Monday, September 05, 2016

Memantau kecukupan nutrisi & aktivitas anak dengan MILO Champ Squad

Sebagai ibu, pertanyaan sekaligus kekhawatiran yang paling sering muncul adalah ketika harus menakar apakah makanan yang disantap anak hari itu, sudah cukup untuk memnuhi kebutuhan gizinya?


Kebutuhan nutrisi anak.

Sebelum memastikan cukup, sebenarnya ada hal lain yang membuat galau, yakni keanekaragaman makanannya. Anak di usia dini memerlukan hampir semua jenis bahan makanan, dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral. Intinya, anak harus makan cukup karbohidrat dari nasi/kentang/jagung, cukup protein dan lemak dari daging sapi/ayam/telur, dan cukup vitamin dan mineral yang berasal dari sayur-sayuran dan buah. Lalu, jangan lupakan kebutuhan kalsium yang bisa didapat dari susu dan dikombinasikan dengan aktivitas di bawah sinar matahari yang kaya vitamin D. Belum lagi vitamin seperti B, C, dan D serta mineral seperti zat besi dan fosfor.

Lalu, bagaimana mengatur pola makan anak agar semua yang disebutkan di atas bisa terpenuhi semua? Ini yang seringkali bikin bingung! Selama ini sih menggunakan piring nutrisi untuk mengukurnya. Jadi gampangnya adalah karbohidrat dan lemak/protein itu 50%, lalu buah dan sayur di 50% dari porsi sekali makan. Untunglah Ghandar ngga alergi dan bermasalah untuk mengkonsumsi segala jenis makanan. Apa saja masuk :D

Tapi sebenarnya saya sendiri tidak pernah mengukur dalam satu porsi makanan itu, berapa sih kalori nya? Apakah cukup untuk aktivitasnya yang lumayan, dari bangun tidur , main sepeda, lalu sekolah, tidur siang, main di taman, nonton tivi, mengerjakan PR , hingga tidur lagi?

Mengukur kalori makanan. 

Sejak beberapa hari lalu, timeline Twitter ramai sekali dengan beberapa teman yang membincang #MILOChampSquadID , yakni sebuah aplikasi yang diluncurkan oleh NestleAplikasi ini bisa diunduh di Smartphone iOS dan Android yang telah di-update dengan sistem operasi 7.0 atau Android 4.3 atau setelahnya. Sebuah aplikasi yang akan membantu orang tua dalam merencanakan pola makan sehat untuk anak dan kegiatan fisiknya. 


Tertarik banget dong? Selama ini saya menggunakan kalkulator nutrisi untuk mengecek apakah saya over consumption atau tidak. Sayangnya kebanyakan aplikasi yang ada adalah untuk orang dewasa, nah Aplikasi MILO Champ Squad ID ini beda, aplikasi yang dikhususkan untuk mengecek nutrisi dan aktivitas anak ini lebih akurat untuk Ghandar. Konon, development dan riset untuk membuat aplikasi ini memakan waktu selama 4 tahun! Dengan waktu selama itu, hasilnya pasti oke lah ya. 

Karena itulah saya kemarin mencoba mengunduhnya untuk mengetahui seberapa banyak sih kalori dalam makanan Ghandar karena kan kayaknya selama ini makannya banyak tapi anaknya ngga gemuk-gemuk ya :)) 

Mengulik aplikasi MILO Champ Squad ID

Jadi, di aplikasi MILO Champ Squad ID, yang pertama dilakukan adalah membuat akun. Akun anak? Bukan, tapi akun orang tuanya. Dari situ nanti akan dibuatkan profil untuk anak. Jadi untuk orang tua yang memiliki lebih dari satu anak, tidak perlu membuat banyak akun. Tinggal set-up profil anak untuk mengecek nutrisi dan aktivitasnya. 



