Thursday, September 28, 2006

tentang pergi sejenak

.....
lalu hari ini. seseorang meninggalkan saya. awalnya sebuah email. saya baca tanpa emosi. bgitu selesai, saya reply. menulis kata2 yg ga jelas maksudnya. saya sent.

lalu saya sadar ada attachment di email itu. saya buka dan baca. dan.. disinilah semua emosi meledak bagai bom waktu. sedih sekali..
**taken from someone's blog, without permission.
.....


seringkali saya tidak sadar, betapa berartinya satu hal, sampai ketika saya kehilangan hal tersebut.

seperti ketika saya bertanya ke seorang teman, kenapa tagline blog-nya "sesaat sebelum tenggelam?"

Wednesday, September 27, 2006

tentang pelacuran

This summary is not available. Please click here to view the post.

Tuesday, September 26, 2006

tentang ode untuk teman

tak banyak kupunya kata
untuk kurangkaikan menjadi sebuah cerita.

pagi ini aku hanya punya telinga, nona
dan setengah hati bekasbekas luka,
yang akan kuberikan padamu untuk mengadu.

sini, mendekatlah kemari
akan kubagi remahremah mimpi
seperti kita lewatkan hari
dalam kotak imajinasi.

duapuluhempat pada duapuluhenamseptemberduaribuenam.

ah, selamat ulang tahun saja, teman.
sejuta tulisan tak akan bisa melukiskan keinginan.
tua itu memang siyalan!!

Monday, September 25, 2006

tentang hubungan istimewa

.....
+ kamu puasa??
- puasa.
+ masa sih kamu puasa?
- lah..?!!
.....


saya tidak tau maksud pertanyaan dan pengulangan tanya kalimat itu. tapi seperti biasanya, jawaban hanya terhenti pada, "lah..", dan selanjutnya, hanya pikiran yang berbicara.

tersinggung? nggak, cuman ga suka. klo ditanya apa rasa, tidak ada rasanya. cuman dari mimik penanya, seharusnya saya tersinggung. ada semacam rasa ketidakpercayaan. sebenarnya saya menghargai kepeduliaannya untuk bertanya pada saya, seandainya tidak diikuti dengan pertanyaan, masa sih. okey, mungkin itu hanya sekedar reaksi seperti aw, oh, i see, dan laen sebagainya. tapi, kenapa dia memilih kata, masa sih? ah, mungkin saya saja yang terlalu perasa.

keyakinan. kepercayaan. hal - hal yang menurut saya terlalu sensitif untuk dibicarakan. tapi ternyata, banyak juga yang membahasnya. membanding - bandingkan keyakinan yang dianut, dengan keyakinan yang di yakini orang laen. mengomentari, menilai, bahkan sampai mencela. tak jarang malah beberapa diantaranya berakhir dengan berkelahi.

ah, tak usah repot - repot. kadang sesama yang satu keyakinan saja, kadang masih juga mengukur kadar keimanan keyakinan bertitik tolak pada apa yang dilihat mata. tertangkap oleh telinga. standard.

bukankah keyakinan itu adalah hal yang pribadi? perlu satu jalur khusus yang hanya dimengetri oleh hati sendiri. bukan sebagai bahan konsumsi untuk diberikan opini, mana yang lebih benar, dan mana yang salah. hubungan istimewa antara saya dan yang Maha Segalanya. karena ini adalah keyakinan. dan misal, saya berkeyakinan untuk tak ber- Tuhan, apa yang musti didebatkan?

eh, selamat menjalankan ibadah puasa buat yang berpuasa yah! saya juga sedang berpuasa kok, dan Insya Allah, untuk ibadah! :d

Friday, September 22, 2006

tentang memahami

kapan terakhir kali kamu mendengar?


ya, ketika menutup mulut, membuka telinga, membuka pikiran, menyingkirkan prasangka - prasangka, membunuh ego, iri hati, dengki, rasa tak menghargai, dan hanya benar - benar mendengar dan berusaha memahami?

