Saturday, July 19, 2008

tentang usaha melawan lupa

"...aku lupa kapan terakhir melihat kunang - kunang."
-message received from 08180735****-

sebenarnya ingin kujawab saat itu juga pesan pendek yang kamu kirimkan padaku siang ini, hanya saja kukira kapasitas layar ponselku tak akan mampu menampung segala yang ingin kukatakan padamu.

jika kamu lupa kapan terakhir kali kamu melihat kunang - kunang, kurasa akupun tak jauh beda. mungkin juga aku tak selama kamu. hanya saja memang ingatanku sangat buruk. kukira hal ini sudah sering kukatakan padamu. sejak aku mengeuthanasia memoriku, kurasa aku jadi gampang melupakan sesuatu. bayangkan saja aku lupa apa arti parang jati dalam buku bilangan fu-nya ayu utami yang sekarang bahkan belum terbaca sampai selesai. parah bukan? aku selalu kagum pada orang - orang sepertimu, yang memperlakukan ingatan tak ubahnya catatan - catatan kecil tertata di laci, dengan hati sebagai kunci. yang bisa kamu panggil ketika kamu menginginkannya. ingatanku tak ubahnya kliping - kliping tak tergunting, melainkan tersobek tak beraturan dengan beberapa bagian yang hilang. bukan tertata, melainkan berserakan. sehingga aku tak bisa memilahnya, mana yang seharusnya kuperlukan, dan mana yang seharusnya kutaruh belakangan. ingatanku muncul dan tenggelam tak beraturan. dan hati sebagai kunci? lupakan saja, ketika kukira hatiku sudah tak lagi ada gunanya.

lalu, hmm...aku hampir kehilangan fokus pembicaraan. tadi kita membahas tentang kunang - kunang ya? ketika kuterima pesanmu, aku pikir lama kelamaan kunang- kunang tak ubahnya sebagai mitos belaka. mungkin nanti anak - anak kita akan mengenalnya demikian, ketika kita saja sudah lupa kapan terakhir kali melihatnya. seperti dinosaurus, yang hanya ada di jaman purba. dan masa kini adalah purba untuk waktu yang nanti. mungkin juga dia maish berkeliaran di sekitar kita, hanya saja terang membuat kita mengacuhkannya. bukankah cahayanya hanya berharga bila gelap tiba? karena lampu kota lebih lebih menggiurkan dengan gemerlapnya. yang sayangnya, terang kebanyakan hanya akan menjemukan. lalu kita akan kembali merindukan sentimentil kunang - kunang dan bau angin malam. begitulah, kita akan kembali menginginkan apa yang telah tiada. dasar manusia.

tapi terlepas dari kita mencaci lampu kota dan modernisasi untuk kunang - kunang yang semakin jarang, memang hal itu tak bisa dihindari. kehilangan, kepergian, kepunahan, akan selalu terjadi. seperti hidup, bahkan ada waktunya untuk mati. seperti duka, yang nantinya akan menguap juga. seperti ingatan yang ingin kita kenang, yang tiba waktunya kita akan lupa. dan waktu adalah saksi dari semuanya. hanya saja kadang kamu, aku, seringkali lupa. karena waktu ada di dimensi ketiga, diluar kita berdua.

mungkin ini pula jawaban dari rayuanmu yang tak pernah tersurutkan. mungkin belum saatnya, belum saatnya aku menghapus catatan - catatan yang pernah kutuliskan. seperti yang baru saja kamu lakukan. karena aku masih berusaha untuk memperpanjang ingatan. berusaha mengabadikan hal remeh - temeh, untuk memunggungi kefanaan. ya, dengan mencatatkannya sedemikian rupa. seperti yang sekarang ini sedang kulakukan.

karena dari catatan itulah kamu dan aku tau, kita pernah berada disitu. juga kunang - kunang, terang bulan, luka, air mata, cinta, rasa, atau entah apa. ya, masing - masing orang mempunyai cara berbeda untuk menyimpan ingatan. yah, goresan ini adalah usaha untuk melawan lupa. karena seperti yang dikatakan hannibal lecter dalam red dragon,

our scars have the power to remind us that the past was real.

Saturday, June 21, 2008

tentang kopi

:as

aku tak ingin berkata muluk padamu, tentang kopi. karena kamu tau, seberapa sedikit pengetahuanku akannya. tidak lebih dari gelas-gelas cappuccino, espresso, kopi tubruk, latte, kopi krim. yang terakhir adalah awal dari cerita kita.

ya, kopilah yang ada disela obrolan tentang pekerjaan yang semakin susah saja. tentang kantormu yang penuh ibu - ibu paruh baya dan menyibukkanmu seputar pertanyaan bagaimana menutup file excel, bagaimana mengirim email, dan pertanyaan - pertanyaan yang semakin membuatmu geleng-geleng kepala. bahkan sampai pertanyaan, bagaimana jika kamu membantu mereka mengangkat galon aqua. kesemerawutan yang ternyata membuatmu bertahan.

kopi pulalah yang ada diantara kita, ketika aku mulai mengeluhkan tentang hidupku. berpindah dari satu kantor ke kantor lainnya. meninggalkan kenyamanan yang hanya akan membuatku bosan. katamu, hobiku adalah mengobrak-abrik tananan. lalu kamu akan menyarankanku meminum kopi, setiap kali aku mulai gelisah dan merasa kelelahan.

kopi yang mendekatkan kita.

pernah pada pertemuan kedua, kita harus berpindah beberapa tempat hanya untuk mendapatkan segelas kopi ketika tengah malam mulai menjelang. dulu gerai kopi tak seramai sekarang, dan kita berakhir di gerai dekat persimpangan. menghabiskan 6 jam dengan berbicara dan tertawa - tawa, sampai mbak-mbak penjaga mengusir kita.

insiden itu memalukan ya. untung hanya sekali saja. karena setelahnya kita lebih banyak menghabiskan waktu di tempatku. berbincang berjam - jam sampai bosan tanpa pengusiran. pada setiap kedatanganmu, aku menyiapkan segelas kopi yang berbeda, kecuali campuran cream-nya. kamu menyukai coffee cream, bukan espresso yang nendang, atau kopi tubruk yang terus terang. kamu menyukai kehangatan. dimulai dari segelas kopi instan merek a, lalu merek b, lalu aku mulai meracik kopi sendiri. dan kamu adalah obyek penderita, kelinci percobaan untuk setiap segelas kopi yang aku cipta. enak. begitu jawabmu setiap kali kutanyakan tentang rasanya.

dari kamu aku belajar apa itu esensi kopi. bukan hanya sebatas sesendok kopi, dua sendok gula, dan dua sendok cream. tapi lebih dari itu. karena sesekali kumasukkan 2 sendok kerinduan, 2 sendok rasa senama cinta, 2 sendok kenyamanan, sesendok extra kehangatan, dan kali lain sesendok kesedihan atau beberapa sendok kekecewaan. tergantung pada keadaan. mungkin karena itu ritual minum kopi kita jadi menyenangkan.

bahkan ketika sekian tahun kita tak pernah lagi melakukannya bersama - sama, aku masih jelas mengingatnya. dan semalam, ketika dalam perjalananku ke rumah teman, aku teringat potongan pembicaraan kita beberapa waktu yang lalu. kamu satu - satunya orang yang menyebutku barista. terlalu berlebihan untukku, tapi kuiyakan saja. mungkin sebenarnya perlu kutambahkan, baristamu. karena hanya kamulah yang pernah benar - benar merasakan kopi yang kubuat dengan hatiku.

segalanya memang tak lagi sama. tapi aku tak pernah menyesal kita pernah berpapasan di persimpangan dan sempat berjalan bergandengan tangan. aku pernah menjadi baristamu, dan kamu adalah pelanggan yang setia menunggu di teras rumahku. dan ingatan akan potongan pembicaraan itu, kurasa adalah isyarat, apa yang akan menggenapkan hidupku yang mulai berkarat.

kurasa suatu hari, mungkin kamu akan menemukanku, diantara tumpukan gelas dan bubuk kopi. tak hanya menjadi baristamu, melainkan barista siapa saja, yang sedang mencari jiwanya.

Thursday, June 19, 2008

tentang kota metropolitan

jakarta malam hari tak seburuk siang. mungkin karena topeng - topeng sudah dilepaskan. dan tampaklah wajah - wajah tanpa kepalsuan. ini mungkin sisa - sisa, yang mampu bertahan. murni memang tak pernah mati.

etalasi dengan lampu - lampu besar sudah dipadamkan. pertunjukan telah usai. seperti panggung, gerai yang berserakan seakan menawarkan idelaisme mimpi. tak peduli kepada siapa saja, apa saja. mungkin pada perempuan berkacamata gucci dan bersepatu manolo blahnik, atau pada ibu - ibu peminta yang menggendong anaknya.

kedai kopi buka untuk dua puluh empat jam. segelas seharga sepiring makanan. murah untuk ukuran manusia-manusia cosmopolitan, tapi amit - amit untuk penjaja makanan di pinggir jalan. segelasnya sama dengan dua puluh gelas kopi ketika kita membelinya di mbok-mbok kaki lima.

lampu kota menerangi beberapa sudut yang ingin diterangi. selebihnya, biarkan saja tetap tenggelam dalam keremangan kota. karena disitu mungkin ada luka, yang tak ingin dipertontonkan pada kita.

*catatan ketinggalan. dicatatkan untuk memperpanjang ingatan.
jakarta, 6 juni 2008.

Wednesday, June 18, 2008

tentang waktu

memang hidup adalah bangku sekolah, dengan pembelajaran yang tercecer dimana - mana. bukan soal buku yang membuatmu pintar, tapi kepekaan untuk menangkap sebuah penanda, lalu memaknainya.


untuk senja yang terlewat di pantai kuta. waktu tak akan pernah bisa kembali, memang. lalu, untuk apa membuang lebih lama dengan menunda?

