Saturday, June 21, 2008

tentang kopi

:as

aku tak ingin berkata muluk padamu, tentang kopi. karena kamu tau, seberapa sedikit pengetahuanku akannya. tidak lebih dari gelas-gelas cappuccino, espresso, kopi tubruk, latte, kopi krim. yang terakhir adalah awal dari cerita kita.

ya, kopilah yang ada disela obrolan tentang pekerjaan yang semakin susah saja. tentang kantormu yang penuh ibu - ibu paruh baya dan menyibukkanmu seputar pertanyaan bagaimana menutup file excel, bagaimana mengirim email, dan pertanyaan - pertanyaan yang semakin membuatmu geleng-geleng kepala. bahkan sampai pertanyaan, bagaimana jika kamu membantu mereka mengangkat galon aqua. kesemerawutan yang ternyata membuatmu bertahan.

kopi pulalah yang ada diantara kita, ketika aku mulai mengeluhkan tentang hidupku. berpindah dari satu kantor ke kantor lainnya. meninggalkan kenyamanan yang hanya akan membuatku bosan. katamu, hobiku adalah mengobrak-abrik tananan. lalu kamu akan menyarankanku meminum kopi, setiap kali aku mulai gelisah dan merasa kelelahan.

kopi yang mendekatkan kita.

pernah pada pertemuan kedua, kita harus berpindah beberapa tempat hanya untuk mendapatkan segelas kopi ketika tengah malam mulai menjelang. dulu gerai kopi tak seramai sekarang, dan kita berakhir di gerai dekat persimpangan. menghabiskan 6 jam dengan berbicara dan tertawa - tawa, sampai mbak-mbak penjaga mengusir kita.

insiden itu memalukan ya. untung hanya sekali saja. karena setelahnya kita lebih banyak menghabiskan waktu di tempatku. berbincang berjam - jam sampai bosan tanpa pengusiran. pada setiap kedatanganmu, aku menyiapkan segelas kopi yang berbeda, kecuali campuran cream-nya. kamu menyukai coffee cream, bukan espresso yang nendang, atau kopi tubruk yang terus terang. kamu menyukai kehangatan. dimulai dari segelas kopi instan merek a, lalu merek b, lalu aku mulai meracik kopi sendiri. dan kamu adalah obyek penderita, kelinci percobaan untuk setiap segelas kopi yang aku cipta. enak. begitu jawabmu setiap kali kutanyakan tentang rasanya.

dari kamu aku belajar apa itu esensi kopi. bukan hanya sebatas sesendok kopi, dua sendok gula, dan dua sendok cream. tapi lebih dari itu. karena sesekali kumasukkan 2 sendok kerinduan, 2 sendok rasa senama cinta, 2 sendok kenyamanan, sesendok extra kehangatan, dan kali lain sesendok kesedihan atau beberapa sendok kekecewaan. tergantung pada keadaan. mungkin karena itu ritual minum kopi kita jadi menyenangkan.

bahkan ketika sekian tahun kita tak pernah lagi melakukannya bersama - sama, aku masih jelas mengingatnya. dan semalam, ketika dalam perjalananku ke rumah teman, aku teringat potongan pembicaraan kita beberapa waktu yang lalu. kamu satu - satunya orang yang menyebutku barista. terlalu berlebihan untukku, tapi kuiyakan saja. mungkin sebenarnya perlu kutambahkan, baristamu. karena hanya kamulah yang pernah benar - benar merasakan kopi yang kubuat dengan hatiku.

segalanya memang tak lagi sama. tapi aku tak pernah menyesal kita pernah berpapasan di persimpangan dan sempat berjalan bergandengan tangan. aku pernah menjadi baristamu, dan kamu adalah pelanggan yang setia menunggu di teras rumahku. dan ingatan akan potongan pembicaraan itu, kurasa adalah isyarat, apa yang akan menggenapkan hidupku yang mulai berkarat.

kurasa suatu hari, mungkin kamu akan menemukanku, diantara tumpukan gelas dan bubuk kopi. tak hanya menjadi baristamu, melainkan barista siapa saja, yang sedang mencari jiwanya.

Thursday, June 19, 2008

tentang kota metropolitan

jakarta malam hari tak seburuk siang. mungkin karena topeng - topeng sudah dilepaskan. dan tampaklah wajah - wajah tanpa kepalsuan. ini mungkin sisa - sisa, yang mampu bertahan. murni memang tak pernah mati.

etalasi dengan lampu - lampu besar sudah dipadamkan. pertunjukan telah usai. seperti panggung, gerai yang berserakan seakan menawarkan idelaisme mimpi. tak peduli kepada siapa saja, apa saja. mungkin pada perempuan berkacamata gucci dan bersepatu manolo blahnik, atau pada ibu - ibu peminta yang menggendong anaknya.

kedai kopi buka untuk dua puluh empat jam. segelas seharga sepiring makanan. murah untuk ukuran manusia-manusia cosmopolitan, tapi amit - amit untuk penjaja makanan di pinggir jalan. segelasnya sama dengan dua puluh gelas kopi ketika kita membelinya di mbok-mbok kaki lima.

lampu kota menerangi beberapa sudut yang ingin diterangi. selebihnya, biarkan saja tetap tenggelam dalam keremangan kota. karena disitu mungkin ada luka, yang tak ingin dipertontonkan pada kita.