tentang pepatah omong kosong

.....
+ geblek, bilangin dumz, "mbak mbak kalopun saya niat nggebet pasti ngga ama cowok yang ngga jago nyari cewe. masak ama cowo yang bisanya dapetnya sekelas mbak sih ?!"
- dasar komporrrrrrrrrrr :))
- gw tuh udah males deh nanggepin, apa lu kate deh..gw jelasin panjang lebar juga ga bakalan nangkep, otak secuil gitu..belon lagi udah penuh dengan pikiran kotor, mana masuk penjelasan gw?
.....


pernah denger pepatah (eh, beneran yah namanya pepatah?!) jaman ortu dulu, bahkan mungkin masih sering kita denger sekarang ini, api tuh jangan dilawan dengan api, tapi lawan dengan aer, biar adem.

dari beberapa pengalaman, sometimes that doesn't work. iyah, saya beberapa kali mencobanya, dan apa hasil, api semakin membesar, dan justru tak tau diri. ditamah dengan kebiasaan buruk saya untuk malas membahas jika memang saya rasa kami berada pada pokok pembahasan dan mata yang berbeda untuk melihat masalah. susahnya membangun jembatan, huh?!

seringkali yah kita mengukur orang laen pake ukuran kita. jadi kalo dia diem, kaga jelasin, kaga bales omongan kita, kaga ikutan maki maki, karena dia sama ma kita klo kita dalam posisi bersalah, pantas dihina hina dan bodoh sehingga kaga ada alasan yang bisa dimunculkan untuk pembenaran? aw, buruk muka cermin dibelah?!

klo udah gini, apa sebaiknya saya ikutan marah - marah juga, maki- maki, hanya untuk menunjukkan bahwa apa yang dibilang itu salah? jadi, apa bedanya saya dan mereka jika akhirnya sama- sama menjadi, norak?!

hehehe, saya bukannya sedang panas. hanya gerah saja, ngeliat betapa banyaknya orang yang dengan pedenya ngaku - ngaku bener dan nyalahin orang laen, tanpa benar - benar mengenal orang laen itu seperti apa. kalo ga kenal, bagaimana bisa menilai? dohhhhh...that's not as simple as that!!

Thursday, September 21, 2006

tentang menjadi kaya

.....
bayangkan dirimu berada di sisi barat dan terpisah sebuah tembok besar dengan temanmu di sebelah timur,
sekarang kamu akan punya pilihan untuk melihat dunia:
- menghancurkan tembok itu
- menganggap dunia sebelah sana tidak pernah ada, salah, dan hanya kebodohan.
- berbagi dengan teman di sebelah sana sehingga dunia masing2 menjadi lengkap (barat yang penuh dengan pengalaman visual dan timur yang sarat dengan penghayatan pikiran)
pada akhirnya untuk menyikapi perbedaan hanya ada kebenaran pilihan, tak ada yang salah.
-rama-
.....


email dari seorang teman pada pagi yang menyenangkan. iyah, saya tau saya ada di barat dan kamu di timur. saya tau itu! :P

entahlah, belakangan saya sering sekali bersinggungan dengan perbedaan. dengan banyak hal yang tidak sama atas dua kepala. dua kepala itupun berisi dua hal yang berbeda. dua hal yang benar - benar berbeda dan dibahas dalam wacana yang sama. parahnya ketika yang satu hanya ingin menjadi paling benar, dan laennya hanya untuk dicela. kebenaran yang dipertarungkan, benar karena menang. apa artinya?

saya pernah membaca pada sebuah buku, yang sekarang entah berada dimana. kita tidak bisa menyatukan dua hal yang terpisah jarak / gap, kecuali dengan membangun jembatan diatasnya, dan itupun bukan menyatukan seluruh bagiannya, hanya menghubungkannya. jika dipaksakan bersatu, yang ada hanya akan retak dimana mana.

jadi, kenapa tidak kita buka mata, untuk melihat perbedaan yang ada, tidak selalu harus menjadi sama. reposisi, empati.

