whenever you're confused about what to do, telling the truth is always the right answer.
hanyalah barisan coretan yang membentuk kata, lalu berakhir pada cerita, tentang seseorang yang belajar untuk dewasa dalam dunia kekanak-kanakannya.
Thursday, April 24, 2014
Thursday, April 17, 2014
ghandar : 4 years old
the little gentleman is turning four today.
Hup hup huppy birthday the sun of my days...
be kind, do the good things.
because everything starts with good things, will end well, though it might not always going fine in between. be kind, because you will not gain anything by doing the opposite. be kind, because there's nothing wrong by doing it. be kind, because it's the only thing that makes you a human.
be faithful, believing your self.
have a courage, sometimes life is hard and you have to fight for it. don't take things for granted, because you will cherish everything more if you live it. be okay with failure, deal with it. there is always lessons to be learnt within and nothing is happen in vain.
be confident, but don't be arrogant.
be thankful, believing all the things that happen to you is the best. but stay humble, because there is always something bigger than you.
be honest, no matter how hard it is.
because lies only lead you to another lies, and you might be lost. be honest to yourself, speak the truth and stands for the right.
** other birthday notes :
3rd - http://catatanlepas.tumblr.com/post/48165760434/the-little-gentleman-is-turning-three-today-hup
2nd - http://secret-silence.blogspot.com/2012/04/17-april-catatan-kedua.html
1st- http://secret-silence.blogspot.com/2011/04/satu-tahun.html
Wednesday, April 16, 2014
Welcoming new smartphone!
Sudah hampir 3 bulan nomor XL lama saya sudah tidak bisa dihubungi karena handsetnya mati. Sebenarnya pengen mencari handset baru untuk nomor ini, mengingat sudah hampir 12 tahun saya memakai nomor yang sama, dari pertama kali kerja. Jadi ketika ada teman-teman dari eks kantor ingin menghubungi, mereka masih bisa menghubungi saya di nomor ini. Hingga 3 bulan lalu.
Pertimbangan untuk membeli handset tambahan ini sebenarnya lebih ke masalah harga. Pengennya sih se-smart handset pertama, tapi ngga mau se-overprice itu juga. Sayang duitnya :D
Dan dalam rangka mencari handset ini, saya datang ke beberapa gerai untuk survei, sekaligus mengiyakan undangan-undangan jika brand yang meluncurkan produk baru , yang sekiranya masuk budget. Nah, saya terkesan sekali ketika mendatangi peluncuran mobile phone-nya ASUS. Ngomongin ASUS sih, sebenarnya brand ini favorit saya untuk kategori hardware. Produk-produk mereka untuk PC atau Notebook lumayan tahan banting dengan umur yang lebih panjang dibanding produk sejenis. Nah, apa kabar handphonenya? Harapan saya sih, sebandel PC atau Notebooknya.
Jadi, smartphone ASUS yang dibranding dengan nama ASUS Zenfone ini adalah produk smartphone pertama mereka setelah hampir 10 tahun research. Waktu yang lama ya? Setelah produknya siap diluncurkan, tidak heran kalau acara peluncurannya dibuat semegah mungkin. Acara yang diadakan di Hotel Pullman Central Park Jakarta barat kemarin berskala Asia Pasifik, jadi dihadiri tidak hanya ornag Indonesia saja, tapi juga dari SIngapura, Malaysia dan Vietnam. Mungkin 3 negara ini adalah pangsa pasar terbesar di Asia Pasifi, meski tetap dong juaranya Indonesia. :D Dari Indonesia sendiri bukan cuma mengundang netizen dan media dari Jakarta, tapi hampir dari semua kota ada. Saya bertemu Om Yahya dari Jogja, ada yang datang dari Manado, Jambi dan Riau. Wow!
Dari segi acaranya pun dibuat semenarik mungkin. Kalau biasanya peluncuran produk hanya berupa seremonial lalu makan siang, peluncuran ASUS Zenfone kemarin bisa dibilang sangat lengkap. Di sesi "In Search of Incridible", Jonney Shih -Chairman on ASUS- menceritakan hal-hal apa saja yang menginspirasi produk ini, bagaimana produk ini dihasilkan dari observasi mengenai kebutuhan manusia di masa saat ini, yakni Social, Long life and Mobile. Sesi berikutnya lebih seru lagi, ada "Technical Seminar" yang menghadirkan beberapa pembicara: dari research, design hardware, dr team Inteal yang support untuk prosessor ASUS Zenfone dan dari team software development-nya yang menjelaskan dengan rinci masing-masing bagian. Kita yang hadir jadi lebih tercerahkan.
Apalagi saya, yang ketika disebut harganya langsung menjadi cerah! Hahaha. Jadi, produk ASUS Zenfone ini ada 3 macam, bergantung pada lebar layarnya, yakni Zenfone 4, 5 dan 6. Angka tersebut adalah ukuran dalam inch. Untuk harga Zenfone 4 yang warna-warnanya fancy (merah, kuning, hijau, putih dan purple) dilepas dari mulai dari 1 jutaan, sedangkan yang Zenfone 5 harganya mulai dari 2 jutaan. Yang lebih wow, Zenfone 6 yang dari ukurannya dibawah tablet sedikit, dijual dari harga 3 jutaan. Tapi berhubung smartfone saya sekarang ukurannya hampir sama dengan yang Zenfone 6, saya lebih tergiur dengan Zenfone 5nya.