Monday, June 02, 2008

tentang catatan akhir pekan

And is it ending
Should it really make you sick is now the time that you realize
you better get out quick cause time is ticking on
to long to fake your smile.


aku kemasi barang - barang. kumasukkan mukena tanpa sajadah. celana panjang. kaos kaki. baju lengan panjang. charger handphone. sikat gigi. sabun mandi.

kumasukkan dua kaleng bir. kumasukkan buku goenawan mohamad yang ingin kubaca untuk ketiga kalinya, tentang tuhan dan hal - hal yang tak selesai. kumasukkan sebungkus sampoerna a-mild. dan dua korek berlabel circle k.

If she had wings she would fly away
And another day god will give her some
Trouble is the only way is down,down,down


dua jam perjalanan. berhenti sebentar, untuk lapar yang mengganggu. untuk bensin. untuk mengambil uang di atm. untuk teman seperjalanan yang ingin kencing. untuk melihat sawah. untuk memandang entah.

And if I can’t hear the music
And the audience is gone
I’ll dance here on my own.


hingga sampai pada suatu tempat. dingin. danau. kabut. sepi. anjungan-anjungan. perbukitan. kampung muslim. perkebunan.

maka jika hari itu seandainya kamu ada disitu, mungkin kita bisa bertemu. jika kamu melihat perempuan sedang terpaku melihat pekatnya kabut, itu aku. yang sedang mencoba menghadapi ketakutan, dan ketidakpastian. jika kamu melihat perempuan yang sedang memandangi langit, itu juga adalah aku. mencoba mencari jawaban, soalan apa yang ada di depan.

One day your story will be told,
One of the lucky ones, who´s made his name


pun ketika malam tiba, jika kamu melihat perempuan yang khidmat dalam sujudnya, itu aku. rapuh dan menyerah kalah atas ego ketika dihadapkan pada pencobaan. jika kamu melihat perempuan sedag terpekur memandang bintang, itupun adalah aku. menyelami kerinduan pada jiwa yang sempat hilang.

dan pada malam yang semakin menggigil, jika kamu melihat perempuan meneggak bir nya, itupun adalah aku. yang sedang berusaha untuk menghangatkan hati.

Saw the world turning in my sheets
And once again, I cannot sleep
Walk out the door and up the street
Look at the stars beneath my feet
Remember rights that I did wrong
So here I go

lalu pagi datang, tapi gelisahpun tak kunjung menghilang. dingin masih sama, hanya saja embun sudah menyublim membentuk butiran - butiran air yang jatuh pada dedaunan, dan pada bunga gunung yang bermekaran. tak ada toleransi untuk sebuah kesedihan.

I'm not calling for a second chance,
I'm screaming at the top of my voice,
Give me reason, but don't give me choice,
Cos I'll just make the same mistake again.


dan jika pagi itu, kita bertemu kamu akan melihat perempuan berdiri di anjungan, memandang luasnya danau tanpa pernah mencoba menyelaminya. itu adalah aku. yang sedang memikirkan hidup dan kemungkinan-kemungkinan. kemana langkah selanjutnya akan digerakkan. jika setelahnya, kamu melihat perempuan diatas perahu, diam, itupun adalah aku. memandang ke depan, dengan rokok yang dihisap perlahan.

hidup memang selalu begitu. terkadang juga lucu. tak usah terlalu khawatirkan aku. perjalanan ini bukan untuk luka, melainkan jeda. rehat untuk melihat lihat peta. bukankah banyak kemungkinan di luaran sana ?

Shine on, just shine on
Close your eyes and they'll all be gone
They can scream and shout that they've been sold out,
but it paid for the cloud that we're dancing on
So shine on, just shine on
With your smile just as bright as the sun
Cause they're all just slaves to the Gods they've made
But you and I, just shone, just shone


iya, ini memang yang menyenangkan. pencarian atas potongan puzzle yang sempat berserakan. menyatukan bagian per bagian. aku. all the lost soul.

Friday, May 30, 2008

tentang menyiapkan perjalanan

udah, jangan sedih. perjalanan tak akan terhenti sampai disini kok. kita masih akan tetap beriringan, hanya saja mungkin tak lagi bergandengan tangan. karena jarak terlalu lebar terbentang, sedang lengan hanya sepanjang jangkauan. pun keinginan untuk mengusahakan sudah hampir kehabisan, sehingga yang ada hanya sisa - sisa kenangan.

iyah, perjalanan tak berhenti disini. karena aku harus menyusun apa yang sudah terserakkan untuk membuatnya utuh kembali. beberapa potongan puzzle terlupakan, karena begitu asyiknya aku dengan hubungan kita yang kukira menyenangkan. dan karenanya aku harus menebusnya, untuk kembali menyatukan. hidup kubilang.

lalu, apa yang sudah kamu siapkan? sini, kubantu kamu untuk merapikan. sepotong baju hangat untuk musim dingin, dan kertas kertas untuk mencatatkan musim semi yang akan datang. pun remahan roti untuk menuntunmu pulang. jangan lupa membawa peta, tentang negeri segala mimpi, dan kompas, untuk mengingatkanmu akan jalan menuju ilahi.

ah, tak usahlah lagi kurisaukan. kukira kita ini adalah manusia - manusia yang tahu apa yang harus dilakukan. masa suram ketika aku duduk di pojokan, sambil kukatanyakan kemana aku harus berjalan, sudah terlewatkan. luka sudah terlalu nanar untuk bisa dirasakan. keikhlasan, untuk menerima itu sebagai suatu jalan. apa yang kamu tertawakan? kerapuhanku dan ketololan setelah berbulan-bulan? tak apa, lebih baik aku begitu, daripada aku berdiam pada kepura-puraan. mengingkari kenyataan.

namamupun perlahan sudah kuhapuskan. entah larut pada air mata yang tumpah, atau embun yang kelam menghitam. lalu menguap bersamaan dengan pagi yang datang. kesakitan yang berlebihan, membuat tawar sebuah arti kesedihan.

perjalanan kali inipun sudah lebih ringan. kukosongkan ransel dari dendam. kebencian yang bersemayampun tak lagi pantas untuk dihiraukan. seperti bayangmu, yang perlahan lenyap ditelan malam.

hidup adalah perkara sejarah yang berulang - ulang.

Wednesday, May 28, 2008

tentang pertemuan kesekian

lelaki itu telah menunggunya. dengan sekotak salad, dia tahu perempuan itu menyukainya. dan pizza. terlalu besar mungkin, jika hanya untuk berdua. diacuhkan saja pesan pendek yang baru saja diterimanya, toh malam ini adalah malamnya.

dan perempuan itu datang sambil menenteng minuman kaleng. dia beli sekaligus empat rasa, karena dia lupa, rasa apa yang lelaki itu suka. ah, tidak. dia tidak lupa, karena memang dia tidak pernah mengetahuinya. apa yang dia ketahui dari lelaki itu, selain namanya. sisanya, tidak ada.

lalu mereka bertemu. tersenyum. diam. lalu tersenyum lagi. saling memandang. lalu tersenyum lagi.

ah, ya. selamat ulang tahun. perempuan itu mengawali membuka suara. lalu keduanya tertawa - tawa. iyah, terima kasih kamu mengingatnya. haha, ingatan adalah kutukan. apa yang kita tidak inginkan, justru ada disana. sedang apa yang ingin kita kenang, sudah tergerus waktu entah kemana.

lalu keduanya tersenyum lagi. kembali diam. tertawa. dan terbahak - bahak.

dua puluh tujuh tahun ya? iyah, tua. tapi, umur khan hanya deretan angka.

ini reuni. pertemuan setelah hm.. empat, enam, sembilan, atau sepuluh tahun yang entah. dan waktu adalah jurang yang dalam, memisahkan tidak hanya ruang, tapi juga rasa yang pernah ada. jadi apa kabarmu?

masih sama. hari ini kita tak harus berpesta bukan?

tentu saja, kita tak lagi anak sma yang bersuka cita, atau sedang dimabuk cinta. kurasa kita sudah menjadi manusia - manusia dewasa. tak lagi memaknai hari kelahiran atas bertambahnya usia. seperti kurva, sekarang mungkin mencapai titik turun, pertanda semakin sedikitnya waktu yang kita punya.

lalu mereka terus berbicara. seperti ingin merangkum waktu dan meringkusnya hanya dalam sekejap saja. selama sekian jam yang mereka punya.

jadi, aku pernah menyakitimu dulu?

nggak, nggak pernah. justru aku yang sering melukaimu.

oya? aku lupa.


dan mereka kembali tertawa - tawa. setelah sekian lama, hanya ini yang ada di ingatan mereka. bahwa yang satu, adalah yang lebih baik untuk lainnya. sehingga tidak ada luka. pertemuan adalah soalan rindu belaka. setelah deretan pesan pendek, dan kiriman bunga pada ulang tahun perempuan itu beberapa bulan sebelumnya. hutang terbayar sudah. tapi bukan karena itu perempuan itu ada disana.

kurasa hidup adalah persoalan karma.

jadi disini mereka sekarang berada. udara tak lagi beku, dan mereka tak lagi kaku. lelaki itu dengan sekotak pizza, dan perempuan yang membawa minuman kalengnya. masih terus berbicara, tentang apa saja.

dua puluh delapan mei, dan aku tak melupakannya.

