Monday, February 08, 2016

catatan kelahiran


sambil menunggu pesawat yang berangkat malam ini menuju jakarta, saya menyalakan laptop di sebuah coffee shop di tengah kota surabaya. bukankah coffee shop adalah tempat paling ideal untuk menunggu. membuang waktu dengan mengamati orang-orang yang (mungkin) juga sedang membuang waktu. dan uang.

pekerjaan belakangan memberikan saya lebih banyak kesempatan untuk melakukan perjalanan. tugas yang bisa diselesaikan satu hari, kadang saya panjang-panjangkan untuk melakukan perjalanan seorang diri. sesuatu yang sudah lama tidak pernah lagi saya lakukan. mungkin sejak ada G, atau jauh sebelum itu.

sebenarnya tidak selama itu pula saya tidak pernah jalan-jalan. toh sejak menikah, punya anak, bekerja, setiap tahun tetap ada saja perjalanan ke luar kota. untuk liburan, untuk pekerjaan. tapi, seberapa banyak di antaranya yang dilakukan sendirian?

bisa dibilang, melakukan perjalanan sendirian setelah sekian lama, membuat saya gamang. apa yang akan saya lakukan, kemana saya akan berjalan? pertanyaan-pertanyaan itu terkadang justru membuat saya enggan, lalu buru-buru pulang setelah kerjaan terselesaikan. itu yang terjadi selama 6 tahun ini. tentu saja juga karena kerinduan akan rumah selalu memanggil untuk pulang.

padahal, melakukan perjalanan, sendirian, adalah perjalanan yang sesungguhnya. saya mempunyai kesempatan lebih untuk memahami diri sendiri. mau ngapain? mau makan apa? mau kemana? satu-satunya barrier untuk melakukannya adalah waktu, pada jam berapa saya harus ada dimana. perjalanan yang dilakukan sendirian, semacam meditasi ketika saya harus belajar untuk menyelami diri sendiri, -ketika sekian tahun ini-, saya adalah suami, anak, pekerjaan, rekan kerja. a part of society.

berjalan sendirian, membuat saya memikirkan banyak hal. ketika semua atribut itu dilepas, apakah saya? siapakah saya?

saya percaya, dari dulu, bahwa saya harus melengkapi diri saya sendiri sebelum berusaha untuk melengkai orang lain. saya juga harus bisa berbahagia, sebelum bisa membuat orang lain bahagia. karena jika tidak, maka saya hanya akan menjadi seseorang yang demanding, yang menanggungkan kebahagiaan dan keinginan saya ke orang - orang yang berada di sekitar. bukankah hidup akan lebih baik jika bisa memberi, bukan meminta? dan saya rasa, manusia hanya akan bisa memberi ketika dirinya sudah merasa cukup. 

saya merasa apa yang sudah saya lalui, adalah cukup. cukup menjadikan saya menjadi manusia, yang sangat sadar akan batasan, yang sangat paham akan kekecewaan, sekaligus sangat bebal untuk terus punya harapan. saya merasa cukup, untuk paham bahwa tidak semua hal harus terjadi sesuai kehendak, bahwa setiap perjalanan selalu dihadapkan pada persimpangan. bahwa manusia tidak akan bisa selamanya bersama, karena itu sebaiknya nikmati saja semua selagi bisa. saya merasa cukup untuk menggantungkan mimpi di tempat yang bisa saya gapai. cukup untuk tahu dimana batas yang nyata dan euforia. 

and there i am content. 

perempuan, 33 tahun.  mudah bahagia. menggilai lari, masih menggemari pantai. peminum kopi hitam tanpa gula. sesekali berenang, sesekali membaca dan masih terus menulis. menikmati perjalanan dengan segala kejutannya.


~caturra espresso surabaya, 6 februari 2016.

