Thursday, March 31, 2011

(per)jalanan

saya selalu mengaku sangat menyukai perjalanan. tempat-tempat baru, bangunan-bangunan asing, dan tentu saja orang-orang yang asing.

melihat seseorang yang tidak kita kenal melakukan sesuatu itu menyenangkan, apapun yang dia lakukan. mungkin karena perasaan yang melatarbelakangi saya hanya sekedar ingin melihat, maka keinginan untuk tahu lebih banyak kenapa dia melakukannya, hampir tak ada. kalaupun ada, itu semacam ke-soktahu-an saya, yang terus menerus dipupuk lewat dialog - dialog di kepala sehingga menciptakan drama :D

lalu sekarang, kecintaan saya pada perjalanan sedang diuji. perjalanan tak hanya soal hal-hal menyenangkan seperti layaknya tamasya, bukan? perjalanan sepaket dengan debu, asap kendaraan, bau sampah dan selokan, dan kalau di jakarta, sepaket dengan macet.

dan mengeluhkan macet itu seperti membuang energi percuma, karena memang sudah begini adanya. kota ini seperti menderita menyakit jantung stadium empat, kemacetan sudah tak tertolong lagi.

yang menyakitkan dari semuanya adalah kenyataan bahwa saya tak benar-benar menyukai perjalananan, tidak sesuka yang saya kira. perjalanan tak bisa dipisahkan dari jalanan, yang sesungguhnya adalah esensi dr perjalanan itu sendiri. ironisnya, saya tak suka asap kendaraan, saya tak suka bau-bauan yang selalu bikin saya menahan nafas, dan saya tak suka macet. macet membuat saya ingin muntah. dan itu menyebalkan sekali.

mungkin saya harus lebih sering melakukan perjalanan di kota ini, mengakrabi hal - hal yang tak hanya menyenangkan, menerima jalanan itu sendiri. seperti pagi ini..

Wednesday, March 30, 2011

lelakiku

sampai dengan perjalanan saya disini, saya mengamini bahwa beberapa hal terjadi tanpa sebuah rencana. rencana saya, tentunya.

malam itu, di sebuah cafe kecil di daerah tebet, jakarta selatan, seorang teman mengenalkan saya pada temannya, yang tinggal di sekitar situ juga.

seharusnya kalian sudah saling mengenal, dia blogger juga kok, begitu kata teman saya.

tapi saya memang tidak mengenalnya, hanya sesekali pernah mendengar nama disebut oleh teman saya, blogger lainnya. memang begitulah dunia blog, lingkaran - lingkaran beberapa saling berpotongan. hanya saja lingkaran saya dan lelaki itu memang tak pernah saling mau tahu, hingga malam itu.

perkenalan yang biasa, tak ada yang istimewa. tipikal lelaki yang berpenampilan sangat kebapakan, dengan celana kain dan kemeja lengan panjang terlipat rapi.so-not-my-type, begitu kesan pertama saya. :D

hanya saja malam itu waktu berpihak dengan kami, malam masih sangat lama, dan percakapan menjadi begitu panjang. ada gelas - gelas kopi dan tawa, juga sedikit gengsi tentunya, atau lebih tepatnya "jaim", karena baru kali itu kami bertemu.

ketidaktahuan, seringkali membuat semuanya menjadi lebih ringan, tidak ada prasangka. saya mengenalnya begitu saja. lewat kopi, lewat tatap mata, lewat asap yang tek berhenti ditiupkannya, lewat caranya berbicara. dan sayapun menyukainya.

saya menyukainya hari-hari setelahnya. setelah dia mengantarkan saya ke airport untuk kembali ke bali, atau hari-hari dengan percakapan panjang lewat telephone tengah malam, atau kapanpun kami sempat berbicara. ritme yang berbeda terkadang menjadi kendala, tapi toh akhirnya kami bersama.

dan saya akhirnya jatuh cinta, semakin mencintainya setelah apa yang kami alami. setelah kami menikah dan belajar untuk menjadi dewasa setiap harinya. dengan permasalahan dan tentu saja pertengkaran kadang kala. semakin mencintainya setelah anak lanang ada. dan cinta saya padanya, bertambah seiring dengan gelas-gelas teh yang kami minum berdua setiap paginya.

ps. celana kain dan kemeja lengan panjang yang dia kenakan malam itu, tak pernah lagi dipakainya. sepertinya itu pertama dan terakhir kali saya melihatnya. selain karena berat badannya yangterus bertambah dan membuat celananya tak muat, tentu saja karena saya tak pernah mengijinkan dia untuk memakainya. :))

ps lagi. dan dia masih juga tak romantis, seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya :P

Tuesday, March 29, 2011

anak lanang

kehadiranmu adalah sebuah kejutan. yang hinggap bahkan ketika tak kami perkirakan. ada perasaan takut, tentu saja, dan selanjutnya hanya ada bahagia. bahagia, bahagia dan bahagia.