Friday, May 23, 2008

tentang hidup dan jalannya

semalam saya berbicara pada seseorang, tentang keinginan saya untuk bertemu teman lama. kami berlainan kota, dan saling mengabaripun jarang - jarang. sesekali kami berbicara di kotak maya, bercerita tentang rangkuman kisah selama kami tak bersapa. tentang apa saja, kegelisahannya, kegalauan saya, ketakutan - ketakutan kami, dan yah, kami sangat jarang berbicara tentang hati. dan semalam, saya benar - benar ingin bertemu dengannya. keinginan yang saya bawa, hingga saya terlelap tak beberapa lama.

mungkin sejam setelahnya, handphone saya berbunyi. dan saya melihat namanya di layar ponsel saya. aha, sepertinya semesta mengirimkan signal saya ke dia. sayangnya, saya benar - benar mengantuk. saya tidak ingat apa saja yang kami bicarakan, kecuali bahwa sekarang dia ada di sumba, kapan hari transit di bali, hanya saja dia tak sempat menghubungi saya.

dan pagi ini saya menenerima sms dari dia,

sumba timur itu gersang. saya ga habis pikir ada pohon yang bisa idup di atas tanah sekering ini. tapi saya pikir lagi, idup memang menemukan jalannya sendiri.

ah, iya. hidup memang menemukan jalannya sendiri. dan manusia adalah makhluk yang paling mampu untuk beradaptasi. hanya saja terkadang kita lupa, sejauh mana kemampuan kita untuk bertahan dan sampai ada disini.

selamat akhir pekan, saat nya untuk berbenah bukan? ;)

Wednesday, May 21, 2008

tentang kenapa

apa perlunya tanya, jika jawaban sudah tidak ada lagi artinya.


benar katamu. itu tak akan merubah rasa. terima kasih untuk ada disana, mengangkat telepon saya, mendengarkan saya bercerita, meski pembicaraan kita diawali dengan terbata. kita sudah sangat lama tidak bersua, dan lagilagi memang benar katamu, saya bukanlah perempuan yang gampang menjadi gila.

Tuesday, May 20, 2008

tentang tanya dan jawabannya

ternyata ini tidak hanya tentang aku dan kamu.

tidak tentang percakapan - percakapan panjang dengan desahan kekecewaan yang kuempaskan setiap kali kudengar namanya kau sebutkan. tawatawa diantara perbincangan kalian, meski sesekali masih kudengar namaku kau sebut perlahan. pesan pendek yang terkirimkan, dan kubaca diam-diam sembari berkubang pertanyaan. meski tak juga kutemukan jawaban.

tidak pada kebencian akan kebodohan yang aku kira. kukutuki diriku, kuringkus dalam air mata. kukira, cinta tidak pernah sempurna untuk kita. apa yang salah dari semuanya.

pun tidak tentang pertengkaran pada malam-malam sesudahnya. kata tak pernah cukup mewakilkan rasa, dan gulana tak juga mau sirna. lalu kita akan mengulang lagi hal yang sama, kita siapkan babak baru, cerita usang keesokan harinya. lupa, seolah semua baik-baik saja.

acuhkanlah prasangka, karena memang sepertinya tidak ada apa - apa.

begitulah muasalnya, hingga kutemukan deretan namanya. ini realita. tak lagi prasangka. tidak tentang tanya-tanya. tidak tentang rasa curiga tanpa aku tau apa sebabnya. tidak hanya tentang aku dan kamu, melainkan juga dia. tentang permainan kalian yang membuatku gila.

dan aku disini begitu bodohnya. percaya, bahwa rasa tak pernah berbeda. mengamini setiap doa, agar kita bisa bersama. naifnya. kukira cinta cukup untuk kita. kamu bahagia, dan kalian tertawatawa?

untuk setengah hidupku yang telah kau bawa, tinggalkan saja. telah kusiapkan setengah hatiku untuk kembali membawanya. mengeratkan serpihan, dan membuang kebencian. bukankah telah kudapatkan jawaban, atas segala keraguan. relakan janji, untuk tidak selesai. lupakan rasa, yang ternyata ilusi belaka.

Monday, May 19, 2008

tentang kenyataan

cobalah teguk air laut 8 liter, jika dari tegukan pertama sampai terakhir rasanya masih asin, brarti dunia tetap berputar. (*)


dengan atau tanpa saya. memang dunia tetap berputar sebagaimana biasanya. matahari masih saja bersinar, dan hujan masih saja mengguyur perlahan. seperti pagi ini mungkin. dalam perjalanan panjang kesekian. diantara lamunan. dan sesekali kembali berpijak pada kenyataan.

tidur hanya perkara kapan, sekarang atau nanti akan dibangunkan. dan memang harus tersadar, kembali mengemasi barang bawaan, dan melanjutkan perjalanan. memang harus begitu, lagilagi perkara waktu.

* terima kasih untuk obrolan hari ini. meskipun saranmu konyol sekali.

Thursday, May 15, 2008

tentang maaf (*)

mungkin benar seperti yang kamu katakan, maaf terkadang hanya seperti es krim untuk anak kecil. (**)

manisnya terjilati perlahan, sambil menahan tangis yang belum terempaskan. karena tidak baik menikmati makanan sambil menangis bukan? seperti tak mensyukuri rejeki. itulah merananya air mata, yang selalu bergandeng erat dengan duka, padahal bisa jadi itu karena bahagia. tapi bagaimanapun juga, tangguhkan sebentar, ini mungkin tak akan lama. biarkan sejenak kau diterbangkan, oleh manis yang tak bertahan.

seperti es krim pula, harganya tak seberapa. murah, dan bisa ditemukan dimana - mana. pada pertengkaran sepasang pemuda yang lagi dimabuk cinta, pada tukang sampah yang lalai mengerjakan tugasnya, pada pejabat yang mengingkari janjinya, pada papan pengumuman yang tertempel di seantero bandara. maaf, katanya. maaf dimana-mana. ada disini, ada disana. untuk mendapatkannya, tak lebih dari seribu rupiah saja. tergantung dari kesalahan, seandainya bisa diuangkan, pastilah kita kaya.

seperti es krim. nikmatilah, sampai jilatan terakhir, sebelum air putih menggantikan. karena setelahnya, kamu harus kembali tersadarkan. manis itu tiba - tiba menghilang, dan kamu akan temukan dirimu yang kehausan. lalu kamu akan kembali merengek - rengek, entah menangisi manis yang terlewat, atau sedih yang semakin menguat. seperti itulah kembali pada kenyataan. perih memang, karena luka masih menganga.

dan maaf tak juga membuat semuanya usai.

catatan :
* masih tentang hal yang sama, pada tulisan sebelumnya
** quoted by devari

Friday, April 25, 2008

tentang baliho negeri mimpi

pagi ini saya berangkat kerja sambil bersantai. tak ingin terburu, toh masih banyak waktu. apalagi saya sedang mengalami sesi terburuk dari proses flu. setelah hidung gatal, maka selanjutnya adalah kepala pusing. seakan - akan ada cairan bening alias ingus memenuhi kepala, dan menyumbat otak saya. dan di fase itulah saya sekarang. ditambah demam, cukup membuat saya terlihat begitu menderita bukan? :D

di tengah jalan saya melihat baliho. seperti di daerah2 lainnya, sekarang disinipun lagi musimnya calon kepala daerah beradu. entah lewat kampanye halus, atau yang terang2an dan main baku hantam. bukan mereka tentu saja, melainkan rakyatnya. khan rakyatlah yang terkena dampak dari orang - orang diatas sana. udah wajar katanya, toh ini adalah indonesia. yang agak mengganggu adalah gambar-gambar yang terpasang disitu. sepasang adalah gambar mangku pastika dan puspayoga. yang satu mantan kapolda, dulu gencar memberantas perjudian, entah togel atau yang berkedok atraksi budaya. belakangan setelah beliau mencalonkan jadi orang nomer satu, ada kabar beredar, justru merangkul bebotoh - bebotoh itu. katanya sih untuk melestarikan budaya. sekaligus melestarikan sumber dana. entah kabar burung belaka atau fakta. satunya lagi masih sebagai walikota. anggota kerajaan dari puri satria. dsini, keningratan masih saja menjadi tradisi.

politik memang menjadi ranah yang sensitif. berbahaya sekaligus menarik banyak orang untuk kesana. mengerahkan daya upaya, termasuk yang dilakukan oleh mereka berdua. di baliho besar tadi, gambar pasangan lainnya adalah megawati dan sukarno. penampakan wajah megawati disitu masih bisa saya mengerti, karena pasangan calon ini muncul karena partai.

lalu sukarno?

kenapa gambar sang revolusioner itu ada disitu? apakah para cagub sedang berkampanye dengan menjual euforia semata, mimpi akan kejayaan masa yang telah tiada? entahlah, semoga hanya pikiran saya saja.

