jika hidup diumpamakan seperti perjalanan, saya memilih perjalanan tanpa sebuah peta.
saya tinggal mengangankan sebuah tujuan, lalu mulai berjalan. meski itu artinya, kemungkinan saya salah arah atau tersesat semakin sering, tidak apa. karena dengan menyadari kalau saya salah jalan atau tersesat, saya jadi tau, mana jalan yang sebenarnya. tinggal memutar haluan ke jalur yang sebenarnya, dengan kata lain mengulang lagi perjalanan yang sama dari sisi yang berbeda. buang waktu? tidak ada sesuatupun yang terjadi sia-sia. dan kalaupun ternyata saya tersesat tak tahu harus kembali kemana, yah nikmati saja untuk terus berjalan ke depan. jika dunia itu bulat, maka setiap titik akan bersentuhan.
pun begitu jika ternyata jalan didepan adalah berbatu. sudah resiko. jatuhpun tak apa, setelahnya cepat bangkit dan berjalan lagi. perjalanan menyenangkan ketika setiap detailnya dinikmati. tidak usah terburu - buru akan waktu. seperti ketika ke singaraja setahun lalu. berhenti ketika ingin berhenti. pada penjual rujak, pada ibu2 penjual duren. saya pun ingin hidup itu seperti itu. berhenti ketika saya ingin berhenti. sejenak melepas penat, atau menikmati keadaan, lalu melangkah lagi. belajar merelakan, seperti layaknya perjalanan, meninggalkan atau ditinggalkan. karena seperi perjalanan juga, tidak ada yang stagnan.
keteraturan itu membosankan. tau tak selalu menyenangkan. saya lebih menyukai kejutan di setiap kelokan. hal - hal baru penuh tantangan dan debar - debar ketakutan. meskipun seringkali itu hal yang menyakitkan, tapi lagilagi, tak apa. tak ada yang terjadi sia-sia. dan tak ada yang berlangsung selamanya. tak pernah tau apa yang akan terjadi dengan esok, karena esok tak pernah menjadi milik saya.
saya mungkin memang tak sepenuhnya benar, tapi salah karena sebuah pilihan adalah resiko. seperti ketika saya dengan temanteman saya belajar merokok ketika usia masih sma, di kamar kost pengap yang bahkan tak berani buka jendela. seperti ketika saya melempar tas keluar jendela kelas, bolos untuk menemani teman wanita latihan balap motor di jalanan yang ujungnya pun belum terselesaikan. seperti ketika saya diam-diam mencicipi cairan kuning seperti kencing yang memabukkan, tapi herannya tak pernah membuat saya mabuk, melainkan beser merepotkan. ketika suatu malam, setelah perjamuan makan malam, saya pulang sambil sempoyongan karena mabuk. iyah, mabuk dan memuntahkan seluruh isi perut saya, setelah bergelas-gelas martini, long island, kahlua, dan entah minuman keren apalagi yang saya tegak sebelumnya. norak? iya. keingintahuan terkadang bisa berbuah kenorakan yang teramat sangat. tapi selalu ada yang pertama kali bukan? dan pertama tak harus sempurna. beberapa waktu lalu seorang teman mengirimkan pesan pendek. kamu pernah mencoba mushroom, dew? dan saya katakan, belum dan tak ingin mencobanya, tidak saat ini. karena memang pilihan harus disadarkan atas kesadaran, agar tidak pernah menyesal kemudian. seperti ketika saya memutuskan untuk mencium seorang lelaki, yang bahkan kekasih saya pun bukan.
seperti sebuah perjalanan, pada setiap tracknya saya akan meninggalkan jejak, atau membuat catatan tentangnya. sesuatu yang ingin diabadikan. mungkin hanya untuk diingat kemudian, atau dijadikan guyonan. cerita basi sambil nostalgi.
itulah yang perlahan saya ajarkan ke seorang anak lelaki yang baru beranjak remaja. anak tertua kakak lelaki saya. nanda namanya. hidup adalah sebuah perjalanan, dan dia adalah lakon tunggalnya. menorehkan catatan, untuk setiap momen yang dilewati. ya, menjadi sesuatu pada masanya sendiri, tanpa harus hilang kendali. mungkin karena itu kapan hari dia merayu saya untuk mengajarkan membuat blog untuknya. setelah gonta - ganti nama entah yang keberapa kali, dipilihlah nama ini. masih belajar menulis, dan sayapun tak mengharapkan dia akan konsisten menulis. jika bukan inginnya, tak ada yang bisa memaksa. setidaknya dia telah mengambil bagiannya. menikmati setiap tanjakan, dan turunan sebuah jalan, tanpa dia khawatir kemana harus berpegangan. dia memiliki saya sebagai teman seperjalanannya. berbagi cerita tentang gadis manis idolanya, atau mungkin suatu hari, saya dan dia akan duduk berdampingan, sambil membincang apa saja, sambil diiringi dentingan gitarnya, dan asap rokok atau bir kegemaran kami berdua.
haha, nyata nanti mungkin juga akan berbeda. bukankah hidup memang sebuah perjalanan tanpa peta?
27 comments:
karena kita tak sendiri dan sudah jutaan orang yang mendahului kita dan beberapa di antara mereka meninggalkan catatan, maka kita sebenarnya bukan gak punya peta. hanya saja, seringkali peta itu berbentuk peta buta. ya, karena setiap perjalanan tak pernah sama, bahkan walau pun rute nya sama. sungai yang sama, tapi air yang melintasinya tak pernah serupa. bukan begitu?
You may never find all the answers...
You may never understand why...
You may never proof what you know to be true but you know that you still have to try...