Karena anaknya baru satu, maka di sini keluar 2 profile dengan nama yang sama. Profil anak ini lebih banyak untuk connect dengan Milo Champ Squad Band sebagai tracker aktivitas anak. Mirip dengan aplikasi untuk lari, gelang ini juga untuk mengecek berapa langkah anak hari ini yang akan membakar kalorinya. 



Nah, yang bagian serunya adalah mengukur berapa kalori menu makanan anak. Karena menu di sini sudah disediakan beberapa pilihan, maka masak hari ini sengaja banget untuk masak sesuai dengan pilihan menu yang ada di situ, yakni nasi dengan telur putuh dan jamur, serta ikan. Di sini makanan yang ada dihitung er porsi, lebih mudah daripada harus pakai gram lah ya... 

Kita bisa memasukkan menu harian atau jika sudah memiliki menu mingguan, bisa juga di tambahkan sekaligus, takutnya lupa. Ghandar rutin untuk menyantap sarpana, makan siang, makan malam dengan snack dan susu serta tak lupa buah. Dan setelah memasukkan semua, maka kalorinya hanya 1477 kalori, padahal dengan aktivitas hari itu seharusnya dia konsumsi hingga 1800 kalori. Hmmm...padahal selama ini porsi makan Ghandar paling banyak di rumah, tapi ternyata tetap kurang kalau dihitung dengan aplikasi ini. 

Yang bagus dari aplikasi ini, kita tak hanya bisa mengukur, tapi juga diberikan rekomendasi dan komentar bagaimana kandungan makanan serta deskripsi dari menu yang kita pilih. Dengan demikian kita bisa mengoreksinya keesokan hari, apa yang perlu dikurangi dan ditambahkan. 


Dari menu hari ini, Ghandar terlalu banyak konsumsi karbohidrat dan kekurangan yang lain. Hmmmm...


Nah, setelah nutrisi terukur, bagaimana dengan pembakarannya? Masalah nutrisi kini tidak hanya kekurangan gizi, tapi juga over nutrition pada anak yang menimbulkan masalah baru, yakni Obesitas. Karena kurangnya aktivitas ditambah dengan hobi baru untuk berlama-lama di depan televisi dan vide games, banyak anak kelebihan berat badan hingga mencapai obesitas.Padahal obesitas pada anak bisa berdampak pada kesehatan jangka panjangnya, selain juga mengalami obesitas pada masa dewasanya. 

Obesitas memicu penyakit degenerasi misal jantung, darah tinggi dan lain sebagainya. Karena itu pola hidup baik harus dibiasakan sejak dini, dengan mengajak anak lebih banyak bergerak. Anak yang aktif tidak hanya terjaga kesehatannya, tapi juga menjadi lebih bahagia. Anak yang aktif bergerak akan terlatih motorik kasarnya, akan memiliki waktu tidur yang berkualitas, dan pastinya memiliki rasa percaya diri yang tinggi. 

Ghandar sendiri karena memiliki orang tua yang gemar lari, maka mau ngga mau diapun familiar dan menyukai beberapa olahraga. Setiap sore main bola, belum lagi basket di sekolah atau les renang setiap minggunya. Jangan lupakan instruksi ayahnya yang menyuruh 10kali putaran sepeda di jalan depan rumah, hahaha. 

Dengan aktivitas yang bejibun, pastinya banyak kalori yang terbakar. tapi lagi-lagi tak terukur. Maka di aplikasi MILO Champ Squad ID , saya coba mengukurnya. Berhubung hari ini ada pelajara olahraga di sekolah, maka rekapan aktivitasnya ditambah dengan main bola. Kurang lebih seperti inilah.. 




Ternyata kalori yang dibakar di hari ini hingga 2357 kalori, padahal konsumsi makanan hanya 1477 kalori. Pastinya sih minus yaa... Tidak heran jika dia ngga gemuk-gemuk. :)) Senang sekali dengan aplikasi ini, memastikan kecukupan nutrisi menjadi lebih gampang. Mengontrol aktivitas anak juga lebih mudah, dengan tracker di MILO Champ Squad Band kita tahu apakah anak cukup gerak atau tidak. Jika kurang, suruh aja lari di kompleks :D 

Ohya, aplikasi MILO Champ Squad ID ini sudah bisa digunakan dengan sempurna dari sekarang, tapi untuk MILO Champ Squad Band baru akan dijual di area Jabodetabek sekitar bulan Oktober. Sabar menanti ya! 