sembilan bulan, sekian perjalanan sejak dalam kandungan. bukan perkara yang mudah untuk kita jalani, yah nang? penerbangan denpasar - jakarta, denpasar - bandung, denpasar - kediri dan akhirnya denpasar - jakarta. belum lagi ketika harus berkendara dari denpasar - ubud - singaraja, atau bandung - jakarta, atau surabaya - kediri. belum lagi bangun pagi - pagi dan tidur larut malam. juga ketika harus menghentikan kebiasaan ibu untuk minum kopi di awal bulan kamu ada.

terimakasih untuk tidak membuat semuanya menjadi lebih sulit. untuk tidak adanya mual pagi hari, muntah-muntah atau berbagai hal menyiksa lainnya. terima kasih untuk kesabarannya, bahkan ketika akhirnya kami memutuskan untuk melahirkanmu di bengkulu, kota yang benar-benar baru.

dan tentu saja, terima kasih untuk kehadiranmu yang benar-benar ada. yang bisa kami peluk, cium dan tentu saja sudah mulai bisa meminta. terimakasih untuk genggaman tanganmu yang menguatkan, menyadarkan bahwa sekarang tak lagi hanya ibu dan ayah, tapi ada kamu diantaranya.

sehatlah selalu, nang. seperti biasanya. tetaplah tertawa, tersenyum, dan bahagia. kuatkan kaki, mari belajar untuk berjalan. meski kali ini, kamu akan memulainya dengan kakimu sendiri. tak apa terjatuh, karena dengan begitu kamu akan belajar untuk berdiri. nikmati setiap langkah, yang mungkin nanti tak mudah. tapi seperti waktu, bagaimanapun kita akan berjalan ke depan, bukan?

tak usah tergesa untuk dewasa, nikmati saja setiap perjalanannya..

Monday, March 28, 2011

mengasah pisau

otak itu seperti pisau, semakin lama tak digunakan, akan semakin cepat karatan.

saya masih ingat sekali kalimat itu, terus menerus terngiang-ngiang di kepala. kalimat yang dari kecil sudah seperti senjata untuk ibu menyuruh saya belajar. baca apa aja, klo sempet yang dipelajari krn bagaimanapun otak itu perlu latihan, blablabla. begitu kalimat yang selalu ibu saya bilang. kalimat yang seringkali berakhir dengan kata2 tadi, klo ga dipake nanti akan karatan.

dan sepertinya sekarang saya benar2 merasakan apa artinya kata-kata itu. hampir 1,5 tahun, atau tepatnya 16 bulan sejak saya mengajukan surat pengunduran diri terakhir kalinya, dan sejak saat itu, bisa dibilang saya memang sangat jarang memakai otak saya :D jangankan untuk mempelajari banyak hal, untuk membaca buku yang sudah numpuk di rak pun tak pernah. berdalih tak punya waktu lah, sibuk ngurus anak lah, ga ada asisten lah, dan lah-lah lain yang sebenarnya bersumber dari kemalasan saya.

masih ada beberapa buku yang belum dibaca, majalah yang hanya disentuh beberapa lembar, dan blog yang tentu saja terabaikan. berapa kali saya mencoba konsisten untuk menulis, tapi berakhir dengan 1 postingan saja untuk sekian bulan.

ketika asyik menikmati kemalasan, tiba-tiba saya mendapat tawaran. atau lebih tepat jika disebut tantangan, untuk kembali mengasah kemampuan (tsahhh!) untuk menulis. iya, menulis. sesuatu yang selama ini menjadi hobby dan pelarian di waktu yang kadang-kadang, mau tak mau menjadi sebuah profesi baru. jangan bayangkan menulis novel, atau cerpen. bukan seperti itu.

saya tak harus menulis panjang lebar seperti postingan, tak juga harus menyentuh seperti sebuah karya sastra. yang perlu dilakukan hanya mengemas kata menjadi menarik, menjadi sebuah bahan perbincangan. seperti basa basi di sebuah pesta, yang pada akhirnya melahirkan percakapan. masalahnya adalah, saya bukan seseorang yang suka bergaul apalagi basa-basi.

pertama kali ditawari, saya kira akan mudah. saya iyakan saja, toh belum tentu ada tawaran selanjutnya, pikir saya saat itu. apalagi, apa sih susahnya membuat alter ego? tapi ternyata tidak segampang yang saya bayangkan, sodara-sodara! dunia tetap berputar meski saya berhenti menulis. dan ketika saya mencoba kembali menulis, dunia tulis menulis sudah jauh meninggalkan saya. *lebay*

dan akhirnya disinilah saya, bukan hanya kembali mempergunakan pisau yang telah lama tidak digunakan, sayapun harus berusaha lebih keras untuk mengasahnya. fewh!

hal berat lainnya adalah menyesuaikan ritme saya dengan kata-kata yang sudah berlarian. keluar dari zona nyaman yang terbiasa dengan "remember password" ke dunia manual, salah satunya saya harus mencoba-coba berbagai macam password untuk masuk ke "dashboard" blog ini. dan berakhir dengan ..I reset my password :))

banyak sepertinya yang harus saya kejar, saya pelajari, saya asah. semoga kali ini, dunia mau berbaik hati memperlambat lajunya agar saya bisa mengikuti. meskipun tetap, saya ingin dimaklumi,

something wrong with my mind, or better i'd say brain. or memory. or age. or whatever.