Tuesday, September 19, 2006

tentang cerita senja

hari ini aku akan menemuimu, aku berjanji.

kala itu, mungkin dia baru beranjak remaja. terbentur pada keputusan yang jauh dari kata manja. meninggalkan orang-orang tercinta, untuk sebuah cita - cita. terdampar pada satu tempat asing tanpa sapa. kecuali senja, yang membunuh kesendiriannya.

nanti, sebentar lagi. setelah birokrasi ini selesai. setelah aku terbebas dari penjara berdinding kaca, dengan atasan yang tak henti mencaci maki.

boleh aku menciummu? masih sambil menunduk, perempuan itu tersipu. mencium? tentu bukan di pipi seperti yang seringkali ibunya lakukan. bukan pula di kepala, seperti ketika bapak melepas kepergiannya. bukan, bukan seperti itu. karena rasa lelaki itu berbeda. pipinya bersemu. tak menjawab, tak juga berkata - kata. dia masih mencerna, mencium tanyanya? apa rasa? ah, biarkan saja, mungkin tak perlu kata untuk menjelaskannya. karena rasa ada di dada. dan darah mudanya bergelora. ciuman pertama, senja jadi saksinya.

huh, aku benci ini. benci ketika saat seperti ini harus dijejali dengan laporan - laporan yang harus aku rinci. benci ketika aku tak bisa lagi pergi sesuka hati. waktu terampas, dan kebebasan terempas.

seandainya saja waktu tak menua, mungkin tak perlu dia bekerja. seharusnya hanya 8 jam dia disana. ya, 8 jam, tapi dia mendedikasikan lebih dari yang seharusnya. mengesampingkan hak - hak yang dia punya. tuntutan tanggung jawab, dan apalagi jika tidak untuk uang yang telah menjadi dewa. kekuasaan tak tergoyahkan. dan teriakannya, hanya tertelan senja tanpa melawan.

sabar ya, tak lama lagi. aku tau kamu bisa menemuiku disini, dengan siluet gedung - gedung tinggi. tapi aku tak mau, karena aku hanya ingin berdua saja bernostalgi.

aku tau ini menyakitkan, tapi aku tak punya banyak pilihan. ingin rasanya perempuan itu menutup telinga, dia tak mau mendengar apa - apa. kenapa kita tak bisa hanya bersama, tanyanya. singkirkan saja logika, dan tutup mata pada realita. tak apa kamu dengannya. tak usah bicara tentang keadilan, karena dia hanya percaya rasa. perempuan itu tersenyum, dengan mata berkaca-kaca. terlalu sulitkah dia untuk dicinta? luka, tapi senja mengobatinya.

janji. seringkali kukatakan, jangan berjanji jika tak yakin bisa memenuhi, dan penuhi lebih dari yang dijanjikan. karena itu aku buang jauh rasa peduli.

disini, aku sudah disini. mau kamu apakan momen ini?! kubawakan secangkir kopi dan sepotong brownies untuk berbagi. memagut kenangan dan banyaknya peristiwa yang sudah terlewatkan. pada bangku panjang kita akan berkencan. singkirkan luka, keterasingan masa remaja, ciuman pertama, dan cinta yang tak pernah menjadi nyata.

disini, cukup kita, aku dan kamu, senja yang setia.

Monday, September 18, 2006

tentang tulisan - tulisan

.....
+ secret silence... secret silence...
- secret silence yg akhirnya ga secret dan ga silence lagi
+ ah siapa bilang, kamu tetep silence. dan apapun yang gak kamu omongin kan tetep jadi secret. bahkan apapun yg udah kamu omongin, tapi orang2 disuruh interpretasiin sendiri, tanpa kamu mau njelasin apa maksud kamu sebenernya.
.....


menulis adalah menerbangkan pikiran untuk berimajinasi, pada satu titik tertinggi. menulis adalah menjawab pertanyaan - pertanyaan yang berkelebat, meski seringkali, tanya - tanya itu berakhir sama, masih juga tanya. dan menulis adalah interpretasi, atas keisengan pikiran yang terlalu ruwet untuk didebat. sebuah proses masturbasi jalangnya hasrat ketidakpuasan untuk menerima satu hal begitu saja . dan sebuah pengaduan, ketika banyak yang semakin tuli untuk mendengarkan.

maaf untuk yang tidak mengerti, tapi disini, tak ada batasan untuk sebuah opini.

Friday, September 15, 2006

tentang mimpi, lelakiku.

