takbir tak henti berkumandang dari semalam. suaranya mungkin tak terlalu terdengar jika kami berada di ruang depan, tapi begitu berada di dapur atau kamar mandi, suaranya bersahutan di antara mushola dan masjid di sekitar kami tinggal.
terkadang saya masih saja merasa heran, kenapa disini banyak sekali masjid dan mushola. mungkin hampir setiap kilometer ada masjid atau mushola. dulu ketika awal saya pindah, rasa heran saya mungkin lebih banyak disebabkan karena sekian lama saya inggal di lokasi dimana muslim menjadi minoritas. saya masih ingat, untuk sholat taraweh atau sholat ied, saya dan kakak harus menempuh perjalanan kurang lebih 7 kilometer menuju masjid.
saya ingat waktu saya kecil, masjid di kampung belum sebanyak sekarang. kalau tidak salah, hanya ada satu masjid besar, yang setiap idul fitri semua penduduk desa sholat disitu. kami yang mungkin tidak pernah bertemu si bapak a yang rumahnya di ujung desa, hari itu bisa bertemu dan bersalaman. sekarang? masjid di desa saya juga ada beberapa, setiap blok ada masjidnya. saya dan seorang teman sd yang tinggal berselisih tak lebih dari 10 rumah, akhirnya hanya saling mengucapkan selamat lebarab lewat wall facebook.
sebenarnya tidak ada yang salah dengan banyaknya masjid di sekitar tempat saya tinggal, tapi ada kalanya saya begitu terganggu dengan suara - suaranya. kalau adzan masih bisa saya maklumi, tapi ketika itu soalan pengajian, ceramah dan acara - acara lainnya, suara - suara itu terdengar mengganggu. bayangkan bila satu masjid ceramah soal a, masjid lainnya soal b, dan saya mendengarnya bersamaan. akan semakin mengerikan ketika ceramah tersebut membahas soal azab, seperti mimpi buruk siang bolong yang meneror terus menerus. bagaimanapun juga saya seorang muslim. saya bayangkan jika saya penganut agama lain, pastilah itu terasa lebih mengganggu. eh, atau justru tidak peduli ya? :D
saya jadi teringat seseorang mengeluh, betapa sulitnya dia mendapatkan ijin untuk mendirikan gereja. negara memang mengakui adanya lima agama, tapi sepertinya terjadi diskriminasi ketika hal itu berkaitan dengan agama yang tidak dianut. sepertinya memang kita susah untuk bisa menerima perbedaan.
ah, jadi teringat ributribut bagibagi kartunama di pb kmaren, ada yang nyelethuk, apakah harus dilakukan karena sebelumnya tidak pernah? lah, kenapa harus sama dengan yang sebelumnya? :D
No comments:
Post a Comment