Wednesday, April 23, 2008

tentang menjadi gila

jadi ceritanya begini. teman pacar saya yang juga adalah teman saya, beberapa hari lalu mengajak nonton bioskop. dan demi menumbuhkan sense of humanity :D, tanpa pikir panjang saya iyakan saja. saya pikir ini adalah aktivitas selingan, daripada saya menyambangi mall - mall dan menghabiskan uang hanya untuk memenuhi hasrat bersenang-senang yang berakhir menyesal kemudian (karena ternyata apa yang saya beli kebanyakan tak saya gunakan, dan ternyata jatah sebulan sudah ludes bahkan tengah bulanpun belum datang). apalagi kemarin malam saya memang tak ada rencana untuk keluyuran.

baiklah, ini memang kesalahan saya. saya terlalu malas menanyakan apalagi membahas film apa yang akan ditonton. bahkan saya tidak mencoba mencari tau film apa saja yang sedang diputar di cineplex sini. tidak lewat telepon seperti yang biasanya saya lakukan, tidak juga dengan mencari tau lewat internet. untuk beberapa hal saya memang pemalas. lagipula dari awal saya memang tidak peduli film apa yang akan ditonton, saya mengiyakan ajakan itu, yah karena yang saya bilang tadi, menumbuhkan sense of humanity :D

maka jadilah kemarin saya pergi ke bioskop tanpa tau apa yang akan saya tonton. saya datang berdua dengan pacar. dan tujuh orang teman datang terpisah. sampe disana, saya baru lihat daftar film yang lagi diputar. kuntilanak 3, satu film horor entah apa judulnya, drop out, dan ayat-ayat cinta. yah, silahkan ditertawakan bali, untuk keterlambatan film yang amat sangat sampe disini. hihi.

saya sudah pasrah, menggantungkan pilihan pada suara mayoritas. saya malas sekali. ternyata mayoritas memilih drop out. baiklah, saya pikir lumayan karena yang main ben joshua dan titi kamal. saya tak pernah berburuk sangka, sampe akhirnya saya menyaksikannya. film ini ternyata tak hanya pantas menerima label buruk, tapi juga menjijikkan. lucu yang sangat tidak lucu dan terkesan dipaksakan. saya tidak tahu esensi film ini dimana, tapi mungkin memang membuat film di indonesia tidak perlu esensi. tidak perlu pesan moral, karena mungkin yang membuatnya juga sudah tidak bermoral. hakhakhak, saya mulai nyolot! semua tergantung pada pasar bukan? jadi ketika pasar menerima dengan tangan terbuka, jadi yuk mari kita buat saja film tolol yang digemari. trend film berhantu lucu, mari kita beramai-ramai membuat yang seperti begitu. trus lagi trend film jorok, mari kita buat yang mirip - mirip, klo perlu lebih jorok lebih seru, toh dalihnya sex education khan? mungkin ini media yang dipilih pemerintah, meluluskan film yang tidak layak tonton, daripada membiarkan situs - situs porno berkeliaran, yang efeknya adalah blogspot saya tak bisa dibuka kemarin seharian. sayangnya, pemerintah mungkin tidak tahu, film-film sejenis ini selain mengajarkan tentang sex yang tidak benar, juga menimbulkan efek kegilaan pada yang tidak bisa menikmatinya. lagi-lagi tidak usah dipikirkan alurnya, yang penting lucu. percayalah, bahkan ada film semi porno yang lebih beralur dan berisi. rakyat indonesia sudah lelah menderita, sudah capek untuk disuruh mikir yang berat-berat lagi. sodorkan saja tontonan lucu, yang bisa menghibur dan membuat tertawa - tawa gila tanpa perlu berfikir dulu.

okay, seharusnya memang saya tidak emosi sampe segitu. ini resiko bukan, ketika saya mengiyakan ajakan tanpa pikir panjang, tak mencoba mencari tahu film apa yang diputar disitu, dan fatalnya tak ikut bersuara ketika pemilihan film apa yang jadi tontonan(milihpun percuma bukan, melihat judul2nya). saya tidak menyalahkan teman - teman saya. apalagi penonton yang bejibun dan sepertinya bahagia. yang saya ingin salahkan adalah pacar saya, yang di salah satu ucapannya, mau tak mau membuat saya terlihat aneh, tidak wajar, karena dia menyadarkan sayalah satu-satunya orang yang tidak bisa menikmati kelucuan - kelucuan di film itu, ketika yang lain bahkan tertawa - tawa.

ini soalan menjadi mayoritas, atau kamu akan dianggap gila.

Friday, April 18, 2008

tentang sosialisasi

hari jumat.

tidak bisa konsentrasi penuh ke meja kerja, dan beberapa tumpukan file yang perlu diselesaikan. datang ke kantor kesiangan, karena mengira hari ini sudah akhir pekan. datang bukannya langsung kerja, tapi malah buka browser dan mulai menuliskan kata - kata. buka messenger, dan mulai bersapa dengan teman - teman di ujung sana. menerima ajakan untuk bertemu tetapi karena ada satu dan lain hal, tidak bisa mengiyakannya.

sudah satu bulan lebih dari pertama kali tercetus rencana untuk kumpul bersama, dan berbincang tentang apa saja. tapi yang ada apa? sekali pernah ketemu di soho kawasan ramai seminyak beberapa minggu lalu, tetapi hanya sekali itu saja. jumat berikutnya satu2 dari kami tidak ada disini, entah keluar kota, atau sibuk sendiri. sepertinya kami ini memang manusia-manusia sok sibuk.

padahal sering kami gembar-gemborkan ke teman - teman di luaran sana, disini kami bekerja sambil liburan setiap harinya. kami bisa bangun siang dan tak usah khawatirkan kemacetan di jalanan. di jalanpun tak harus terburu - buru, masih bisa sambil menoleh ke kiri dan kanan, berhenti di toko 24 jam, memilih aneka cookies dan minuman sebagai teman seperjalanan. lampu merah disuguhi pengamen jalanan. melewati persawahan hijau dengan terasering yang mengagumkan. di kantor kami masih bisa internetan. berbincang - bincang dengan teman, atau sekedar mengabadikan catatan. pulang kerja, kami masih bisa singgah ke pantai sambil menunggu matahari terbenam. sendirian atau tidak, tak pernah dipermasalahkan. toh, sekitar kami banyak object menggemaskan dan menyegarkan penglihatan. dari lelaki - lelaki seksi bertelanjang dada atau wanita - wanita putih berpaha mulus dengan kaki-kaki jenjang mereka. akhir pekan atau bukan, tak ada bedanya. beranjak dari situ kami masih bisa mampir lagi ke tempat yang diinginkan. rumah makan mewah, atau pedagang jalanan. sebotol bir, atau segelas es teh krampul. bar - bar dengan baliho ladies night, atau lounge sekedar untuk menikmati kopi, juga bertebaran dimana - mana. sampai rumah, tak perlu terburu tidur, karena kepingan dvd berserakan untuk disaksikan. waktu masih panjang, seperti ketika sedang liburan, bukan?

jadi, tolong katakan pada kami, masih perlukah kami berkumpul lagi, hanya untuk menumbuhkan sense of humanity?

Thursday, April 17, 2008

tentang kepercayaan

menurutmu, darimana sebuah kepercayaan bisa dibentuk?

karena percaya adalah sebuah proses. seperti ketika saya percaya bahwa semua orang itu tidak selalu baik. ketika seseorang sedang berbuat baik kepada saya, saya mempercayai bahwa kebaikan itu memang tulus. lalu ketika seseorang itu berbuat jahat pada saya, sayapun peraya bahwa itu sudah menjadi bagian dari resiko yang harus saya ambil ketika saya menjalin hubungan dengan orang itu.

tidak ada orang yang selalu baik, seperti tidak adanya orang yang selalu berbuat jahat. mengambil kesimpulan bahwa semua orang baik adalah naif. dan menaruh kecurigaan pada semua orang juga tidak dianjurkan, karena curiga hanya akan membuat pikiran kita sempit, dan tidak objektif.

semalam seseorang bertanya pada saya, apa yang bisa kulakukan untuk membuatmu percaya?

saya katakan saya tidak tahu, karena percaya bukan soalan kecil seperti kita menjentikkan jari tangan lalu, klik.. lahirlah rasa percaya itu. percaya adalah proses panjang, dari rangkaian kujujuran, pembuktian dan yang tak kalah penting, insting. firasat. chemistry. dan saat ini, insting saya sednag tidak ingin percaya. sama ketika hal sebelumnya terjadi, dan saya terhianati. berulang kali.

Monday, March 24, 2008

tentang pembeli waktu

perjalanan beberapa hari lalu melaju seperti angin, cepat dan tergesa - gesa.

seharusnya tidak begitu. iyah, seharusnya. sedikit menyesal, tapi saya memang tidak suka perasaan menyesal. jadi mencoba menepiskannya jauh - jauh. perjalanan kali ini sebenarnya sudah direncanakan sebelumnya, entah akan melewati surabaya, atau jogja. saya tidak suka surabaya, apalagi bandara nya sekarang yang seringkali mengharuskan saya berjalan jauh, seperti jakarta. saya juga sudah memesan tiket melewati jogja, mengabari seorang teman untuk persinggahan. tetapi karena satu dan lain hal, akhirnya batal. dan jadilah tetap pulang melewati surabaya.

berangkatnyapun demikian. alih-alih untuk penghematan, saya memesan jasa angkutan darat. denpasar - surabaya yang berangkat esok sorenya. membeli kenyamanan. ditambah lagi susahnya mendapatkan angkutan umum disini kecuali taxi, sangat disayangkan kalau saya harus bayar seharga tiket denpasar - surabaya untuk perjalanan ke terminal ubung. saya pikir, saya akan lebih punya banyak waktu untuk persiapan, sambil menunggu jemputan.

rupanya memang, perjalanan kemarin sudah ditakdirkan untuk menjadi tergesa - gesa. takdir, saya katakan begitu. karena itu adalah kemarin, tadi. bukan esok, atau nanti. semua sudah disiapkan. membeli beberapa pesanan, seperti layaknya ketika pulang pada saat lebaran. kaos oblong, kaos joger, kalung manik - manik, dan tak lupa kopi tumbuk . beberapa sudah terbeli, yang lainnya masih bisa dilakukan nanti. saya pikir begitu. tetapi teman tiba - tiba mengabari, untuk rute yang sama dia tak jadi berangkat keesokan paginya. dan menyerahkan sepasang tiket yang tidak lagi bisa di uangkan. dengan alasan itu, akhirnya tiket tersebut saya dan teman seperjalanan yang gunakan. satu sisi menyenangkan, kami akan lebih cepat sampai di kota tujuan. sisi lainnya tidak, karena banyak urusan yang belum terselesaikan.