Dari pemaparan design , user interface dan software-nya sih sangat menggiurkan. Cuma saat ini produknya masih bisa dibeli dengan sistem pro-order, jadi saya menunggu pesanan saya datang dulu ya, sebelum bisa share pengalaman memakainya. Ngga sabar!
Pertimbangan untuk membeli handset tambahan ini sebenarnya lebih ke masalah harga. Pengennya sih se-smart handset pertama, tapi ngga mau se-overprice itu juga. Sayang duitnya :D
Dan dalam rangka mencari handset ini, saya datang ke beberapa gerai untuk survei, sekaligus mengiyakan undangan-undangan jika brand yang meluncurkan produk baru , yang sekiranya masuk budget. Nah, saya terkesan sekali ketika mendatangi peluncuran mobile phone-nya ASUS. Ngomongin ASUS sih, sebenarnya brand ini favorit saya untuk kategori hardware. Produk-produk mereka untuk PC atau Notebook lumayan tahan banting dengan umur yang lebih panjang dibanding produk sejenis. Nah, apa kabar handphonenya? Harapan saya sih, sebandel PC atau Notebooknya.
Jadi, smartphone ASUS yang dibranding dengan nama ASUS Zenfone ini adalah produk smartphone pertama mereka setelah hampir 10 tahun research. Waktu yang lama ya? Setelah produknya siap diluncurkan, tidak heran kalau acara peluncurannya dibuat semegah mungkin. Acara yang diadakan di Hotel Pullman Central Park Jakarta barat kemarin berskala Asia Pasifik, jadi dihadiri tidak hanya ornag Indonesia saja, tapi juga dari SIngapura, Malaysia dan Vietnam. Mungkin 3 negara ini adalah pangsa pasar terbesar di Asia Pasifi, meski tetap dong juaranya Indonesia. :D Dari Indonesia sendiri bukan cuma mengundang netizen dan media dari Jakarta, tapi hampir dari semua kota ada. Saya bertemu Om Yahya dari Jogja, ada yang datang dari Manado, Jambi dan Riau. Wow!
Dari segi acaranya pun dibuat semenarik mungkin. Kalau biasanya peluncuran produk hanya berupa seremonial lalu makan siang, peluncuran ASUS Zenfone kemarin bisa dibilang sangat lengkap. Di sesi "In Search of Incridible", Jonney Shih -Chairman on ASUS- menceritakan hal-hal apa saja yang menginspirasi produk ini, bagaimana produk ini dihasilkan dari observasi mengenai kebutuhan manusia di masa saat ini, yakni Social, Long life and Mobile. Sesi berikutnya lebih seru lagi, ada "Technical Seminar" yang menghadirkan beberapa pembicara: dari research, design hardware, dr team Inteal yang support untuk prosessor ASUS Zenfone dan dari team software development-nya yang menjelaskan dengan rinci masing-masing bagian. Kita yang hadir jadi lebih tercerahkan.
Apalagi saya, yang ketika disebut harganya langsung menjadi cerah! Hahaha. Jadi, produk ASUS Zenfone ini ada 3 macam, bergantung pada lebar layarnya, yakni Zenfone 4, 5 dan 6. Angka tersebut adalah ukuran dalam inch. Untuk harga Zenfone 4 yang warna-warnanya fancy (merah, kuning, hijau, putih dan purple) dilepas dari mulai dari 1 jutaan, sedangkan yang Zenfone 5 harganya mulai dari 2 jutaan. Yang lebih wow, Zenfone 6 yang dari ukurannya dibawah tablet sedikit, dijual dari harga 3 jutaan. Tapi berhubung smartfone saya sekarang ukurannya hampir sama dengan yang Zenfone 6, saya lebih tergiur dengan Zenfone 5nya.
Dari pemaparan design , user interface dan software-nya sih sangat menggiurkan. Cuma saat ini produknya masih bisa dibeli dengan sistem pro-order, jadi saya menunggu pesanan saya datang dulu ya, sebelum bisa share pengalaman memakainya. Ngga sabar!
Friday, April 11, 2014
pemilih pemula
: 31 tahun dan akhirnya saya memilih juga.
Jika melihat umur, harusnya tahun 2004 dan 2009 saya sudah bisa mengikuti pemilihan umum. Tapi berhubung di tahun-tahun itu saya masih nomaden yang berpindah - pindah dari satu kost ke kost lain di Bali berbekal kartu Kipem (Kartu Identitas Penduduk Sementara),dan pulang ke Kediri untuk ikut Pemilu rasanya sangat tidak mungkin, maka di 2014 adalah kesempatan pertama saya untuk memilih.
