Tuesday, May 31, 2016

catatan perjalanan : menunggu


pernah kubayangkan, suatu hari pada sebuah dermaga yang sepi, aku akan menunggumu. 

.
.
dengan segelas kopi hitam tanpa gula yang akan membuat penantian ini menjadi lebih dramatis dari biasanya : rindu dan pahit yang mencekik kerongkongan. lalu akan kubaca sebuah buku berjudul hidup ini, sekumpulan esai pendek tentang kenyataan-kenyataan yang menyedihkan tapi tak terelakkan. dengan sandal jepit usang, talinya mungkin akan segera putus, tapi tak demikian dengan harapanku yang tak pernah pupus. 

.
.
aku akan menunggumu sembari melempar kerikil-kerikil kecil ke lautan, menghitung berapa banyak waktu yang telah kubuang. sesekali mungkin akan lewat burung camar, atau bangau, entahlah. yang pasti aku akan mengumpat mereka yang bisa terbang tanpa beban. sedang aku, terpuruk tak karuan. 

.
.
aku akan memandang kosong ke depan, pada perahu nelayan yang baru pulang. pada ikan-ikan yang menjadi rebutan, sambil terus saja aku membuat perumpamaan : seandainya sedikit saja aku pernah kau rindukan.


**) untung jawa, maret 2016.

Friday, May 20, 2016

catatan perjalanan : berkejaran dengan waktu


Pada hari yang sebentar lagi gelap, setengah berbisik, kusebutkan namamu. tidak, kita tidak sedang berbincang bercengkerama tertawa-tawa, kita sedang bersaing dengan waktu yang akan menenggelamkan semuanya. kita berharap banyak, berharap cahaya akan tinggal lebih lama, sehingga aku bisa melihat wajahmu, dan kamu bisa menatapku. kita berharap malam tak segera datang, lalu kita harus beranjak berlawanan. kita berharap waktu berhenti, sehingga ketika aku melongok keluar jendela, dapat kulihat wajahmu menanti. 

.

.
kita berharap, kenangan akan tinggal lebih lama. selama matahari pagi yang masuk perlahan dari balik jeruji. membangunkan aku, kamu dan perasaan ini. 


**) museum stovia, 20 mei 2016.

Monday, May 02, 2016

catatan perjalanan : pulang



apa yang paling kamu rindukan dari sebuah kata pulang? rumah untuk berteduh, atau tatapan mata yang tak bosan mempertanyakan alasan untuk setiap tetes peluh yang luruh? sedangkan pada setiap jengkal yang kita tinggalkan, waktu adalah sebuah keniscayaan. masing-masing kita berjalan ke depan, meski tak bersamaan. lalu, yang tertinggal adalah potongan fragmen yang sebentar lagi kita namakan kenangan.
.

.
untuk siapa, untuk apa sebuah perjalanan dilakukan? untuk mencari jawaban, atau hanya mengusir kebosanan? untuk masa muda yang penuh keangkuhan? untuk sebuah petualangan? untuk mencarimu, di situ? sedangkan aku dan kamu sama-sama tahu, kita melangkah dalam kesendirian. sesekali, mungkin sesekali, namamu kulafalkan, hanya untuk menggenggam ingatan. 

.

.
apa yang kamu rindukan dari sebuah kata pulang? saat bertahun-tahun kemudian, beginilah yang kita tinggalkan. acak, dan berserak.


**) pulau untung jawa, maret 2016.