Saturday, February 06, 2016

buku (ketiga) dan perjalanan : cantik itu luka


buka ketiga yang dibaca tahun ini, ha! melebihi target bulanan untuk menyelesaikan satu buku setiap bulannya. *sombong*

buku ini pertama dibaca pas berangkat ke Yogyakarta akhir bulan lalu, di sela menunggu pesawat berangkat, di sela menunggu pesawat mendarat. biasanya, begitu naik langsung molor :)) setelahnya ngga tersentuh lagi, hingga perjalanan ke surabaya kemarin. ya, mungkin harus sering melakukan perjalanan agar semakin cepat buku terselesaikan. hahaha.

membaca buku ini sangatlah melelahkan, 496 halaman. beberapa halaman kadang saya fast reading karena terlalu panjang dan bertele-tele, tapi kemudian setelah lewat saya mengulangnya kembali karena pada bagian yang panjang dan bertele-tele tersebut ternyata ditulis memang tidak tanpa tujuan.

novel ini sendiri entahlah masuk ke kategori mana, dari pemilihan bahasa yang puitik dan alur yang berangkat dari kehidupan para tuan belanda di jaman penjajahan, membuatnya semacam novel klasik. tapi dari alur yang sangat panjang hingga tahun 70an, dengan celana jeans dan segala macam kehiduan hedon pada tahun segitu, dan pastinya dengan perilaku yang digambarkan, novel ini masih sangat relevan dengan kondisi kekinian.

cantik itu luka semacam cerita sejarah yang melompat-lompat dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya, dari perkawinan saudara (dan sekalipun tak pernah ada kata incest disebut di situ) hingga soal marxisme. dengan internationale yang didengungkan di sela-selanya. sambil tak lupa menyelipkan tentang sosialisme, dan bagaimana pada akhirnya berujung pada kapitalisme kecil-kecilan (istilah yang digunakan ketika tokoh komunisnya berjualan celana kolor).

sudah banyak pastinya yang menulis tentang sinopsis novel ini, secara ini novel terbit pertama kali tahun 2004. trus kenapa baru baca sekarang? karena pertama, ngga pernah tertarik dengan sinopsis sampulnya yakni tentang 4 perempuan cantik bersaudara, semua cantik kecuali si bungsu yang menjijikkan. sinopsis yang sangat ngga menarik. karena tanpa harus membacanya, saya tahu rasanya bagaimana menjadi yang paling jelek di antara 4 kakak-kakak perempuan yang cantik. :P

dan alasan kedua, karena tahun lalu buku ini masuk dalam salah satu buku yang dibahas oleh newyorktimes. iya, kiblatnya ke amerika, hahaha.

tapi ternyata novel ini jauh lebih kompleks dari drama keluarga the ugly ducking. setiap tokohnya adalah gambaran karakter yang unik dan persistant, tidak seperti  para medioker yang berfikir dirinya adalah unicorn (sudah, dew..sudah). meski nama dewi ayu, -nama tokoh yang sering disebut- , diklaim sebagai tokoh utama, tapi menurut saya semua tokoh di novel ini adalah tokoh utama. bahkan rosina yang bisupun memegang peranan penting. alur yang diacak, hubungan sebab akibat dari hawa nafsu para tokohnya, membuat saya harus membaca lagi beberapa halaman di belakang, mengingat-ingat ini anak siapa, asalnya dari mana, nama aslinya siapa, hubungannya dengan tokoh lain seperti apa, endebra endebre.

tokoh favorit saya? kamerad kliwon. pemuda komunis yang membawa lubang hitam kemana-mana akibat cinta yang kandas. hahaha. tokoh-tokoh di sini tidak ada yang sempurna, sangat terlihat nyata dengan pilihan-pilihan dan alasan di baliknya. dengan konsekuensi dari apa yang diipilihnya.

novel yang sangat kompleks, intens dan sangat melelahkan. kita seakan tak sempat bernafas santai  dengan membaca hubungan antar tokohnya yang rumit, dengan tatanan sosial yang diacak-acak, tanpa batasan imajinasi dan realita. tanpa ada ukuran norma-norma dan juga dosa. novel ini adalah tentang gambaran hawa nafsu yang terburu-buru, kesabaran yang berbuah dan jatuh cinta yang bisa saja terjadi tanpa rencana.