Saturday, September 03, 2016

Bali Marathon 2016 part two : (Not a) Sisyphus Runner


sebenarnya ini adalah half marathon ke-4 selama 2 tahun lari, tapi ini adalah half marathon pertama di luar Jakarta. jadi, apa sih istimewanya Bali Marathon dibandingkan half marathon lain yang diikuti sampe sepertinya harus banget ikut?

selain alasan sentimentil, ada juga pertimbangan lain yang menjadikan bali marathon masuk check list yang musti banget dikelarin. dan untunglah sebagai first timer, ngga ambisius untuk ngambil porsi lebih dari 21km.

persiapan menjelang race.



keputusan mengikuti bali marathon yang mendadak tanpa persiapan jauh hari, membuat persiapan race kali ini memang tidak maksimal. errrr, sebenarnya satu-satunya persiapan yang mending hanya saat jakarta marathon, race pertama saja. setelahnya ikutan bajak dengan hidung meler dan ikutan pocari tanpa babibu. dan memang, hasil dari kedua race tersebut payah banget, sudah ya tidak bisa mengalahkan personal best record jakmar, pocari bahkan hampir mendekati cut off time pula. hahaha.

jadi sebenarnya ketika memutuskan ikutan bali marathon sebulan lebih dari waktu race, masih santai-santai saja lah. ngga ambisi untuk mecahin PB, yang penting sampe finish sebelum cut off time aja. belum lagi selama puasa yang hanya lari 3-4 kali selama sebulan, maka sisa waktu sebulan sebelum race benar-benar dimanfaatkan untuk mengembalikan pace yang mulai kedodoran.

minggu pertama diisi dengan lari 5, 6 atau 8k. ditambah ikutan NRC setiap kamisnya. karena day to day latihannya hanya jogging dengan tambahan jarak, maka menu Set Ready Go Run nya NRC lumayan banget untuk memperbaiki teknik lari dan endurance. lari terus menerus selama 5K ternyata jauh lebih mudah daripada lari 3K tapi pake interval dengan istirahat jalan kaki. yaiyalah,... coba aja lari - jalan - lari - jalan, kalau ngga ngos-ngosan abis..

minggu selanjutnya long run ditambah porsinya, hingga sekitar 2 minggu sebelum race bisa lari 15k dengan pace 8, pas lah ya 70% dari total distance. itupun masih jauh dengan kemampuan ketika jakmar. selain karena kurangnya latihan saat puasa, lambannya lari ini juga dipengaruhi sangat sama berat badan. ya gimana ya, selama puasa dan lebaran berat badan naik 3kilo, sodara-sodara! pelajaran penting, untuk diet, mengatur pola makan, untuk ngga makan sembarangan endebra endebre. bahkan baca dari blog siapa gitu, dia sampai diet gorengan 6 bulan ketika training full marathon.
diet. gorengan. 6. bulan. semacam siksaan neraka!

penerbangan yang terlambat.

semua dipersiapkan dengan tiba-tiba, meski masih ada waktu 1 bulan sebelum race, ternyata tiket ke bali sudah lumayan mahal terutama untuk jam-jam yang ideal. idealnya bagaimana? karena race minggu pagi, idealnya sampai Bali hari jumat malam atau selambatnya sabtu pagi biar bisa ambil racepack atau istirahat dan jalan-jalan dulu sebelum race (karena jika setelahnya, syukur2 ya kaki masih ngga pincang! :D) 

nah, karena tiket di jam-jam ideal sudah mahal, kita ambillah penerbangan yang paling murah yang ada, meski waktunya agak riskan yakni hari sabtu jam 3 sore. bayangannya begitu sampai bali jam 6 sore, bisa langsung ke rumah mas ronny. selambatnya sampai jam 7, makan malam lalu istirahat. apa daya semua hanya tinggal rencana ketika pesawat yang ditumpangi mengumumkan penundaan selama..90 menit! yes! penerbangan baru berangkat dari jakarta jam 5, yang mana baru sampai bali jam..8 malam! jangan tanyalah soalan pengambilan race pack, ada ponakan yang bersedia direpotin untuk pengambilan setelah semua data dikirimkan seminggu sebelumnya.