ah, kalau ingat dulu, tak pernah perjalanan seribet ini. libur tak pernah menghalangi untuk pergi. perjalanan 12 jam hanya sejarak dari jantung ke hati, dekat sekali. wajar untuk waktu 2 minggu bersenang - senang kemudian. satu tidur panjang, dan besoknya sudah sampai. suara pengamen, jadi soundtrack pengiring mimpi. terjaga, masih dnegan perasaan berdegap kencang, karena saya memang tak pernah mengingat rute, dan takut untuk terlewat lagi. 12 jam, walkman, beberapa keping kaset ( iyah, kaset. bukan cd, atau mp3), dan khayalan yang jika dibentangkan, akan sangat panjang. setahun bisa pulang minimal 2 kali, kadang bahkan 3 kali.

mungkin pengaruh umur, saya kira saya memang tak lagi setangguh dulu. terutama psikologis saya. membayangkan naik turun angkutan umum dari tempat tinggal ke terminal saja sudah terbayang melelahkan, apalagi memikirkan berada di bus sekian jam, diselingi acara bergelantungan. jika begini saya jadi merasa tua.

tapi ah, lagilagi ini soalan pilihan dan kesempatan. mungkin juga kemampuan. kesempatan yang semakin menipis, seiring semakin sedikitnya jatah libur dan waktu yang dimiliki. dan kemampuan, bayaran atas sekian jam dalam sehari yang dilewati. memilih bepergian menggunakan pesawat terbang tidak lagi masalah gengsi, melainkan kebutuhan. untuk menghempaskan penat dan kerinduan akan perasaan sebagai anak dari kedua orang tua, tak lagi pengelana. lebih lama. dan segala fasilitas, kenyamanan, kemudahan itu, memang sudah sewajarnya dibayarkan. agak lebih mahal jadinya memang, tapi tak mengapa. bukankah memang waktu tak pernah berharga? dan saya bangga, telah membelinya.

Friday, March 14, 2008

tentang catatan lepas

untuk beberapa hal yang tidak bisa diperbaiki, biarkan saja. terus mencoba memperbaikinya hanya akan menjadikannya lebih buruk.


catatan lepas. untuk kata, sebelum angin membawanya.

Tuesday, March 11, 2008

tentang mencicipi bahagia

And what I can't figure out is, are you running towards something you want? Or are you running away from something you're afraid to want?

christopher on maid in manhattan.


uhuk uhuk.

libur 3 hari nyepi, dan tak ada yang saya lakukan kcuali mencoba menghabiskan eldest, buku kedua dari eragon, 400 halaman dari 750an halaman. nyepi kali ini aneh, melihat anak-anak pada bermain bola ketika jalanan lengang. tidakkah ini nyepi? atau hanya tradisi yang tergerus oleh jaman yang tertransisi?

kebosanan yang sangat bosan. berakhir di minggu petang, 5 jam obrolan ringan di batujimbar sanur, untuk teman baik yang ulang tahun kesekian ( sengaja tak ada angka, karena masih ada traktiran berikutnya, haha) dan semalam, tak sengaja nonton satu adegan maid in manhattan, disela ativitas mengurus cucian. saya tidak suka jennifer lopez benernya, seperti saya tidak suka dewi persik. tapi apa daya, di kos hanya ada stasiun tivi lokal, tanpa tivi kabel untuk pilihan lainnya.

memikirkan rencana untuk pulang, ke rumah orang tua, bukan rumah saya. menyebutnya pulang, karena disitu sebagian hati saya berada, dan menyebutnya pulang juga, ketika saya berpamitan dari sana. dan pertanyaan yang akan sering didengar, ketika usia yang katanya, bukan kata saya, semakin tua. tentu saja soalan kapan mengakhiri masa lajang, ketika saya pikir baru saja mulai bersenang-senang. mau tak mau jadi menyambung-sambungkan, quote itu dan suasana hati. benarkah bahagia sebegitu menakutkan? takut untuk bahagia, atau sebenarnya takut untuk kehilangan kebahagiaan?

karena memang lebih baek untuk tidak memiliki, daripada harus merelakan sesuatu itu direnggut kembali. omong kosong. karena buat saya, lebih baek pernah mencoba dan sakit hati, daripada tidak sama sekali. everything happens for a reason. yes?

Thursday, March 06, 2008

tentang balasan

the sweetest vengeance..
..guilt.

untuk lelaki.

Wednesday, March 05, 2008

tentang kopi dan kekhawatiran


jika terus menerus menambahkan bersendok-sendok gula ke dalam cangkir ini, kamu akan menghianati pahitnya kopi.


..........

dari balik jendela kaca. gelas kesekian hari ini. tidak lagi coffee cream instan rasa jagung seperti biasanya, melainkan kopi pekat gelap warna hitam. dengan ampas - ampas yang masih mengambang di bibir cangkir, dan uap yang mengepul panas. kebiasaan baru beberapa waktu terakhir, sejak pertama mengecap tumbukan kopi seorang ibu-ibu tengah baya dan langsung jatuh cinta padanya. membayangkan sebatang rokok melengkapi, tapi kebiasaan itu sudah lama tak lagi dilakukannya. karena memang dia bukan pecandu nikotin, hanya sesekali. seperti ketika bergelasgelas bir diteguknya, hanya sebatas keinginan sementara.

lagipula sekarang dia tidak mungkin bisa menikmati keduanya. air-conditioner di ruangan itu menyala. dan diapun sedang malas untuk melakukan apa-apa, selain melihat dan membiarkan angannya merajalela. diluar hujan, dan kendaraan berdesakan di lampu merah depan kantornya. satu hal lagi yang dia sukai di tempat ini, jendela kaca membuatnya leluasa untuk memandang keluar, tanpa orang menyadari dirinya ada. seringkali dia geli, jika ada orang yang tiba-tiba berhenti, untuk bercermin di kaca dimana sebenarnya orang-orang itu sedang berhadapan dengannya. geli melihat tingkah laku mereka. sebegitu mengkhawatirkannya kah penampilan, dan percaya diri hingga harus bercermin disini. ataukah sebenarnya memang kodrat manusia terlahir dengan narsisme bawaan, hingga tak bisa untuk tak mengagumi diri mematut di setiap cermin yang dilewati.

atau bisa jadi di setiap pikiran manusia, ada yang namanya persaingan genetika. selain narsisme, bawaan lainnya adalah kompetisi. keinginan untuk menjadi selalu lebih dari yang lainnya. menyebabkan kekhawatiran diri hingga akhirnya membuat grogi. ya, faktanya bahwa dunia selalu memberikan permakluman untuk orang-orang yang mempunya kelebihan, terutama muka yang rupawan. mengingatkan dirinya akan film korea, 200 ponds of beauty. kecantikan bukan lagi soalan hukum relativitas, untuk menepis pesimisme dan rendah diri. kecantikan adalah tuntutan kalau tak ingin dibilang keharusan, mungkin karena itu produk pemutih dan pelangsing laku di pasaran.

kalau memang begitu, kenapa dia tak bisa menepiskan pikiran, memaafkan bersendok-sendok gula yang telah dituangkan. meminum kopi manis yang tak lagi panas, dan bergegas. pulang.

It will teach you to love what you're afraid of
After it takes away all that
You learn to love
But you don't always
Have to hold to your head
Higher than your heart

You better hope you're not alone
You better be hoping you're not so...
**Jack Johnson ~ Hope

Tuesday, March 04, 2008

tentang neverland

kamu tau neverland?

negeri dimana rakyatnya tidak pernah menjadi dewasa, seperti peterpan. dinegeri itu, yang ditawarkan adalah keceriaan, kepolosan, dan kesenangan. sesekali diantaranya melakukan kenakalan, tapi masih pada taraf kenakalan yang wajar. setelahnya, semua akan kembali normal. tidak ada dendam, dan kebencian yang disimpan. ingatan tanpa sebuah prasangka buruk, akan mudah untuk melupakan. karena kesakitan tak pernah diperhitungkan.

dan di neverland, anak-anak itu memang tidak pernah bermimpi menjadi dewasa. mereka tidak mengenal kata dewasa, tidak berharap untuk menjadi dewasa. konon katanya, dunia orang dewasa itu tidak pernah menyenangkan. karena ketika anak - anak menjadi dewasa, hal pertama yang disodorkan adalah tanggung jawab. dan tanggungjawab menjadi beban. lalu mulailah tuntutan - tuntutan dan target. apabila berhasil memenuhinya, maka akan ada lagi target selanjutnya. tinggi, lebih tinggi. tidak pernah cukup, karena memang manusia tidak mengenal kata cukup. jika tidak dirinya sendiri, maka orang-orang disekitarnya yang akan terus merongrong keinginannya. namun apabila tidak, maka berujung pada kekecewaan. anak-anak dibiarkan saja begitu adanya.

berbeda sekali dengan di negeriku. kalau tak mau dibilang lucu, ya bisa disebut memalukan. disini, anak - anak kecil justru dipaksa menjadi dewasa. kepolosan ditanggalkan untuk selanjutnya dibalut polesan. gincu - gincu untuk bibirbibir mungil. pakaian seronok untuk dadadada rata. entah apa maunya, mungkin mengkarbit untuk segera menjadi dewasa.lalu dujual, dijadikan komoditas. lewat masin bernama televisi. entah untuk sebuah atribut, atau malah gaya hidup. disini kami miskin sosok anakanak. kejujuran adalah barang mahal, mampu dibeli tanpa sebuah nilai. hanya bisa ditebus oleh hati nurani.

kamu tau neverland?

karena sepertinya aku ingin menjadi seperti kapten hook. tidak untuk mencuri serbuk bintang agar aku bisa terbang. melainkan resep rahasia, untuk menjadikan anakanak di negeriku tidak menjadi dewasa.