Sebenarnya alasan lokasi dan kartu tanda penduduk juga bukan alasan utama sih, tapi di tahun 2004 dan 2009 lebih karena saya acuh dan apolitis. 1998 reformasi, 1999 pemilu pertama setelah reformasi dan meskipun saya belum punya hak memilih, sebenarnya saat itu saya mempunyai harapan yang sangat tinggi. saya bayangkan demokrasi akan berjalan, fox populi fox dei, tapi pada kenyataannya runtuhnya rezim orde baru yang kental kolusi, korupsi dan nepotisme, berganti menjadi masa reformasi yang...kurang lebih sama. anggota dewan yang harusnya mewakili suara rakyat, hanya memperkaya diri sendiri. bahkan lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya, siapa saya yang punya modal, bisa mengajukan diri sebagai wakil di legislatif. 1999 hingga 2004 tidak ada harapan perbaikan, hingga 2009 dan pemerintahan sama saja. yang membedakan hanya seringnya reshuffle kabinet, ganti-ganti menteri sampai akhirnya saya tidak tahu siapa menteri dalam negeri yang menjabat kala itu.
15 tahun setelah runtuhnya orde baru, 15 tahun reformasi, 2 kali pemilu dan saya memilih status quo, Indonesia masih begitu-begitu saja.
Hingga akhirnya pertengahan tahun lalu, saya membantu seorang klien yang ingin terjun di politik dan bersiap untuk 2014 ini. Mau tak mau saya yang acuh dan pesimis, belajar lagi dari nol. belajar tentang politik, belajar mengenali pola dan belajar untuk lebih peduli pada indonesia. dan jalan satu-satunya untuk peduli pada kebijakan - kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dimulai dengan, memilih orang-orang yang duduk di pemerintahan. Naif ya? Tapi ya memang begitu, karena kalau saya tak memilihpun, pemerintahan tetap jalan, kebijakan tetap dibuat, oleh orang-orang yang saya tidak tahu siapa.
Jadi begitulah, tanggal 9 April lalau saya pun memilih anggota legislatif untuk pertama kalinya.Saya dan suami terdaftar di TPS yang berbeda, sehingga kami harus bergantian memilihnya. Dan Ghandar ikut masuk ke bilik suara di 2 TPS tersebut, bertanya tanya apa yang kami lakukan, kenapa kami menusuk kertas dengan paku, dan apa yang kami tusuk. Ini adalah salah satu alasan lainnya kenapa saya memilih di tahun ini : karena saya ingin Ghandar mengenal haknya untuk bersuara sejak dini.
Berhubung saya terdaftar di daerah yang mempunyai DPRD kota, maka ada 4 kartu yang harus saya "coblos" (errrr....literally coblos dengan menggunakan paku lho!). Hijau untuk DPRD Kota, Biru untuk DPRD Provinsi, Merah untuk DPD dan Kuning untuk DPR RI. Enaknya di Pemilu kali ini, sudah banyak website - website yang memuat profile calon legislatif, jadi lebih mudah untuk mengetahui rekam jejak mereka. Selain dari http://kpu.go.id , ada juga http://jariungu.org atau http://bersih2014.net
Dari sini saya berusaha screening siapa saja yang akan saya pilih. 3 minggu waktu yang saya punya sebelum 9 April, sedangkan anggota caleg yang harus saya screening ada ratusan jumlahnya. Begini kurang lebih sistem yang saya pakai untuk screening awal :
- untuk caleg DPR RI saya persempit dengan mencoret daftar-daftar caleg dari partai yang menjagokan capres-capres pelanggar HAM, mempunyai dosa kemanusiaan, serta partai yang kalau kampanya memanfaatkan media nya untuk black campaign ke partai / tokoh lain. Suara kursi partai di DPR RI berpengaruh sekali terhadap jumlah suara yang menentukan lolos/tidak presidential treshold sehingga partai tersebut bisa mengajukan capres. karena itu saya memilih untuk memberikan suara dan memperbesar kesempatan pada partai yang mengusung orang baiksebagai presiden.
- Untuk caleg DPRD Kota dan DPRD Provinsi, berhubung saya tinggal di Depok - Jawa Barat dimana masalah utamanya adalah intoleransi agama dan pendidikan serta kesejahteraan, maka saya coret partai - partai yang pernah mendukung/terlibat intoleransi agama. Saya coret partai yang kadernya menjabat / pejabat incumbent dan membuat kebijakan-kebijakan aneh yang saya pikir tidak masuk akal.
- Untuk DPD karena tidak ada unsur partai, saya murni mempertimbangkan rekam jejak personel yang bersangkutan.
Dengan mengesampingkan partai - partai dengan kriteria di atas, sebenarnya saya bisa saja rugi karena mungkin mengabaikan sosok-sosok bagus yang berasal dari partai tersebut. Tapi itu adalah resiko yang harus saya ambil, dan sebagai kompensasinya saya memanfaatkan waktu yang minim tersebut untuk memilih caleg-caleg terbaik dari partai yang tersisa dan memastikan rekam jejak mereka.
Dan beginilah akhirnya...
Subscribe to:
Posts (Atom)