akhirnya, kita baru sampai rumah mas ronny jam 10 malam, buru-buru makan malam lalu tidur. lumayan kan 3-4 jam. tapi ternyata kombinasi batuk dan nervous membuat malam itu sedikitpun saya tak memejamkan mata. sudahlah ya, jam 3 bangun dan pasrah saja mau dibawa gimana mata dan kaki ini. next time musti lebih prepare, ngga pesen flight mepet sama race dan cukup istirahat!

bali safari & marine park sebagai start & finish point. 



berbekal peta dan cerita dari teman-teman yang pernah mengikuti bali marathon sebelumnya, kami memutuskan untuk jalan selambatnya jam 3 dari rumah mas ronny di padangsambian, denpasar. mengecek google maps dan waze, perlu sekitar 30-45 menit ke lokasi ditambah jalan dari parkir ke lokasi start 15 menitan, jadi waktu ini kami pikir cukup lah ya. apalagi ternyata shuttle bus dari kuta pun juga berangkat jam segini.

perjalanan dari padangsambian ke lokasi race hampir tidak ada hambatan. lancar jaya hingga masuk jalan ida bagus mantra. jalan ini bukan jalan yang asing, dulu waktu di bali menjadi jalan yang lumayan sering dilewati kalau mau ke klungkung atau mau ke sukawati. mobil yang kami bawa diparkir di lapangan koramil gitu, dan perlu sekitar 700 meter jalan kaki ke lokasi. saat jalan kaki itulah kami sadar, ternyata jalanan yang tadinya lancar jaya kami lewati, sudah macet aja dong! sepertinya kami termasuk rombongan depan, telat dikit berangkat bisa jadi kami ada di salah satu mobil yang terjebak kemacetan tersebut.

jika selama ini race di jakarta selalu menggunakan lapangan sebagai start/finish point, tidak demikian dengan Bali Marathon. mungkin karena kita hanya menggunakan area depan bali safari & marine park, jadi start/finish pointnya terkesan sempit dan berantakan. kami kesulitan mencari toilet portable yang disediakan, pun ketika di penitipan tas. area yang sempit dan antrian yang panjang, membuat sedikit chaos karena banyak pelari yang tidak sadar antreannya, lalu disoraki pelari lainnya. hvft.

di garis startpun demikian. jika biasanya pelari bisa berkumpul sesuai kategori, ini acak-acakan. beberapa pelari full marathon tertinggal di belakang pelari half marathon, padahal mereka start 30 menit lebih awal. mungkin akan lebih baik jika start/finish di lapangan agar area lebih luas dan tidak terkesan berantakan.

rute lari sisiphus. 
selain porsi latihan half marathon, ada baiknya menambah porsi latihan untuk mengikuti bali marathon dengan running hill alias lari di perbukitan. karena ternyata untuk kita-kita anak kota yang biasa lari 21 km di jakarta dengan hambatan hanya jembatan kuningan, semanggi atau karet, di bali marathon....itu tak ada apa-apanya! *cry...!* 

