.....
+ tante, suami nenek adalah titik titik. kakek yah tante?
- *masih sambil makan* iyah.
+ trus tante, sesama tetangga harus hidup rukun titik titik agar damai berdampingan. hidup rukun apa tante?
- hidup rukun... hm, bentar, kak!
- *meletakkan piring dan mulai berfikir serius* hidup apa dong? yah hidup rukun dan damai?
+ kan udah.
- hidup bertoleransi? saling tolong menolong?
+ toleransi apaan seh tante?
- toleransi itu bla bla bla
+ jadi, harus hidup rukun apaan dong?
.....
saya dan keponakan cantik, rani. pada suatu akhir pekan. iyah, keponakan kecil saya, yang baru masuk TK, sudah mulai belajar untuk megisi lembar belajar di sebuah tabolid anak2. pelajaran untuk anak - anak tingkat SD. hihihi, itu yang saya lakukan pada kebanyakan akhir pekan. jika tak menemani mereka belajar, bermain rumah - rumahan, menggambarkan bunga2, mobil2an untuk diwarnai, pergi ke pantai dan berenang, yah saya akan membawanya ke taman bermain tengah kota.
kegiatan yang menyenangkan, karena apa yang kami lakukan hanya bermain, bermain, dan bermain. tanpa perlu memikirkan apapun, kecuali jam sekian sekian kami harus selesaikan permainan dan pulang ke rumah. ah, ternyata tetap saja kesenangan ada batasnya.
kembali ke akhir pekan itu, di sela2 saya dan kakak lagi nyante nonton tivi, sambil ngajarin rani mengisi lembar pelajaran. oya, pertanyaan itu adalah pertanyaan untuk pelajaran PPKN (atau PMP? atau..apalagi namanya?) untuk anak SD kelas 1. sebenarnya pertanyaan sederhana. tapi entah kenapa, saya tak menemukan jawabannya. sampai sekarang. hihi. sebegitu bodohkah? perasaan pas saya SD dulu, fine2 ajah ma pertanyaan2 kek gitu. menemukan satu jawaban, dan beres. tapi knapa skarang setiap kali ditanya, justru jawaban yang muncul jadi beragam adanya?
apa karena pikiran saya yang terlalu rumit? sehingga hanya untuk sebuah jawaban dari pertanyaan sederhanapun melahirkan banyak pertimbangan dan pilihan - pilihan?
.....
- kak, klo suami bunda sapa kak?
+ ayah dong.
- klo suami tante?
+ suami tante, hmm....TANDA TANYA!!!
.....
gubraksss!!!!
12 comments:
bilang ama rani, tante dewi belum kawin xD
suami tante ya berondong... ups!
*kaboooorrrr lagi....*
uhuk uhuk...
jadi batuk dahh
kalo bisa simple kenapa dibikin rumit? yang rumit emang ga bisa di-simple-kan?
suami tante? yg pasti bukan kakek *loh* ah kita emang trlalu meribetkan hal hal kecil
mungkin karena jawaban dari pertanyaan2 PPKN atau PMP itu adalah hal-hal utopia di dunia orang dewasa
yah...mungkin
oh ya,
suami tante ya paman
(sok polos :p)
eh salah, maksudnya
suaminya tante ya oom...
halah, hilang sudah polosnya
:D
Selalu ada sisi anak-anak dalam diri kita, kecintaan untuk bermain. Hanya saja mainan kita sudah berganti. Dulu mobil2an dan boneka, kini..."pilihan"-kah??
anak SD kelas 1 buaknnya harusnya belajar nulis aja..
tulis tebel tipis
dan menulis angka?
*ckckc
lho emang belum nikah yah...kirain???
Hei salam kenal.
Sebenernya sering mampir ke blog ini, cuma gak pernah comment. Tapi kali ini postinganmu menggelitik ku untuk bercomment.
Kadang ada kalanya sebuah pertanyaan sederhana penuh dengan berbagai macam pertimbangan ini itu, and that's what I am facing it now!!
memang sudah saatnya sih tante,
sudah saatnya bingung dengan pertanyaan seperti itu
Post a Comment