Lalu bapakmu akan berkata, bintang tak pernah secantik tampakannya, tak sedekat yang kita duga. Ia cuma penghias panas malam para pemimpi. Tapi aku mau terbang. Aku mau menyentuh bintang. Jika ujung jariku melepuh, akan kubelah lima. Dan pulang dengan sepasang tangan berjari lima puluh.
[Cala Ibi - Nukila Amal]



entah berapa juta kata kukabarkan padamu, tentang mimpi mimpi di kepala yang enggan membeku. akan pagi yang merayu, bukan waktu yang memburu. secangkir kopi yang ditumbuk dengan alu, bukan lagi sudah bercampur susu. kicau burung yang tinggal menjadi masa lalu.

pun entah berapa bait puisi kutuliskan, atas kesedihan yang mendalam. terluka, itulah yang aku rasakan. seperti rajaman yang enggan menghilang. tidakkah kamu mampu merasakannya? kita memang sedang bercinta, tapi diluaran sana, banyak pula yang tak punya apa.

mungkin kausangka aku naif. mendamba akan kebahagian yang eksklusif. utopia. ketika semua terbentur pada realita. tapi lelakiku, tak taukah bahwa aku bisa membuatnya nyata. cinta memang tak pernah cukup untuk kita, ketika tiran masih saja merajalela.

dan semua ini, tak jauh ketika kita bicara tentang dua kepala. dua dunia. dan dua mimpi. tentang jembatan siasia yang terbangun diatas ego untuk saling mengerti. dan tudingan tudingan tak tau diri. aku tidak sedang terlupa, atau mengutuk sang Pencipta. aku hanya inginkan cinta, yang lebih luas dari biasanya.

maka lelakiku, ijinkan aku terbang. karena keliaran pikiran semakin jalang. tak apa dengan setengah sayap yang hilang, padamu aku mungkin akan pulang. akan kutuang kasih ke perut bintang. dan selanjutnya akan terbagi bersama terang.

**pada awal akhir pekan. apa kabarmu, nona-nona??

Wednesday, September 13, 2006

tentang tribute untuk pejuang

Aku adalah orang aneh di tengah dunia yang penuh anomali. Untuk tidak terhegomi, aku rela bertahan dengan pikiran absurd sendiri.

Aku adalah baju kusut diantara yang rapi. Tak melambai bersama lainnya, karena debu dan kotoran melekat padaku terlalu tebal untuk dicuci.

Aku adalah sebutir debu. Terlalu kecil menjadi pengganggu. Terlalu tak berarti di bawah kaki-kaki yang sedang berdansa itu.

Aku adalah penyakit menular, terlalu berbahaya bagi dunia mapan untuk didengar. Bahkan sekalipun diri ini kubakar, itu tak akan pernah membuat mereka sadar.

Dunia ini adalah sekumpulan orang tuli, tak pernah tahu mereka telah kehilangan kicau burung bernyanyi. Tak mampu mendengar jeritan saudara - saudaranya yang menderita terinjak mereka yang punya kaki.

Dunia ini adalah rombongan orang buta, tak bisa melihat ketidakadilan di hadapannya. Tak pernah sadar bahwa mereka berputar-putar pada tempat yang sama.

Dunia ini sedang berpesta, dan aku adalah seorang tamu yang sengaja alpa.

**Perang (p.74-74) - Rama Wirawan


dan ketika kamu bertanya, apa yang kulihat pada kerangka baliho tua?
maka aku akan menceritakan kisah, apa jadinya dunia jika kita melihatnya dari atas sana.

Tuesday, September 12, 2006

tentang catatan untuk teman

semalam, aku memimpikanmu, dengan catatancatatan usang berserakan di satu ruangan. sempit, hanya dengan satu jendela seperti yang kamu ceritakan.

dan kamu tau pasti, aku tak akan bisa berkata - kata untuk menceritakan tentang mimpi, kecuali menuliskannya. begitulah kita, menulis, atau hanya akan hilang tertelan jaman. tidak pula memeluk erat, memberi penghiburan atas kesedihan entah. tidak, aku hanya akan menemaimu dalam diam, menikmati senja, pada sisi hutan yang berseberangan. dengan keliaran pikiran.

iya, pikiran. apalagi yang kita punya selain kesadaran untuk terus berfikir? karena kebebasan itu absurd, dan kita mulai lelah untuk mengumandangkannya. meneriakkan, sedangkan suara bersaing dengan ego untuk tidak mendengarkan. waktu memang semakin jahanam. dan suara kata katamu, semakin terngiang dalam angan. memimpikanmu, seakan membangunkanku dari tidur yang aman.