6 kilomeer pertama rute lari aman. kita hanya menyusuri jalan ida bagus mantra yang luruuuusss dan membosankan. ada sih tanjakan, tapi tak begitu berasa hanya ngos-ngosan. tapi begitu lewat 6 kilomoter, maka siap-siaplah dengan siksaan sesungguhnya! lewat jalan ida bagus mantra, kita akan diajak menyusuri jalanan desa ke banjar bona, abianbase dan keramas. jalannya sih menyenenangkan. kita melewati banjar ke banjar, dengan anak-anak kecil yang membawa bendera dengan menyemangati atau dengan sawah yang hijau di kanan kirinya. tapi selama kilometer 6 hingga kilometer 14 di desa yang penduduknya ramah-ramah itu, elevation-nya 158 meter! yaks, tanjakan tiada habis selama 8 kilometer dengan ketinggian 158 meter! ngah! yang biasanya lari 10 - 12 kilometer terasa ringan, ini saya menyerah di kilometer 9 karena otot betis mulai kram. wahahahahaha. sukseslah saya jalan - lari - jalan- lari setelahnya. pantang menjadi sisiphus yang mengelinding turun. prinsip saya, biar lambat asal selamat.

dengan prinsip itu ditambah kurang ambisies, maka lari kemarin lebih tepat jika dibilang jalan. setelah kilometer 14 dan jalanan terus turun. enak banget buat lari tanpa tenaga, tapi saya tak kuasa lari terus-terusan. kaki dikit-dikit kram karena menahan beban. nanjak salah, turunpun salah. pokoknya otot selalu salah karena kurangnya latihan...

ajang narsis yang tak tersalurkan.



di bali marathon kayaknya ngga usah ambisies memang untuk memecahkan personal best record. bisa finish tanpa diciduk karena lewat cut off time saja sudah syukur. target agak dinaikkan dikit deh daripada pas pocari sweat run yang pacenya siput amatan. dengan kombinasi kaki yang mau kram tapi ngga jadi berkat semprotan tiger balm dan olesan counterpain mbak-mbak nya (ohya, tenaga medis ngga terlalu banyak terlihat di bali marathon. ada baiknya sedia spray / counterpain sendiri daripada kram di tengah sawah dan ngga ada siapa-siapa..), saya berhasil finish di 3 jam 7 menit. jauh dari PB jakmar yang 2 jam 44 menit. entahlah kapan saya bisa mecahin PB lagi :))

jika biasanya di finish pelari pesta pora dengan selfie, di bali marathon kemarin tidak banyak booth yang bisa dijadikan back ground kenarsisan. kalau ngga salah hanya ada 1 photo booth dengan antrian mengular. untunglah di km 14, suami lari duluan setelah sepanjang jalan pacer-in dengan sabar. karena ada dia yang stand by, adalah foto yang layak tampil di garis finish. btw, ada foto resmi bali marathon di www.marathon-photos.com, tapi harus bayar dan mahal. plus hasil fotonya biasa banget, males lah ya...

sejauh ini start/finish point paling layak adalah 2XU, lalu jakmar, pocari sewat run dan bali marathon di urutan bontot. yaelah, ga penting amatan sih. tapi setelah melalui 21 km atau 42 km lari hingga kram, maka berfoto dengan medali di tempat kece adalah hadiah yang pantas diterima :)) (yaaa..karena ngga mungkin naek podium lah yaaaa..) 

tapi jangan sedih, bisa jadi disediakan photobooth yang minim di garis finish karena sepanjang jalan bali marathon, para pelari bisa foto sepuasnya! dari deretan anak kecil-kecil pembawa bentera, truna-truni maen gamelan, gadis-gadis penabur bunga berkostum bali. bahkan ada rangda dan celuluk juga untuk diajak selfie.

overall, bali marathon memang event wajib untuk diikuti. tapi jangan mengharap sesuatu yang wah biar ngga over expectation.  racenya rapi, tapi jika sudah pernah mengikuti pocari sweat run atau 2Xu, maka bali marathon masih berasa di bawahnya. meski demikian, masih lho ngga kapok buat ikutan lagi.