*catatan ketinggalan. dicatatkan untuk memperpanjang ingatan.
jakarta, 6 juni 2008.

Wednesday, June 18, 2008

tentang waktu

memang hidup adalah bangku sekolah, dengan pembelajaran yang tercecer dimana - mana. bukan soal buku yang membuatmu pintar, tapi kepekaan untuk menangkap sebuah penanda, lalu memaknainya.


untuk senja yang terlewat di pantai kuta. waktu tak akan pernah bisa kembali, memang. lalu, untuk apa membuang lebih lama dengan menunda?

Monday, June 02, 2008

tentang catatan akhir pekan

And is it ending
Should it really make you sick is now the time that you realize
you better get out quick cause time is ticking on
to long to fake your smile.


aku kemasi barang - barang. kumasukkan mukena tanpa sajadah. celana panjang. kaos kaki. baju lengan panjang. charger handphone. sikat gigi. sabun mandi.

kumasukkan dua kaleng bir. kumasukkan buku goenawan mohamad yang ingin kubaca untuk ketiga kalinya, tentang tuhan dan hal - hal yang tak selesai. kumasukkan sebungkus sampoerna a-mild. dan dua korek berlabel circle k.

If she had wings she would fly away
And another day god will give her some
Trouble is the only way is down,down,down


dua jam perjalanan. berhenti sebentar, untuk lapar yang mengganggu. untuk bensin. untuk mengambil uang di atm. untuk teman seperjalanan yang ingin kencing. untuk melihat sawah. untuk memandang entah.

And if I can’t hear the music
And the audience is gone
I’ll dance here on my own.


hingga sampai pada suatu tempat. dingin. danau. kabut. sepi. anjungan-anjungan. perbukitan. kampung muslim. perkebunan.

maka jika hari itu seandainya kamu ada disitu, mungkin kita bisa bertemu. jika kamu melihat perempuan sedang terpaku melihat pekatnya kabut, itu aku. yang sedang mencoba menghadapi ketakutan, dan ketidakpastian. jika kamu melihat perempuan yang sedang memandangi langit, itu juga adalah aku. mencoba mencari jawaban, soalan apa yang ada di depan.

One day your story will be told,
One of the lucky ones, who´s made his name


pun ketika malam tiba, jika kamu melihat perempuan yang khidmat dalam sujudnya, itu aku. rapuh dan menyerah kalah atas ego ketika dihadapkan pada pencobaan. jika kamu melihat perempuan sedag terpekur memandang bintang, itupun adalah aku. menyelami kerinduan pada jiwa yang sempat hilang.

dan pada malam yang semakin menggigil, jika kamu melihat perempuan meneggak bir nya, itupun adalah aku. yang sedang berusaha untuk menghangatkan hati.

Saw the world turning in my sheets
And once again, I cannot sleep
Walk out the door and up the street
Look at the stars beneath my feet
Remember rights that I did wrong
So here I go

lalu pagi datang, tapi gelisahpun tak kunjung menghilang. dingin masih sama, hanya saja embun sudah menyublim membentuk butiran - butiran air yang jatuh pada dedaunan, dan pada bunga gunung yang bermekaran. tak ada toleransi untuk sebuah kesedihan.

I'm not calling for a second chance,
I'm screaming at the top of my voice,
Give me reason, but don't give me choice,
Cos I'll just make the same mistake again.


dan jika pagi itu, kita bertemu kamu akan melihat perempuan berdiri di anjungan, memandang luasnya danau tanpa pernah mencoba menyelaminya. itu adalah aku. yang sedang memikirkan hidup dan kemungkinan-kemungkinan. kemana langkah selanjutnya akan digerakkan. jika setelahnya, kamu melihat perempuan diatas perahu, diam, itupun adalah aku. memandang ke depan, dengan rokok yang dihisap perlahan.

hidup memang selalu begitu. terkadang juga lucu. tak usah terlalu khawatirkan aku. perjalanan ini bukan untuk luka, melainkan jeda. rehat untuk melihat lihat peta. bukankah banyak kemungkinan di luaran sana ?

Shine on, just shine on
Close your eyes and they'll all be gone
They can scream and shout that they've been sold out,
but it paid for the cloud that we're dancing on
So shine on, just shine on
With your smile just as bright as the sun
Cause they're all just slaves to the Gods they've made
But you and I, just shone, just shone


iya, ini memang yang menyenangkan. pencarian atas potongan puzzle yang sempat berserakan. menyatukan bagian per bagian. aku. all the lost soul.