Tuesday, June 11, 2013

Si Anak Semesta

Kepada anak lelakiku,

Kupikir aku akan membesarkanmu di suatu tempat yang jauh dari hiruk pikuk kendaraan. Pada suatu tempat yang hening.

Tidak harus desa, tapi untuk pergi ke sawah hanya tinggal kau kayuh sepeda. Karena ibumu tak pernah jauh dari situ. Bunyi kodok di parit yang hampir penuh pada musim hujan, atau berburu capung dan belalang lalu membungkusnya dengan plastik sekiloan. Sore pulang, dengan kaki berbalut lumpur yang telah mengering.


Kupikir kita akan tinggal pada suatu tempat yang lapang, dimana kau bisa terbangkan layang-layang. Berlari-larian dengan peluh menetes deras. Karena dulu ibu dan ayahmu begitu. Bernyanyi - nyanyi Padang Mbulan ketika purnama, lalu berburu kunang - kunang. Sedangkan kamu, sejauh ini, hanya tahu kunang - kunang tak lebih dari dongeng di layar televisi.

Kupikir aku akan membesarkanmu di pinggiran pantai. Sehingga kamu akan akrab dengan suara deburan ombak, dan buih - buih yang menggelitik kaki. Kamu akan akrab dengan batu karang, bulu babi atau ubur-ubur yang terkadang membuatmu alergi. Suatu saat kita akan berperahu, lalu memberi makan ikan - ikan yang kelaparan. Kamu akan menghitung senja, dan menunggu setiap kejutannya.

Kau akan tumbuh dengan kulit menghitam, bau matahari. Mungkin dengan gigi - gigi kuning menampung senyuman. Tapi kaki - kaki kecilmu tegap menginjak bumi, karena kamu biasa berlari - lari di panasnya pasir dan lembeknya lumpur. Tanganmu akan menggenggam erat, atau lentur seperti ketika kau menerbangkan layang-layang. Maumu mungkin akan seperti batu, karena kau terbiasa berjuang untuk mendapatkan itu.






Kupikir aku hanya menginginkanmu tumbuh sebagai anak semesta. Belajar memahami apa yang ditandai oleh alam, lalu mengamalkannya.



2 comments:

Anonymous said...

ikut mellow

Lindaleenk said...

hai gandarrrrr
:3