siyalan, kamu memang siyalan. meracuni duniaku yang penuh kenyamanan. haha, kenyamanan? jangan tertawa. kita samasama tau, kata itu hanya seperti utopia yang mendengung di kepala. karena justru itu mematikan, dan hanya membuat kita tak jauh beda dengan orang - orang di luaran sana, tenggalam dalam penjajahan.

dunia memang edan, dan kita, kamu, yang menggeliat adalah orang - orang dengan banyak pilihan, tapi tak ada disana kata diam. karena ketidakadilan berserakan di jalan. bukan karena kita ingin menjadi pahlawan, tapi kita sudah jengah dengan kekuasaan. sudah terlalu banyak diantara kita yang menjadi korban, serupa piala giliran dari tangan - tangan tiran.

kamu tau, teman? semua ini menyedihkan. apalagi ketika tersadar, kitapun sedang berada pada hutan yang menyesatkan. seperti sebuah labirin, apapun yang kita benturkan, seperti menabrak dinding - dinding diam. kita semakin tenggelam pada kebisuan. dan asa, semakin samar ditelan kediktaktoran.

tapi, kamu juga tau, kita tak mati semudah itu. sesekali mungkin kita tergoyah, tapi itu tak kan membuat kita lelah. karena mimpi belum terselesaikan, mimpi akan kemerdekaan.

hutan ini seperti medan pertempuran,
dan kita, bukan pecundang.


**untuk teman di hutan, yang sedang kebingungan. janga lupa, dunia masih berupa koma.

Friday, September 08, 2006

tentang nyanyian rembulan

ini purnama kesekian,
sejak namamu kulafalkan dalam keterasingan.


kamu ingat apa yang pernah kukatakan?
tentang kisah putri kesepian yang terperangkap di bulan. ibuku dulu sering bercerita, alkisah wanita yang teraniaya. dunia tak menerimanya, meskipun dia sama sekali tak buruk rupa. tapi auranya, mengubur hiduphidup suka cita. lalu semesta tak menghendakinya, dan mengirimnya keluar jagad raya. maka, tertunduklah dia di bulan, menerang cahaya. dan aku akan berkata, liat kan, disana ada bayang - bayang kesedihan, itu dia.

kesedihan. tapi dasar kita, maka tak kan biarkan diri terlena. tak apa rembulan terluka, tapi kita harus bergembira. maka kita akan lantunkan lagu ceria,

Sore-sore padang bulan, Ayo konco pado dolanan
Rene-rene babarengan, Rame-rame ... e ... gojeg-gojegan

Kae-kae rambulane, Yen disawang kok ngawe-awe
Koyo-koyo ngelingake, Konco kabeh ojo turu sore-sore


maka kita mulai berdansa. bergandengan tangan, dan tertawa - tawa. listrik tak ada tak mengapa, karena terang bulan begitu menyala. langit begitu sempurna, sebagai tempat kita menggantungkan citacita. malam, tak pernah semenakutkan sekarang, menemani kita bercerita. dan kamu akan berkata, mendekatlah, kubagikan sinar kunang-kunang yang menebar cinta.

tapi waktu itu kejam. membunuh kebersamaan merajam. menyisakan legenda yang sedikit terekam. langit telah berganti beton - beton yang berdebam. malam menjadi seram. dan bulan malu - malu tak kunjung datang. disini memang bising, tapi kita semakin terasing. egoisme yang mendarah daging.

teman, kenapa semua indah jika sudah menjadi kenangan?

Thursday, September 07, 2006

tentang krisis

.....
+ di depan kantor gw ada kebakaran.
- oya?
+ macet banget.
- emang kebakarannya gedhe?
+ nggak, tapi yang nonton banyak.
.....


negara saya mungkin sudah lelah menangis, sampai simpatipun terkikis. atau hati nurani telah habis, sehingga mental ikutan bengis.

bencana dan bahagia berjarak tipis. lalu diantaranya, justru tergelak diatas sedih yang mengiris. jadi ingat catatan siang terik yang saya tulis,

aku mengenalimu dari luka. yang tertoreh berdarah darah di ujung mata. harusnya itu hanya kesedihan, bukan campuran bekuan airmata. tidak pula darah, yang mengental karena lama.

lalu aku mulai menuliskan sajaksajak mesra. dari goresan tinta campuran duka bersemu asa. tak terlalu pekat, tapi cukup bisa dirasa, kamu menderita. entah itu apa, tapi kesedihanmu telah menggelapkan dunia. dan aku, justru menarikannya dibalik kata - kata.


ironis.