full marathon mungkin tahun depan? *sambil elus-elus betis* 

Tuesday, August 30, 2016

Bali Marathon 2016 part one : a healing race


"sesungguhnya jarak yang ditempuh setiap kali berlari adalah kemenangan atas pertarungan dengan diri sendiri. "
bagaimana tidak, jika sebelum lari, isi kepala sudah berdebat, apakah sebaiknya melanjutkan tidur nyenyak di balik selimut atau melawan dinginnya pagi dengan berlari. sepanjang jalan yang dilaluipun, isi kepala tak hentinya menimbang-nimbang, apakah akan terus berlari atau jalan kaki. apakah akan menempuh 3 kilometer atau 5 kilometer pagi ini. dan pada setiap kilometer, selalu muncul pertanyaan,

apakah sudah waktunya menyerah atau bertahan lebih lama lagi?

mekanisme bertahan 

setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk bertahan. dari kesepian yang dia hadapi. dari kehilangan yang menyedihkan. dari penghianatan yang menyakitkan. dari rindu akan rumah yang tak terperikan. mekanisme pertahanan inilah yang menjaganya untuk tetap tegak berdiri, untuk tetap tersenyum, atau untuk tetap berjalan seakan tanpa beban.

setiap orang, memiliki cara sendiri, untuk bertahan. dan saya, memilih untuk mengabaikan. mengabaikan kesedihan, mengabaikan rasa kehilangan, mengabaikan rindu untuk pulang. saya memilih untuk menafikkan perasaan-perasaan itu, dan memilih untuk berjalan. tapi ternyata, oh ternyata, pilihan itu menimbulkan efek lain, ingatan yang semakin pendek karena banyak hal yang terlupakan. hal-hal yang pada akhirnya muncul acak melalui mimpi-mimpi yang tidak terencanakan, yang seringkali membuat saya bangun tengah malam dengan perasaan tak karuan.

dan ingatan saya tentang bali dan bali marathon bukanlah sesuatu yang menyenangkan. pada tahun-tahun pertama saya di jakarta, saya bertahan dengan menafikkan ingatan tentang bali. tentang wajah orang-orang kesayangan. tentang tempat dan peristiwa yang tak pernah lagi saya sebutkan. bahkan, saya tak lagi memotret dan menulis tentang senja, sesuatu yang dulu sangat saya puja. secantik apapun senja di langit jakarta, tak akan membuat saya tergoda untuk mengabadikannya. karena, buat saya senja adalah bali dan pantainya. jika bukan, lebih baik lupakan saja.

saya sangat jarang berkomunikasi dengan teman-teman di bali, hingga akhirnya saya benar-benar tak berkomunikasi lagi. saya mengabaikan nama-nama dan foto yang melintas di newsfeed facebook saya, saya unfollow beberapa di antaranya. semata hanya agar saya bisa bertahan, dari rindu yang sangat, untuk pulang.

bali marathon 2015

begitu pula dengan bali marathon tahun lalu. race yang direncanakan sebagai race pertama pun gagal total. pendaftaran yang sudah dilakukan beberapa bulan sebelumnya, terpaksa digantikan orang lain. apa pasal? saya hamil tepat 2 bulan sebelum race. antara senang karena kami memang mengharapkan kehamilan ini, dan tidak senang karena saya terlanjur excited dengan race pertama : bali marathon.

sempat sangat galau, apakah saya akan tetap race 21 kilometer atau membatalkannya saja. saya mencari berbagai referensi apakah lari aman untuk yang sedang hamil. berapa jarak aman lari yang bisa dilakukan ibu hamil. apakah begini, apakah begitu. dan dari berbagai bacaan yang mendukung keinginan saya, selama masa itu saya tetap berlari, meski maksimal hanya 6 km, itupun dengan pace yang tergolong jalan cepat. masih dengan keinginan akan bisa lari half marathon, toh dari artikel yang saya baca banyak yang melakukannya. keinginan yang ditentang banyak orang.

half marathon, dan di bali. race pertama. idaman kan?

