Wednesday, June 06, 2007

tentang lelaki tercinta

dia lelaki separuh baya, bahkan ketika melihat rambutnya yang sudah dipenuhi uban dimana mana, maka tahulah bahwa umurnya pasti lebih dari setengah abad. yah, memang selama itu. setengah abad lebih sudah lamanya dia menjalani kehidupan. dan itu tergaris jelas di wajahnya yang mulai menua, lewat kerutan kerutan tegas. tingginya semampai, tak terbilang tinggi ketika disandingkan dengan orang orang di sekelilingnya, anak anaknya. apalagi pada usianya yang semakin senja, postur tubuhnya pun tak lagi bisa tegap membusung dada. jalannya pun sedikit tak seimbang. konon, menurut cerita yang pernah kudengar, kakinya terkena pecahan bom atau bahan peledak pada masa yang entah.

yah, cerita tentangnya tak pernah aus meski waktu menggerus. seperti sebuah legenda. aku masih bisa mengingat, pada usia kecilku yang entah, pada tanggal tanggal tertentu, dia berpakaian rapi layaknya seorang pejuang, tentu saja dia belum setua sekarang. berdandan klimis dengan pakaian hijau tai kuda, pakaian yang masih saja warnanya kusuka. bersepatu kulit kinclong mengkilat. akupun selalu bertanya tanya, hendak pergi kemana. dan selalu mendapatkan jawaban yang sama pula, berkumpul dengan teman sesama pengingat kenangan. dan begitulah ingatan tentangnya dan baju hijau tai kuda.

lalu dengan bangunan tua. pernah mendengar tentang kotak harta karun? dia memilikinya! bukan kotak tepatnya, melainkan lemari baja. terkunci rapat pada gudang tua yang juga dipenuhi oleh sarang laba laba. pernah suatu kali aku masuk mengendap endap seperti pencuri. tentu saja aku tak akan mencuri, aku hanya penasaran, apa gerangan isi kotak tua yang begitu menarik perhatian. perlahan kutarik pengait gemboknya dengan sekuat tenaga, tapi percuma. tenaga kecilku tak akan bisa menarik lapisan baja sekuat kuda. tak sampai disitu, tak juga menyerah. pada lain kesempatan, ketika kurasa aku punya banyak waktu, kembali kucoba kubuka. kali ini harus bisa, kataku kala itu. dan memang begitulah, pintu itu akhirnya terkuak. bukan harta permata seperti dongeng yang ada, melainkan kumpulan benda benda aneh yang tak pernah kulihat sebelumnya, kecuali gulungan ikat pinggang berwarna sama dengan baju hijau tai kuda. benda itu sepanjang jari orang dewasa, berwarna keemasan berbentuk silinder dengan ujung lancip di moncongnya. dan kejadian itu terlupa, hinga pada tahuntahun setelahnya, ketika lemari rahasia itu sudah tak lagi misterius, dan benda aneh itu tak lagi ada disana, entah raib kemana, aku baru tau, itu yang disebut peluru.

dan ada satu ingatan tentangnya yang seringkali sampai sekarang membuatku geli. dia adalah tentara, setidaknya pernah menjadi tentara. aku kenal itu dari beberapa foto di dinding rumahnya. dengan topi baret, yang entah apa warnanya. mungkin merah, mungkin hijau, entah. maklumlah foto lama, yang ada hanya warna hitam dan putih saja. dia begitu tampan, tampan sekali. foto foto kecil itu memenuhi ruang keluarga yang bersahaja. dan diantara, ada satu foto besar berbeda. dia tak mengenakan baret, tidak juga seragam dengan pangkat jabatan. dia hanya mengenakan baju safari, dengan peci. dan aku suka memandanginya diam diam, hingga suatu waktu, ketika aku mulai mengenal bangku sekolah, sejarah dan dari cerita cerita yang tak henti di dongengkannya padaku, aku tau itu bukan dia, hanya mirip saja. lelaki berpeci itu adalah sang proklamator bangsa. ah, betapa tololnya.

sayang setelah beberapa lama foto sang proklamator itu tak lagi ada di deretan sana. pernah kutanya, kenapa foto lelaki yang juga tampan itu musti diturunkan, di serakkan dalam gudang tua bercampur sarang laba laba. dan dia hanya menjawab sederhana seperti biasa, karena tanpa foto itu tergantungpun aku masih memujanya. kelak, suatu saat, aku tau, haram hukumnya seorang tentara seperti dia memajang foto proklamator bangsa, seperti diharamkan memasang umbul umbul merah di setiap perayaan. setidaknya itulah yang terjadi pada jamannya.

beberapa tahun lalu, pada kedatanganku padanya yang kesekian. tak pernah satu ingatanpun terlupakan. kini, tak ada lagi foto sang proklamator bangsa di gudang. sudah kembali bergabung di dinding bersahaja ruangan keluarga. dan aku masih saja melihat kemiripan diantara keduanya. mungkin karena lelaki itu begitu mengaguminya. tokoh hebat sepanjang masa.

oh ya, ketika satu waktu kuperkenalkan dia pada seorang teman, teman ini justru berkata, wajah bapakmu seperti presiden kita. hahaha.

**atas nama kangen, dan 106 tahun kelahiran sang proklamator bangsa.

9 comments:

Anonymous said...

kalau anak lelaki tercinta itu mirip kartika dewi soekarno gak ya? namanya sama2 pake dewi juga kan? :D

Anonymous said...

dewi kartika? wow, menggetarkan :D

Anonymous said...

dee, tau ga hari ini juga hari ini juga hari kelahiran bapakku...hahaha, pas aku nulis ini aku mendapatkan kabar kau baru saja menuliskan komen di blogku..weis..

Anonymous said...

hari ini banyak yang ultah...

Anonymous said...

Bapakmu pengagum Bung Karno ya dew? hmmm... banyak orang menjadi pengagumnya tanpa pernah mengenalnya. You know what, aku mungkin akan berterima kasih atas segala jasanya memerdekakan bangsa ini. tapi aku akan kagum hanya pada desas desus dan cerita serta ingatan beberapa orang tercinta yang membuatnya menjadi begitu layak untuk dikagumi.

sometimes stories is even greater than its fact.

Anonymous said...

wuah saya sudah mulai lupa muka apak sprti apa...

Anonymous said...

baca ini jadi pengen ngelamun dew...

rinnie said...

Bapakku dulu punya gambar besar si proklamator di ruang tamu wi.. namun setipe dengan yang kamu tulis, foto tsb sudah masuk gudang..-tak berbentuk lagi-

adhi said...

Jadi kangen dengan Bapak dirumah... Seorang Bapak yang hebat dan bersahaja...

Bagus banget ceritanya Mbak Dew...