Tuesday, April 21, 2009

mengekalkan ingatan

kukira memang manusia mempunyai kecenderungan untuk mengekalkan ingatan pada sesuatu.

buku misalnya.

maka ketika beberapa hari lalu kurapikan rak buku di kamar, itu serasa bernostalgia dengan rentetan potongan peristiwa yang tak terkait satu dan lainnya. ya, itu semacam bentuk hubungan eksklusive anatara aku dengan beberapa orang yang ingatan tentangnya tersimpan dalam bentuk sebuah buku.

mungkin serupa teresa dalam unbearable lightness-nya milan kundera, dimana dia selalu membawa buku anna karenina kemana - mana, sebagai sebuah pintu untuk berkomunikasi dengan individu lainnya. begitulah buku buatku. sedikit perbedaan dengan teresa, aku tak menggambarkan buku serupa gengsi atas status intelektual, meski pada akhirnya seleksi alam mengelompokkan manusia - manusia pecinta buku dalam satu komunitas.

dan untuk kedua kalinya, aku merasa begitu kehilangan ketika tak kutemukan satu buku pada deretan buku - buku lainnya. sajak lengkap goenawan mohamad 1961 - 2001. bukan buku yang menarik untuk dipinjam, bahkan kukira hanya aku saja yang menggemarinya. dan seringkali menjadi pilihan untuk teman perjalanan. kuhubungi beberapa teman hanya untuk meyakinkan tak ada seorangpun yang meminjamnya, dan memang begitu. buku itu raib begitu saja.

ini kehilangan kedua setelah sekian tahun yang lalu aku kehilangan buku berjudul hidup ini. tak banyak yang tau buku itu, pengarangnya seorang dosen universitas di surabaya. jangan tanya apa yang sudah kulakukan untuk mendapatkannya lagi, mulai dengan searching di internet, menghubungi penerbit dan mencoba mendapatkan kontak untuk pengarangnya sendiri. dan hasilnya nol. buku lama dan tidak mengalami cetak ulang. pemberinya adalah pacar pertama, teman sekelas waktu sma. sekarang sudah menikah, dan sudah punya anak yang berulang tahun sama denganku (kukira itu kutukan buatnya, hahaha).

untuk buku yang terakhir sepertinya lebih gampang untuk mencari penggantinya. aku sudah pesan ke salah satu toko buku online dan sedang dalam proses pencarian. semoga saja ada, kupikir penerbit tak mengeluarkan cetakan kedua untuk buku ini. semoga ada. pemberinya? seorang lelaki tentu saja, pacar kesekian entah aku lupa. *hai, hein! maap!* mungkin jika buku pengganti itu datang, tak kan sama dengan sebelumnya, tak ada lagi coretan tangan "jika aku masih disini", tapi setidaknya buku itu akan sedikit banyak mengekalkan ingatanku akannya.

mungkin sia - sia aku jika aku menepis kata - kata goenawan mohamad dalam salah satu puisinya yang kutuliskan disini. tapi, bukankah hidup adalah rangkaian percobaan yang mungkin diantaranya merupakan kesia-siaan.

waktu adalah mesin hitung, cintaku
jam berkeloneng dingin (seperti gaung)
di kota itu. angka-angka telah lama tahu:
bayangku akan hilang sebelum salju

sementara kau akan tetap jalan
(seperti kenyataan). sampai pada giliran.
mengaku, tiap kali daun jatuh di rambutmu:
"ternyata kenangan hanya perkara yang lucu"

tentu. tidak apa. kita tak memilih acara.
pada angin runcing dan warna musim kau juga
akan terbiasa. nasib telah begitu tertib.
pada lupa kita juga akan jadi karib.

4 comments:

Hujan rintik-rintik said...

sudah pasti tidak ada sama aku semua buku itu. seperti yang kubilang, kamu tuh pelit, ga akan mungkin minjemin buku ke aku...*uhuk..uhuk

itkas said...

kalo aku aneh lagi, aku malah berharap semoga semua buku2ku hilang dari perpustakaanku, dan yang tersisa dari buku2 itu hanya sepotong dari ingatanku. dengan begitu aku bisa me-copy-nya ke kertas dengan versiku sendiri. hehehe.

lav said...

kehilangan buku itu seperti kehilangan jiwa raga yak...

stey said...

Mama saya suka sebel ngeliat barang2 saya bertumpuk banyk banget, yg keliatan ga kepake pun,.tapi saya kadang sayang membuangnya karena kenangan ga bisa hilang sih..:))