Thursday, February 21, 2008

tentang memoar perjalanan

jika hidup diumpamakan seperti perjalanan, saya memilih perjalanan tanpa sebuah peta.

saya tinggal mengangankan sebuah tujuan, lalu mulai berjalan. meski itu artinya, kemungkinan saya salah arah atau tersesat semakin sering, tidak apa. karena dengan menyadari kalau saya salah jalan atau tersesat, saya jadi tau, mana jalan yang sebenarnya. tinggal memutar haluan ke jalur yang sebenarnya, dengan kata lain mengulang lagi perjalanan yang sama dari sisi yang berbeda. buang waktu? tidak ada sesuatupun yang terjadi sia-sia. dan kalaupun ternyata saya tersesat tak tahu harus kembali kemana, yah nikmati saja untuk terus berjalan ke depan. jika dunia itu bulat, maka setiap titik akan bersentuhan.

pun begitu jika ternyata jalan didepan adalah berbatu. sudah resiko. jatuhpun tak apa, setelahnya cepat bangkit dan berjalan lagi. perjalanan menyenangkan ketika setiap detailnya dinikmati. tidak usah terburu - buru akan waktu. seperti ketika ke singaraja setahun lalu. berhenti ketika ingin berhenti. pada penjual rujak, pada ibu2 penjual duren. saya pun ingin hidup itu seperti itu. berhenti ketika saya ingin berhenti. sejenak melepas penat, atau menikmati keadaan, lalu melangkah lagi. belajar merelakan, seperti layaknya perjalanan, meninggalkan atau ditinggalkan. karena seperi perjalanan juga, tidak ada yang stagnan.

keteraturan itu membosankan. tau tak selalu menyenangkan. saya lebih menyukai kejutan di setiap kelokan. hal - hal baru penuh tantangan dan debar - debar ketakutan. meskipun seringkali itu hal yang menyakitkan, tapi lagilagi, tak apa. tak ada yang terjadi sia-sia. dan tak ada yang berlangsung selamanya. tak pernah tau apa yang akan terjadi dengan esok, karena esok tak pernah menjadi milik saya.

saya mungkin memang tak sepenuhnya benar, tapi salah karena sebuah pilihan adalah resiko. seperti ketika saya dengan temanteman saya belajar merokok ketika usia masih sma, di kamar kost pengap yang bahkan tak berani buka jendela. seperti ketika saya melempar tas keluar jendela kelas, bolos untuk menemani teman wanita latihan balap motor di jalanan yang ujungnya pun belum terselesaikan. seperti ketika saya diam-diam mencicipi cairan kuning seperti kencing yang memabukkan, tapi herannya tak pernah membuat saya mabuk, melainkan beser merepotkan. ketika suatu malam, setelah perjamuan makan malam, saya pulang sambil sempoyongan karena mabuk. iyah, mabuk dan memuntahkan seluruh isi perut saya, setelah bergelas-gelas martini, long island, kahlua, dan entah minuman keren apalagi yang saya tegak sebelumnya. norak? iya. keingintahuan terkadang bisa berbuah kenorakan yang teramat sangat. tapi selalu ada yang pertama kali bukan? dan pertama tak harus sempurna. beberapa waktu lalu seorang teman mengirimkan pesan pendek. kamu pernah mencoba mushroom, dew? dan saya katakan, belum dan tak ingin mencobanya, tidak saat ini. karena memang pilihan harus disadarkan atas kesadaran, agar tidak pernah menyesal kemudian. seperti ketika saya memutuskan untuk mencium seorang lelaki, yang bahkan kekasih saya pun bukan.

seperti sebuah perjalanan, pada setiap tracknya saya akan meninggalkan jejak, atau membuat catatan tentangnya. sesuatu yang ingin diabadikan. mungkin hanya untuk diingat kemudian, atau dijadikan guyonan. cerita basi sambil nostalgi.

itulah yang perlahan saya ajarkan ke seorang anak lelaki yang baru beranjak remaja. anak tertua kakak lelaki saya. nanda namanya. hidup adalah sebuah perjalanan, dan dia adalah lakon tunggalnya. menorehkan catatan, untuk setiap momen yang dilewati. ya, menjadi sesuatu pada masanya sendiri, tanpa harus hilang kendali. mungkin karena itu kapan hari dia merayu saya untuk mengajarkan membuat blog untuknya. setelah gonta - ganti nama entah yang keberapa kali, dipilihlah nama ini. masih belajar menulis, dan sayapun tak mengharapkan dia akan konsisten menulis. jika bukan inginnya, tak ada yang bisa memaksa. setidaknya dia telah mengambil bagiannya. menikmati setiap tanjakan, dan turunan sebuah jalan, tanpa dia khawatir kemana harus berpegangan. dia memiliki saya sebagai teman seperjalanannya. berbagi cerita tentang gadis manis idolanya, atau mungkin suatu hari, saya dan dia akan duduk berdampingan, sambil membincang apa saja, sambil diiringi dentingan gitarnya, dan asap rokok atau bir kegemaran kami berdua.

haha, nyata nanti mungkin juga akan berbeda. bukankah hidup memang sebuah perjalanan tanpa peta?

Monday, February 18, 2008

tentang film dan rekayasa ingatan

saya kira, setiap orang mempunyai sesuatu sebagai penanda, yang menyimpan potongan - potongan kenangan untuk setiap peristiwa yang telah dilaluinya. entah itu berupa foto, baju, sebuah kota, perjalanan, senja yang memerah, hujan, terik matahari, langit biru, mendung, lagu, blablabla. bahkan terkadang, hanya dari gelak tawa dan lesung pipi pun, kita sudah terseret untuk kembali berkubang dengan kenangan. dipaksa untuk kembali mengingat tentang apa saja yang sudah lewat.

untuk ingatan yang carut marut seperti kepunyaan saya, hal tersebut tidak mudah. seringkali satu ingatan akan bercampur dnegan ingatan lainnya. antara kenyataan, atau hanya ingatan rekayasa belaka. rasanya tak jauh beda. sebagian mungkin adalah apa adanya, yang lain adalah hasil dari pengingkaran saya atas suatu peristiwa. karena memang saya tak pernah akrab dengan beberapa kenangan yang ingin dihapuskan. meski kata seorang teman, saat kau ingin melupakan, di waktu yang sama sesungguhnya kau sedang mengenang. saya belum ke tahap mampu memeta - metakan kenangan sehingga saya bisa menyimpannya untuk yang ingin saya simpan, dan memanggilnya kembali ketika saya ingin mengenangnya.

salah satu dari dua film yang seringkali membawa saya ke masa lalu adalah closer. mungkin karena itu, saya kembali menontonnya ketika jumat malam lalu film itu kembali diputar di salah satu stasiun tv lokal. ketidaksengajaan, ketika saya menghabiskan malammalam sendirian. ketidaksengajaan yang saya teruskan hingga akhir. meski tidak mengikuti keseluruhan, karena diselingi oleh percakapan panjang dengan lelaki saya yang berujung pada kata perpisahan. untuk malam itu saja. karena keesokan malamnya, kami kembali berbaikan. hal yang tak disadari adalah, kami mungkin memang saling membutuhkan. karena cinta yang entah artinya apa, atau karena sejenis perasaan ketika mungkin saya maupun dia mampu untuk berjalan sendirian, hanya saja kami tidak mau melakukannya. ketergantungan yang memabukkan.

karena film itu pulalah saya putuskan saat itu juga untuk membongkar tumpukan cd di bawah rak buku saya untuk menemukan cd soundtrack film tersebut. susah menemukannya, karena sedemikian berantakannya dan berdebunya tumpukan - tumpukan itu, terlebih lagi karena cd - cd itu bukan cd asli dengan sampul aslinya, melainkan kopian dan cd - cd kompilasi yang dibuat sendiri. saya memang lebih menyukai cd, daripada mp3, selain karena saya tak memiliki mp3 player, cd player saya memiliki remote control, jadi saya bisa mengendalikannya sambil saya tiduran di kamar kost ukuran 3 meter x 4 meter yang pengap itu. alasan utamanya karena saya pemalas. dan tidak berduit untuk membeli mp3 player.

sebenarya tak terlalu sulit untuk mengenali cd itu, karena dikepingannya saya sudah menuliskan sebuah nama. nama seseorang. lelaki, tentu saja. si pemberi cd. entah apa yang saya harapkan ketika memutuskan untuk memutar cd itu. saya sedang galau, tentu saja karena pertengkaran yang berujung perpisahan seperti yang saya katakan sebelumnya. mungkin dengan begitu, saya sedang ingin melarikan diri. bukan pada lelaki yang namanya saya tuliskan di kepingan cd itu, melainkan pada kenangan yang memapu memberi kehangatan. teori saya terpatahkan oleh kenyataan. saya yang selama ingin sekali melupakan, bahkan sampai membuat ingatan saya akhirnya carut marut, harus menelan ludah ketika menyadari mungkin saya memang mampu untuk menghapus, tetapi berhenti merasakannya adalah omong kosong. seperti tagline eternal sunshine of the spottless mind. dan mendengarkan damien rice dengan blower's daughter, atau 9 crimes, memberikan saya satu kenyamanan. hingga saya terlelap kemudian.

Did I say that I loathe you?
Did I say that I want to
Leave it all behind?


saat itu saya memang tak mengenang seseorang yang memberikan saya cd itu. saya hanya mengingat sebuah pertemuan, entah dengan siapa dimana. ketidaksengajaan yang akhirnya berlanjut dengan sebuah cerita panjang. lakon dan jalan cerita yang disetting seperti layaknya sebuah kebetulan. tapi benarkah kebetulan memang ada? sayangnya saya tak bisa seperti alice, natalie portman dalam closer, yang sepanjang cerita di panggung drama tidak menggunakan nama sebenarnya. mungkin bukan hanya nama, bisa saja alice memang tidak pernah ada. seperti kenangan, yang telah saya lupakan.

