hari ini seorang temen mengirimkan sms, pendek. hanya mengabarkan, ibu dari teman yang lain nya meninggal. hm. jadi teringat pembicaraan dengan teman lainnya malam malam lalu,
lo pernah nyesel, lo pergi ninggalin ortu lo, dan kembali ke mereka, pada saat pemakaman?
tapi lagilagi hidup adalah satu rangkaian pilihan, konsekuensi, perjalanan, pertemuan, perpisahan, kesedihan, dan kebahagian. satu rangkaian cerita yang pada akhirnya, setelah semua lewat, hanya akan dinamai sebagai nasib.
apa yang lo bisa protes dari sesuatu yang sudah terjadi, nasib?
mungkin karena itulah, ketika saya menelpon teman yang ibunya meninggal, saya hanya bisa katakan,
take care yah, za!
tak bisa menjanjikan bahwa semua akan baek baek saja setelah semuanya. tapi setidaknya, ada perjalanan yang memang masih harus di lanjutkan. bukankah memang seharusnya demikian?
**oiya, buat kamu.. iyah, kamu!! bukan aku gemar membicarakannya, hanya saja aku sedang sampai pada, sebuah pembelajaran.. akan penerimaan.
8 comments:
kehilangan merupakan hak kepemilikan yang bertujuan untuk memisahkan. bagai partisi, seperti partisi ruangan kerja di carrefour ketika gw maen tuk ketemu teman lama gw yg bekerja disono.
walau terbungkus dengan berbagai respon dan luapan emosional, dan tampil sebagai ungkapan untuk menyatakan sebuah perasaaan, namun sangat sulit membedakan apa itu rasa memiliki dan hak kepemilikan, terlalu kabur.
gw pernah mengalaminya, januari lalu.
tapi terpisahkan dengan apakah??
kehilangan hanya mengaburkan makna hidup. mengartikan bahwa kehidupan adalah sebuah hak kepemilikan.
sebab kematian adalah sebuah peristiwa yang melengkapi kehidupan setiap orang.
melengkapi rasa memiliki akan kehidupan itu sendiri...
mari kita bicara tentang kehidupan. sesekali saja.
holoh deeewwww....sing diomong kok sing serem2 teruusssss...:(
Bener...
hidup itu rangkaian pilihan...
kita mungkin keilangan, tapi kalo kita memilih untuk tidak bersedih dengan kehilangan itu kita ngga akan bersedih...
Apa kabar???
ah aku tak mau membahasnya, aku gak akan pernah bisa menerimanya sebagai keharusan.
Semoga teman itu selalu tegar ya...
PS: nulisnya laen kali tentang kelahiran dong, masa kematian melulu??
Saya pernah mengalami kehilangan seorang Ayah tercinta dan harus siap menghadapi kehilangan orang2 yang saya cintai di kemudian hari.
Memang hati terasa sangat sedih dan tersiksa, tapi beton iman saya sudah kuat dan siap menghadapi hal2 seperti itu.
Live goes on..
Bagi saya, Ayah saya tidak meninggal namun beliau masih hidup tetapi hidup di dunia yang jauh lebih baik.
ehm...dewi, pakabar?
tentangnya,... :D
mau komment apa ya ? si dod kbanyakan bicara tuh (sok puitis).
ehem...
kematian sebenarnya adalah hadiah dari Sang Pencipta yang dibutuhkan oleh semua mahkluk hidup.
itu aja.
itu juga baru aja terjadi ma aku .. meskipun jauh2 hari aku selalu merasa yakin akan siap tapi penyesalan itu ada dan sangat dalam (ingatan akan kesalahanku dan kebaikan mereka menjadi jelas ) ..Ya Allah.
Post a Comment