Tuesday, September 05, 2006

tentang garis akhir

.....
+ but it was the first time for me to touch the dead body
- and..how does it feel?
+ weird.
.....


mendekat, dan menyakitkan.
tapi jika saatnya tiba, tak kan terasa apa.
:sampai jumpa di peradilan.

Monday, September 04, 2006

tentang penyakit musiman

belakangan ini, kerjaan saya (loh, kok kerjaan?!), adalah mengunjungi satu festival ke fesival laen. maklum, selaen musim dingin, di bali juga sedang menjamur musim festival. dari festival layang - layang, festival HAM (yang saya ga tau singkatan dan maksudnya apa), sampe festival tiap desa.

hampir tiap hari saya mendapatkan informasi dari milis akan digelarnya satu festival di satu tempat. saya sendiri sebenarnya kurang tertarik, karena dari pengalaman2 sebelumnya, saya sedikit kecewa tiap kali melihat festival layang - layang. lah, gimana nggak klo tiap taon bentuknya itu- itu saja. kreatif dikit kek..
tapi kata si didats, festival layang2 internationalnya yg di tanah lot lumayan bagus - bagus.

taon ini, festival yang pertama saya datangi, sanur village festival 2 minggu lalu. hasilnya, saya kecewa. tidak ada apa - apa disana, kecuali pameran yang sepertinya hanya ala kadarnya. dan akhir pekan lalu, lagi - lagi saya penasaran. jadilah saya datang ke nusa dua festival. sampai disana, yang saya temukan hanyalah pameran pembangunan. iyah, sepi. jadilah kami hanya jalan - jalan di area taman nusa dua yang sudah gersang.

sebenarnya saya bingung, apa tujuan diadakannya festival - festival semacam gini ya? kalau untuk menarik wisatawan, kenapa kemasannya justru sangat membosankan? lagi-lagi, hanya untuk ajang cari uang, tanpa lagi musti peduli akan pencapaian? atau, jangan - jangan hanya mau ikutan trend musiman?

ughh, tapi tetap, saya berharap kuta karnival tengah september ini lebih menyenangkan.

Friday, September 01, 2006

tentang yang tertinggal

aku, celana. ketika dia menemukanku, aku sedang tergantung manis di sebuah jendela. tentu saja, pada deretan toko mewah yang ada penjual kaki lima di depannya. dua pemandangan yang berbeda, kesenjangan nyata. dan ketika aku dicobanya, yang ada aku hanya jadi pelengkap dia yang sudah sempurna. kaki jenjang melenggang di depan kaca. dan diam - diam, aku yang jatuh cinta. berdoa mengharap untuk dibawa. tapi selanjutnya justru kecewa, karena dia lebih tertarik untuk melirik tetangga.

aku, buku. tak menggoda dengan muka menipu. pasrah saja ketika seseorang mengambilku, karena aku tau fungsiku. apalagi jika tidak untuk menyimpan rahasia tabu. ya, mereka senang untuk memeliharaku, karena aku bisu. tak pernah meracau, apalagi mengadu. tapi ketika dia mulai menulisiku, aku sedikit terayu. apalagi jika dia mulai cerita tentang haru biru, ingin rasanya kubasuh airmata itu dengan robekanku. kami memang tidak saling mencumbu, tapi sehari saja tak bertemu, aku rindu. entahlah, kehadirannya sudah menjadi candu. sampai suatu saat aku benar - benar kelu, ketika tau dia akan membuangku, terserak diantara tumpukan sampah - sampah bau.

menyebalkan!!!

mungkin sebaiknya, tak usah datang sekalian, jika pada akhirnya hanya pergi dan meninggalkan kesan.


**terinspirasi dari pembicaraan dengan nona ini di kedai kopi. teuku umar tak pernah mati, huh?!