengannya. keinginan yang saya bawa, hingga saya terlelap tak beberapa lama.

mungkin sejam setelahnya, handphone saya berbunyi. dan saya melihat namanya di layar ponsel saya. aha, sepertinya semesta mengirimkan signal saya ke dia. sayangnya, saya benar - benar mengantuk. saya tidak ingat apa saja yang kami bicarakan, kecuali bahwa sekarang dia ada di sumba, kapan hari transit di bali, hanya saja dia tak sempat menghubungi saya.

dan pagi ini saya menenerima sms dari dia,

sumba timur itu gersang. saya ga habis pikir ada pohon yang bisa idup di atas tanah sekering ini. tapi saya pikir lagi, idup memang menemukan jalannya sendiri.

ah, iya. hidup memang menemukan jalannya sendiri. dan manusia adalah makhluk yang paling mampu untuk beradaptasi. hanya saja terkadang kita lupa, sejauh mana kemampuan kita untuk bertahan dan sampai ada disini.

selamat akhir pekan, saat nya untuk berbenah bukan? ;)

Wednesday, May 21, 2008

tentang kenapa

apa perlunya tanya, jika jawaban sudah tidak ada lagi artinya.


benar katamu. itu tak akan merubah rasa. terima kasih untuk ada disana, mengangkat telepon saya, mendengarkan saya bercerita, meski pembicaraan kita diawali dengan terbata. kita sudah sangat lama tidak bersua, dan lagilagi memang benar katamu, saya bukanlah perempuan yang gampang menjadi gila.

Tuesday, May 20, 2008

tentang tanya dan jawabannya

ternyata ini tidak hanya tentang aku dan kamu.

tidak tentang percakapan - percakapan panjang dengan desahan kekecewaan yang kuempaskan setiap kali kudengar namanya kau sebutkan. tawatawa diantara perbincangan kalian, meski sesekali masih kudengar namaku kau sebut perlahan. pesan pendek yang terkirimkan, dan kubaca diam-diam sembari berkubang pertanyaan. meski tak juga kutemukan jawaban.

tidak pada kebencian akan kebodohan yang aku kira. kukutuki diriku, kuringkus dalam air mata. kukira, cinta tidak pernah sempurna untuk kita. apa yang salah dari semuanya.

pun tidak tentang pertengkaran pada malam-malam sesudahnya. kata tak pernah cukup mewakilkan rasa, dan gulana tak juga mau sirna. lalu kita akan mengulang lagi hal yang sama, kita siapkan babak baru, cerita usang keesokan harinya. lupa, seolah semua baik-baik saja.

acuhkanlah prasangka, karena memang sepertinya tidak ada apa - apa.

begitulah muasalnya, hingga kutemukan deretan namanya. ini realita. tak lagi prasangka. tidak tentang tanya-tanya. tidak tentang rasa curiga tanpa aku tau apa sebabnya. tidak hanya tentang aku dan kamu, melainkan juga dia. tentang permainan kalian yang membuatku gila.

dan aku disini begitu bodohnya. percaya, bahwa rasa tak pernah berbeda. mengamini setiap doa, agar kita bisa bersama. naifnya. kukira cinta cukup untuk kita. kamu bahagia, dan kalian tertawatawa?

untuk setengah hidupku yang telah kau bawa, tinggalkan saja. telah kusiapkan setengah hatiku untuk kembali membawanya. mengeratkan serpihan, dan membuang kebencian. bukankah telah kudapatkan jawaban, atas segala keraguan. relakan janji, untuk tidak selesai. lupakan rasa, yang ternyata ilusi belaka.

Monday, May 19, 2008

tentang kenyataan

cobalah teguk air laut 8 liter, jika dari tegukan pertama sampai terakhir rasanya masih asin, brarti dunia tetap berputar. (*)


dengan atau tanpa saya. memang dunia tetap berputar sebagaimana biasanya. matahari masih saja bersinar, dan hujan masih saja mengguyur perlahan. seperti pagi ini mungkin. dalam perjalanan panjang kesekian. diantara lamunan. dan sesekali kembali berpijak pada kenyataan.

tidur hanya perkara kapan, sekarang atau nanti akan dibangunkan. dan memang harus tersadar, kembali mengemasi barang bawaan, dan melanjutkan perjalanan. memang harus begitu, lagilagi perkara waktu.

* terima kasih untuk obrolan hari ini. meskipun saranmu konyol sekali.

Thursday, May 15, 2008

tentang maaf (*)

mungkin benar seperti yang kamu katakan, maaf terkadang hanya seperti es krim untuk anak kecil. (**)

manisnya terjilati perlahan, sambil menahan tangis yang belum terempaskan. karena tidak baik menikmati makanan sambil menangis bukan? seperti tak mensyukuri rejeki. itulah merananya air mata, yang selalu bergandeng erat dengan duka, padahal bisa jadi itu karena bahagia. tapi bagaimanapun juga, tangguhkan sebentar, ini mungkin tak akan lama. biarkan sejenak kau diterbangkan, oleh manis yang tak bertahan.

seperti es krim pula, harganya tak seberapa. murah, dan bisa ditemukan dimana - mana. pada pertengkaran sepasang pemuda yang lagi dimabuk cinta, pada tukang sampah yang lalai mengerjakan tugasnya, pada pejabat yang mengingkari janjinya, pada papan pengumuman yang tertempel di seantero bandara. maaf, katanya. maaf dimana-mana. ada disini, ada disana. untuk mendapatkannya, tak lebih dari seribu rupiah saja. tergantung dari kesalahan, seandainya bisa diuangkan, pastilah kita kaya.

seperti es krim. nikmatilah, sampai jilatan terakhir, sebelum air putih menggantikan. karena setelahnya, kamu harus kembali tersadarkan. manis itu tiba - tiba menghilang, dan kamu akan temukan dirimu yang kehausan. lalu kamu akan kembali merengek - rengek, entah menangisi manis yang terlewat, atau sedih yang semakin menguat. seperti itulah kembali pada kenyataan. perih memang, karena luka masih menganga.

dan maaf tak juga membuat semuanya usai.

catatan :
* masih tentang hal yang sama, pada tulisan sebelumnya
** quoted by devari