Dan: You'll hurt her. You'll never forgive her.
Larry: Of course I'll forgive her. I *have* forgiven her. Without forgiveness we're savages. You're drowning.

Wednesday, February 13, 2008

tentang lelaki dan perselingkuhan hujan

lelakiku tidak suka hujan.
aku seringkali melihatnya mengibaskan tetesan air yang berjatuhan di rambutnya ketika hujan tiba. sambil bersungut sungut, katanya hujan akan membuat lambat segalanya. pada perjalanan yang terpaksa disela untuk memasang jas hujan, atau justru dihentikan karena udara begitu menghitam, dan jarak pandang tak kuasa menembus pekatnya penglihatan. tapi, bukankah memang karena itu hujan diturunkan, untuk membuat semuanya menjadi lebih lamban. memberi waktu lebih lama, ketika keadaan tak lagi tergesa seperti biasanya. untuk membuat kembali melihat-lihat, apa saja yang sudah terlewat.

lelakiku tidak suka hujan.
pada kotor yang disebabkan kecipak air yang jatuh di tanah gembur. pada cipratan tanah yang menempel di sepatu, pada noda kecoklatan tanah merah di sepanjang gang. lalu dia mulai memakimaki pelan, hampir mirip gumaman. aku bisa melihatnya, ada kekesalan disana. sesekali aku ingin mencandainya, kenapa dia sampai sebegitunya kesal pada kotor dan tanah, sedangkan justru kotor dan tanahlah yang justru sangat akrab pada sebuah kehidupan. bahkan, ketika kita berpulang kemudian.

lelakiku tidak suka hujan.
tergesa - gesa dia menarikku ke dalam ruangan. katanya, hujan akan membuatku demam dan aku akan mulai mengigau tentang kenangan. tak berhenti berkata dia teruskan, hujan akan menyeretku ke masa lalu, dan merenggutku sesaat dari hidupnya. terpelanting, dan aku tiba-tiba tidak ada disana. mungkin dia sudah kelelahan, untuk memperebutkanku dengan hujan dan kenangan.

lelakiku tidak suka hujan.
karena itu ketika hujan deras datang, kukantongi dia dalam plastik ingatan. terkadang kucumbu pelan jika lelakiku menghilang. atau hanya kupandang, ketika aku sedang kesepian. kupeluk erat, pada malammalam sendirian. kusembunyikan. dan perlahan kumulai sebuah perselingkuhan.

**untuk perempuan, yang mencintai lelaki dengan hati.

Thursday, February 07, 2008

tentang menjadi dua puluh lima

seharusnya hari ini sih memang begitu.
tetapi, kenapa saya merasa berhenti di usia delapan belas ya? :D

tujuhfebruarisembilanratusdelapanpuluhtiga.

Wednesday, February 06, 2008

tentang merindukan hujan

tiba-tiba aku begitu merindukan hujan. yang deras, deras saja sekalian. tidak lagi berupa gerimis yang kadang justru akan menyakitkan. yang tak menyisakan ruang, untuk kembali mengingat masa silam. melainkan yang meluruhkan, ingatan dan kisahkisah yang terabadikan.

tiba-tiba aku merindukan hujan. dari balik kaca sambil menatap lurus ke jalanan. kecipak-kecipak air dan loncatan kakikaki yang menggigil kedinginan. melihatmu pada wajahwajah itu, mengusap perlahan, bulirbulir air pada raut yang kesepian. aku, kamu, sang penantang. dan kita akan berdansa riang.

catatan pendek. satu lagi kisah tak selesai.

Monday, February 04, 2008

tentang malam di kuta

:mungkin hanya kuta, dimana malam tak pernah menjadi tua.

jika kamu menanyakan kemana saja aku selama ini menghilang, tak perlu risaukan. aku tak pernah mempunyai niat untuk kembali tenggelam, hanya saja beberapa hari lalu, semua hal begitu membuatku kelelahan. berangkat pagipagi buta, dan pulang ketika tengah malam hampir tiba. hanya sempat mencuci muka dan sikat gigi, sebelum akhirnya terlelap, oleh kantuk yang menyengat. begitu, selama berharihari kemudian. sangat lelah, tapi sekaligus menyenangkan. aku mulai bisa menikmati pekerjaan di jalanan, dengan celana jeans yang telah sekian hari tak tergantikan, dan sepatu belel, dari putih hingga sudah menjadi keabu-abuan.

bahkan ketika sabtu lalu semua sudah usai, aku enggan mengubur kelelahan itu dalam kemalasan yang terlalu awal. bukankah pesta justru baru saja dimulai ketika senja?

kali ini seperti biasanya, tanpa sebuah rencana. kuhentikan motor ketika sudah menjajaki jalan raya pinggir pantai, pada sudut tepian yang masih riuh sahaja. tak ada maksud, aku hanya ingin seperti mereka yang sedang berwisata. memandang kosong, melihatlihat entah. dan dalam pandangku, kurasa laut hari itu lebih tinggi dari biasanya. hari itu, aku sedang tak mengharap senja yang menguning atau berwarna magenta dengan kisah melankolisnya. aku tak lagi mengharap senja di pantai kuta, apalagi di musim ketika hujan turun tiba-tiba, tanpa permisi. disini senja yang bulat begitu langka. mendung terlalu usil untuk tak mengusiknya.

kulepas sepatuku, dan hanya bertelanjang kaki. membiarkan telapakku untuk kembali menjadi sensi. lelah lagi, hingga akhirnya kupilih untuk dudukduduk saja, beralaskan sepatu belel yang makin renta. inilah bagian yang aku suka dari tempat ini, ketika keriuhan bercampur dengan keacuhan satu dan lainnya. disini kamu bisa menjadi apa saja, siapa saja. kamu bisa bertelanjang dada, tanpa orang akan melihatmu dengan tatapan mesumnya. bahkan katanya, kamu bahkan bisa mengajak kekasihmu berciuman di tepi jalan raya, tanpa ada orang yang akan mempedulikannya.

dan sore berlalu begitu saja. sebelum akhirnya kuterima pesan, seorang teman ternyata ada disini juga. satu lagi yang kusuka dari tempat ini. bali begitu sempit, apalagi kuta. satu orang, terhubung ke yang lainnya. bahkan pernah dalam satu babak, itu sudah seperti lelucon saja.

maka malam itu kupilih untuk melanjutkan petualangan bersama temanku itu. kutunjukkan padanya bangku panjang yang sering kukisahkan. bukan kopi yang menemani, melainkan sekaleng minuman dingin untuk haus yang tak pernah berhenti. tanpa kata, kami hanya terdiam saja. dia mengamati kakikaki cantik gadis rupawan, dan aku mengamati dada bidang penuh khayalan. hahaha. lelah karena bising dan perut keroncongan, akhirnya memaksa kami untuk berpindah tempat ke kedai makan di sebelahnya. melewati salah satu hotel, dengan lampion - lampion cantik, dan hiasan naga. lagilagi kutanyakan, naga itu memang ada, atau sekedar mitos belaka? seperti ketika kita meyakini keyakinan kita, tanpa sedikitpun mempertanyakannya.

lalu, malam itu kami berakhir di kedai pizza. percakapan - percakapan ringan mengalir begitu saja tanpa beban. ini malam minggu bukan? dimana seharusnya masing-masing kami berkecan, bukan terlibat pembicaraan tidak penting tanpa pemahaman. tertawa terbahakbahak, sambil sesekali memotret wajah wajah asing yang lalu lalang. hingga larut malam, sebelum akhirnya kami menyerah pada kantuk dan penat yang menghebat. bahkan belum tengah malam, ketika kutinggalkan kuta, yang baru saja mulai dengan geliatnya.

Wednesday, January 23, 2008

tentang agama

from +6281339451xxx
20 january 2008

semakin banyak tempat di bumi ini yang kukunjungi, semakin aku merasa tuhan tidak pernah menciptakan satu agama pun untuk manusia, semakin aku mempercayai kebesaran tuhan, dan semakin aku tidak percaya pada agama.

-received-


from +6281706633xx
20 january 2008

karena agama adalah jembatan jalan, untuk kamu, saya, dan beberapa orang yang percaya, untuk mengenal tuhan. setelah mengenal-Nya, kamu, saya, dan beberapa orang yang percaya, tidak lagi memerlukannya.

-sent-

oleh-oleh perjalanan. catatan empat.

P.S. Swasti nyangra Rahinan Jagat, Galungan Lan Kuningan.

Tuesday, January 22, 2008

tentang prasangka

karena kota itu penuh dengan kejahatan. tak menyalahkan mereka, karena terkadang mereka harus berebut dari sekian banyak orang untuk mengais kehidupan, dan sempitnya tempat yang disediakan, serta kehidupan yang penuh dengan kesenjangan. dan bahkan kamu tak akan mampu membayangkan, seberapa besar keberanian yang dimiliki oleh masing - masing orang, ketika dalih dari melakukan sesuatu adalah desakan.

malam itu saya berdiri sendiri, mematung diantara orang yang sibuk di kota yang penuh dengan hiruk pikuk. hampir mendekati tengah malam, tapi tak satupun dari orangorang itu itu yang terlihat kelelahan. lalu beberapa mata menatap balik saya, perempuan sendirian, pada hampir tengah malam. tanpa sadar, saya semakin mengeratkan kancing baju hangat pengusir angin yang kasar berkelebat, dan mendekap erat tas hijau di dada, takut yang teringat. padahal bisa saja mereka seperti saya, hanya melihat, tanpa ingin berbuat jahat.

ah, prasangka..

oleh-oleh perjalanan. catatan tiga.

