Lebaran tinggal menunggu hari.
Dan perasaan saya pun mulai campur aduk tidak menentu. Antara senang sekaligus deg - degan. Senang. Ya, senang. Pulang ke kampung halaman, bertemu dengan kedua orang tua, kakak2 dan ponakan itu menyenangkan. Tapi sekaligus deg-degan. Khawatir, mules dan seringkali membuat sakit perut yang tiba - tiba.
Sejak keberadaann ghandar, bepergian tak lagi semudah ketika saya belum menikah. Ya iyalah. kalau dulu bepergian cukup dnegan membawa 2 setel baju dalam tas ransel, sekarang kami harus mempersiapkan koper super besar untuk membawa baju kami bertiga. Itu adalah perbedaan pertama. Belum lagi, barang - barang lain selain baju yang bisa memenuhi 1 koper lainnya
Ghandar sudah mengalami tiga kali perjalanan mudik, tapi tetap saja setiap mudik membawa cerita yang berbeda, membawa kecemasan yang tak sama.
Mudik pertama, kami menggunakan kereta api. Usianya yang baru 5 bulan waktu itu, ternyata justru tidak semerepotkan yang kami bayangkan. Kecuali ya, bawaan seabrek-abrek itu. Anaknya cenderung anteng, dan karena kami naik kereta jadwal malam, dia lebih banyak tidur sepanjang perjalanan. Mungkin karena dia terbiasa bepergian dari umur 1,5 bulan, dan usia 5 bulan dia pun belum terlalu banyak gerak. jadi yah...kami menikmati berjejal-jejal di kereta api.
Mudik selanjutnya ke rumah orang tua dari suami, yakni ke Bengkulu. Kali ini, perjalanan dengan pesawat. Usianya hampir 1,5 tahun dan diapun sudha mulai aktif kesana kemari. Maka bisa dibayangkan kerepotan yang terjadi. Selain barang bawaan bejibun, kamipun harus kejar - kejaran di bandara karena anaknya yang tidak mau diam. Usaha untuk membuatnya tidur di pesawat berhasil, sehingga tidak menambah kerepotan mendengarkan dia menangis - nangis di pesawat seperti anak-anak lainnya. Etapi dia memang jarang menangis di pesawat ding, dan cendeurng menyukai perjalanannya.
Lalu, bagaimana dengan mudik kali ini? Rencana mudik dengan mengendarai kendaraan pribadi agak-agak membuat cemas. lebih cemas dari biasanya. Perjalanan yang panjang, atau macet yang tak bisa disangka mungkin akan membuatnya bosan. Atau entahlah. Tapi, selalu ada yang pertama bukan? Dan saya yakin, perjalanan ini nantinya akan mengajarkan kami banyak hal. Seperti yang sudah - seudah. Semoga saja demikian.
Selamat hari raya, cerita perjalanannya akan kami sambung kemudian ya...