tapi karena hamil pun adalah sesuatu yang saya idam-idamkan, maka dengan berat hati akhirnya saya dan suami mengambil keputusan : saya batal ikut bali marathon. jangan tanya gimana sedihnya. sedih, tapi apa boleh buat. suami tetap berencana ikut, dengan latihan yang lumayan intens. ujung dari latihan intensnya adalah..cedera! gara-gara lari 17km di tanggal 17 agustus, sekitar 2 minggu menjelang race, kakinya cedera. lalu kami berduapun galau lagi. apakah tetap akan berangkat ke bali, atau tidak. ditunggu beberapa hari, cederanya tidak berkurang. jadilah suamipun memutuskan untuk batal. pembatalan race suami ini, menambah keikhlasan saya :D

saat kami berdua sudah bulat tekad dan penuh ikhlas untuk tidak ikutan race pertama, musibah datang. usia kehamilan yang menginjak 9 minggu divonis blighted ovum, alias janin tidak tumbuh. jadi hanya ada kantong rahim yang membesar, sebelum pada akhirnya luruh. sedih, jauh lebih sedih daripada saya harus membatalkan ikut race, dan merasa sangat bersalah (dan oh, saya baru berani mengatakan perasaan saya sekarang..) . belum lagi mulut-mulut jahanam yang mengatakan bahwa penyebabnya adalah saya yang terus berlari ketika hamil. atau yang bilang karena saya tak sepenuh hati menerima kehamilan itu, makanya keguguran. suara-suara jahanam yang sungguh menyebalkan dari orang-orang yang tak berperasaan. (oh, maafkanlah aku dan mereka yang tidak tahu..)

meski dokter sudah meyakinkan bahwa blighted ovum berbeda dengan keguguran, tetap ada rasa bersalah. saya bertahan dengan tak pernah lagi menyebut tentang bali marathon, bahkan ketika membincang jakarta marathon, yang pada akhirnya adalah race pertama.

a healing race. 

ketika pendaftaran bali marathon 2016 dibuka april lalupun, bayang-bayang tak mengenakkan tentang bali maraton sebelumnya belum hilang. saya tak mendaftar, dan saya mengabaikan segala informasi tentang bali marathon. masih ingat kan bagaimana mekanisme bertahan saya? ya, dengan mengabaikan. tapi mengabaikan membuat segalanya tak tuntas. saya masih merasa bersalah, dan saya merasa tak selesai. saya merasa kali ini saya tak bisa berlari dengan pura-pura tak peduli. saya tak ingin hingga bertahun-tahun kemudian ketika bali marathon disebut, masih ada perasaan tak enak yang menyergap tiba-tiba.

i need a closure.

setelah berdiskusi dengan suami,  sekitar sebulan menjelang race akhirnya kami memutuskan untuk ikut. ini mungkin adalah "closure" yang saya perlukan, saya perlu mengatasi rasa trauma. yakni dengan menjalani setiap detail prosedur race hanya untuk dihadapkan pada ingatan yang tidak mengenakkan.

saya perlu merekonstruksi peristiwa dan melewati setiap fasenya, yang selama ini saya "skip and moving forward". saya seperti mengulang sebuah peristiwa, dengan melakukan perbaikan di sana-sini. saya mengerem rasa exciting yang tahun lalu berlebihan. saya mengurangi rasa jumawa dan koar-koar yang tahun lalu levelnya mendekati norak. saya latihan lebih serius. saya berdoa lebih serius. (iya, saya serius berdoa :D) saya ubah niatan saya untuk race. jika sebelumnya lebih banyak karena pamer (helllooo...ini bali marathon ajang race bergengsi lho!), kali ini saya niatkan untuk perjalanan spiritual. hahaha. atau lebih tepatnya perjalanan untuk menyembuhkan.

dan bali marathon 2016, adalah perjalanan saya untuk melewati badai, alih alih bertahan dalam badai yang entah kapan akan usai.

And once the storm is over, you won’t remember how you made it through, how you managed to survive. You won’t even be sure, whether the storm is really over. But one thing is certain. When you come out of the storm, you won’t be the same person who walked in. That’s what this storm’s all about~  Haruki Murakami on Kafka On The Shore