Monday, January 21, 2008

tentang syukur

75
di dalam sejarah, di luar surga, manusia kecewa. tapi seperti harapan, kecewa juga lahir dari rongga yang bisa menelannya kembali. mungkin rongga itu sebenarnya rasa syukur yang luas tapi tak selalu jelas.

goenawan mohamad. tentang tuhan & hal - hal yang tak selesai.


dan aku masih saja menggerundel, ketika lampu merah masih juga sekian ratus meter di depan, dengan deretan kendaraan yang memadati jalan hingga membuat nafas tersekat, dibalik kaca mobil dingin sejuk dan terbebas dari sinar matahari yang menyengat. sambil melihat - lihat. diluaran sana, seorang anak dan wanita muda yang mungkin ibunya, berjalan berjingkat, menghidari aspal yang membuat kakinya melepuh hebat. saling berkejar, dengan kendaran yang lewat, demi recehan rupiah yang didapat.

oleh-oleh perjalanan. catatan dua.

tentang membekukan kejadian

dia. jadi, kamu jadi malem itu ke bhi?

saya. jadi, malem banget, dan ga lama :|

dia. trus sudah foto-foto?

saya. nggak. padahal aku bawa kamera. lupa.

dia. mungkin kamu emang enggan dikenang dan diabadikan yah?


bukan itu alasannya. yang lebih tepat, muka saya lebih buruk bila di kamera. hahaha.

thanks untuk mbak ve, mas hedi, dan penghuni bhi yang buanyak dan sepertinya akan membuat kriting jari saya bila dituliskan satu2, yang bersedia direpotin malem itu karena saya nongol tanpa berita lebih dulu. ah, lagipula siapa saya yang harus dateng pake woro-woro sgala? :D nice to meet you all.

oleh-oleh perjalanan. catatan satu.

Monday, January 14, 2008

tentang menjadi lupa

dia. trus, teman kamu disini siapa saja?
saya. cuman kenal dia saja.
dia. si ini kenal ga?
saya. nggak
dia. si ini?
saya. nggak juga
dia. haduoohhh. kok kamu ga kenal siapa - siapa?
saya. :| begitulah.
dia. parah deh.
saya. iyah, aku khan ga gawul :D

dan percakapan kami mulai melantur kemana mana. tidak ada hal yang penting, satu janji untuk ketemu, dan beberapa menit kemudian saya sudah lupa. ampun. ingatan saya memburuk, jika dibandingkan beberapa waktu lalu. lebih tepatnya satu tahun terakhir ini.

mungkin tidak seseram yang dibayangkan seperti di film eternal sunshine of the spotless mind, saya memang meng-euthanasia sebagian memori saya, hanya saja ternyata membuat bagian lain ikut ter-euthanasia.

akibatnya, saya tak sesering dulu lagi untuk menyimpan kepedihan. saya tak sesering dulu lagi untuk mengingat janji janji kecil disela-sela perbincangan saya dengan seseorang, janji yang apabila tidak ditepati akan menyakitkan. jika suatu hari tibatiba orang tersebut ada di hadapan saya untuk memenuhi janjinya yang telah saya lupakan, anggap saja itu sebuah kejutan yang menyenangkan. begitu pula sebaliknya, saya mengusahakan se-sedikit mungkin menjanjikan sesuatu. saya takut melupakan janji itu, dan itu pastilah akan menyakitkan untuk orang yang telah saya janjikan.

dan paling parah dari semua itu, ternyata jumlah orang - orang yang tersimpan di memori sayapun semakin sedikit. hanya orang - orang masa lalu dan kenangannya beberapa masih tersimpan, meski beberapa kenangan itu bertabrakan dan campur aduk, sehingga satu kejadian dengan si a, yang tersimpan adalah kejadian itu ada, tanpa ada a disana. bingung? yah, sayapun juga bingung menceritakannya. dan percakapan tadi, mengingatkan saya belakangan orang - orang yang mampir di jalan saya hanya numpang lewat saja, datang dan pergi. bukan karena saya tak ingin mempersilahkan mereka singgah sejenak lalu berbagi kenangan, hanya saja percuma, singgahpun, suatu hari mungkin saya akan lupa, dan menyakitkan untuk berada di pihak yang dilupakan.

jadi, jika di satu waktu kita bertemu dalam sebuah perjalanan, dan saya tak menyapa meski kita pernah bersua, entah di alam nyata ataupun maya, ingatkan saya. bisa saja saat itu saya sedang lupa.

Saturday, January 05, 2008

tentang pencarian

perempuan itu telah pulang, dari perjalanan panjang.

seperti yang telah dikisahkan, perjalanan kali ini adalah perjalanan untuk jiwanya. pencarian jawaban, membayar kegelisahan, dan rindu yang tak terperi atas nama cinta. lebih dari itu, perempuan itu menempuh perjalanan, untuk sebuah mimpi, yang dikiranya akan sempurna. memang seharusnya begitu, bukan? ketika dua hati memang saling mencinta, apa lagi yang akan memisahkan, kecuali kehendak tak menginginkan demikian. suatu hari sebelum perjalanan dimulai perempuan itu, dengan muka berseri berkata padaku, aku akan mengejar cinta, hingga keujung dunia.

ya, rasa tak pernah salah, kecuali dia menghinggapi orang yang tidak semestinya. karena itulah perempuan itu menyudahinya. perjalanan yang melelahkan, ketika tujuan masih saja serupa fatamorgana, yang selalu menjauh, ketika langkah mendekati. mungkin seperti itulah hati yang berjarak, merindu meski enggan tuk bersatu. dan saat itulah perempuan itu tahu, kapan dia harus kembali.

dan mimpi memang tak selalu terlengkapi, terkadang harus terjaga bahkan ketika klimaks belum usai. mimpi tak harus selesai saat ini juga. mungkin, jika masih ada nanti. meski harap masih setia mengombang-ambingkan kesetiaannya, untuk menunggu sebuah kepastian yang tak kunjung terucap dari bibir lelaki.

lagi, bukan akhir yang memaknai, melainkan perjalanan itu sendiri. bukan untuk mengukur seberapa besar pengorbanannya atas nama cinta, melainkan untuk mengukur seberapa besar nyali yang dimiliki, ketika akhir justru sering dia tangisi.

ah, tetapi apakah memang harus perempuan itu sendiri yang tertawan atas rasa yang mereka miliki?

**untuk perempuan, yang sedang kelelahan. sampai jumpa di batas, ketika itu adalah segalanya, akhir yang kamu bisa.

Wednesday, January 02, 2008

tentang momentum

tahun baru kmaren saya tidak kemana - mana. iyah, ketika orang - orang di sekitar saya mungkin sedang asyik berpesta, berjubel diantara lautan manusia di daerah kuta, atau pergi ke pesta rakyat di denpasar, saya memilih untuk berdiam di rumah sodara.

setelah seharian penuh saya mengisi liburan dengan tidur, malamnya hanya mengunjungi keponakan tercinta untuk bagibagi trompet dan kembang api. yah, saya ingin menggoreskan kenangan di ingatan mereka, betapa hari itu begitu istimewa, dan mari, kita berpesta. meski pesta, buat saya tak lagi hingar bingar dan gegap gempita. tak menghabiskan malam dengan mereka, hanya singgah sejenak. lalu saya kembali meneruskan perjalanan ke rumah sodara.

disitupun saya juga tak berpesta. tak ada makan besar, hanya kacang dan beberapa botol cola. kami hanya berbincang, tentang apa saja. tak ada renungan seperti tahun - tahun sebelumnya. tidak juga ada pesta sambil memanggang ikan seperti yang biasa kami lakukan. kami hanya berbicara. tidak soal apa yang telah kami capai di tahun sebelumnya, apa yang telah dan belum kami lakukan. tidak soal mimpi, tidak soal resolusi. saya sendiri sudah lelah membuat resolusi, karena saya ini pemalas, dan resolusi hanya seperti catatan mimpi yang nantinya akan dilupakan. seperti saya yang tidak pernah ingat mimpi apa semalam.

berbincang, dan main kartu. begitulah saya menghabiskan tahun 2007. hingga tengah malam, dan entah pada jam berapa tersadar, ternyata hari sudah berganti. tidak ada riuh, tidak ada hitungan mundur. kami hanya saling peluk dan mengucapkan selamat. saya sendiri bingung, entah selama untuk apa? mungkin untuk hidup, yang telah setia.

setelahnya kami tertidur. tak ada hal sentimentil, tidak juga ada hal yang membuat saya menjadi begitu merana. semuanya terasa biasa saja. mungkin beginilah makna tahun baru buat saya. tak ubahnya seperti kemarin, dan mungkin besok. ini adalah waktu yang berbeda, dan diulang - ulang terus hingga tak lagi ada yang istimewa.

tapi lagilagi saya mengulang kebodohan yang sama, yakni turut serta dalam permainan kartu diantara sepupu - sepupu saya. saya tau saya tidak pandai berjudi, meski seseorang yang sudah tiada pernah mengatakan, bahwa saya ini penjudi yang ulung. sayangnya saya tak merasa demikian. saya hanyalah orang yang besar nyali, bertaruh untuk sebuah keyakinan. meski tak semua yang saya yakini berakhir sesuai dengan keinginan. bahkan diantaranya, saya harus kehilangan semuanya. karena bagaimanapun, yang utama bukanlah tujuan, tapi memang perjalanan itulah yang menyenangkan. dan seperti yang telah saya kira sebelumnya, malam itupun untuk kesekian kalinya saya kalah. dan harus merelakan, muka saya untuk dilukisi bedak basah. membiarkan diri saya, menjadi penghibur untuk yang sedang tertawa. dan sungguh, meskipun demikian, saya tak ingin besok saya menjadi jera.

selamat hari ini.