Tetap melangkah bu... ;-)
kadang berhenti berjalan sambil menyaksikan orang berlalu lalang itu menyenangkan. sambil bermain tebak tebakan kemana gerngan orang orang itu akan berjalan.
gosh, i wish live has a rewind button
Perjalanan tanpa peta?
Hmm..kayaknya seru. Tapi, jika makna peta diperluas, misalnya dengan konsepsi peta pikiran oleh Collins, hidup yang dijalani tanpa peta akan terasa aneh...
Tapi, yah kadang2 hidup memang perlu aneh agar seru dan tidak membosankan.
Barangkali...
tanpa peta ga pa pa dew, kan dah ada GPS sekarang :)
Tetep, peta itu penting bu... U never learn enough without a guidance, trust me *Ceileee...
tanpa peta ada tujuan... :)
tanpa peta tanpa tujuan... :)
mengalir saja... ikhlaskan
peta perjalanan untuk seorang manusia sudah dibuatkan dan pastinya dilaminating dengan bagus oleh beliau diatas sana.
sooo...
kita hanya menjalankan sajah.! he.3
ojo dadi wong susah hahahaha
perjalanan hidup adalah sebuah pilihan diri sndiri, ga' perlu memilih jalur alternatif demi menyenangkan orang lain. apalah artinya peta kalo trnyata qt ga' bisa membacanya alias buta peta. sudahlah.. hanya dora dkk yg hidup dgn mengandalkan peta:)
wah mbok dewi, lantang sekali blognya nok. saya kasi comment dulu dah mbok. bacanya belakangan aja. komentar tentang blognya ntar malam aja kalo chat lagi :P
ya..
pun kalau pun dengan peta namanya jadi peta buta
:)
aku sangat terbiasa dnegan ketidakteraturan itu..hanya saja sekali dua kali aku begitu menginginkan keteraturan itu..yah entahlah mungkin karena kita manusia tak pernah puas dengan perjalanan masing-masing..
setuju dengan balung...
Saya lebih seneng perjalanan tanpa perencanaan lebih dulu..lebih asik..
pertama koreksi dl. risiko, bukan resiko. hihihi, pura2 jd guru basa indon yg baik. itu jg kalo soal itu mmg penting bagimu. sptnya sih kamu orang yg peduli soal bahasa meski ga peduli soal peta. hehehe.
kedua soal perjalanan tanpa peta. the problem is: perjalanan tanpa peta tuh kadang2 hanya pembenaran karena kita tidak tahu arah mana yg kita hendak tuju. jdnya ya kesasar ke sana ke mari, meski kesasar jg hanya batas bg orang2 "normal".
ini mirip pencarianku soal tuhan. apa dia memang ada? lalu pada satu titik aku kemudian mikir kalo hidup toh ada titiknya, bukan hanya koma. demikian pula kuasa kita. terbatas. mungkin krn itu kita perlu tuhan, spt halnya kita perlu peta: agar ada yg bisa kita salahkan kalo kita kita kesasar. bisa tuha, bs jg peta.
hmmm...
khas dewi...complicated :)
hebat, Tik...ponakanmu itu...coba liat, band favoritnya paling keren dibanding personil lainnya (padahal dia kelahiran 94) :D
Saya akan sangat senang bila bisa seperjalanan dengan anda. Paling tidak berpapasan atau sekedar melempar senyum menguatkan. Saat sudah memilih, jalan apapun itu nikamti saja. Tulisan ini menyejukkan. Membuat yang terlihat sulit menjadi lebih mudah dan asyik.
salamatahari,
mba, ini tulisan bagus bgt! sarat makna... saya setuju dgn pendapat mba.
intinya kan menjalani hidup secara spontaneous. memang begitu seharusnya kita menjalani hidup. sy percaya sama satu prinsip: teori-teori terbaik akan menghasilkan praktek-praktek terburuk.
so, saya suka bgt tulisan ini! :D
ya manusia ya manusia mereka akan selalu membuat peta hidup untuk menggairahkan hidup...
Ikutan nimbrung ya,
Masih ingat teriakan: "garogol.. garogol.. garogol..."? seseorang yang menaiki bis jurusan grogol memiliki kepentingan dengan grogol, atau bisa saja hanya iseng. namun dapat dipastikan, yang bersangkutan memiliki alasan menaiki bis grogol.
Kalaupun orientasinya muter-muter, yang bersangkutan bisa saja ke bogor dulu, lalu naik pesawat ke bandung, lalu dilanjutkan naik pesawat dari bandung ke Jakarta, hingga akhirnya turun di Cengkareng, lalu naik bis ke Grogol.
Itu untuk yang hobi muter-muter, dan nampaknya kurang bijaksana juga mempersalahkan hobi muter-muternya orang tersebut, Itu haknya.
"Tanpa peta" jelas berbeda dengan hobi "muter-muter". Karena "tanpa peta" identik dengan tersesat.
Sejauh saya berfikir, liberal itu bukan "tanpa peta".
"Peta" berbicara mengenai tujuan, terlepas dari legalis, libertinis, atau filosofi apapun yang diteorikan manusia.
perjalanan yg saya lalui hampir ga pernah membawa peta..
kalo nyasar ya...nanya...!!
kalo nyasar lagi..,ya nanya lagi...!!
ga papakan kalo kita sering nanya..??
kata orang kan..,malu bertanya sesat di jalan,tp kalo banyak bertanya memang memalukan sih... hehehe ^:)^
wah...sudah setaonkah perjalanan itu?
aku masih inget dengan mbak di dalem bus pas pulang :D
hey.. aku datang ke sini tanpa peta, tapi bukan tanpa hujan.. jadi, siapkan teh hangat untukku.. :D
*pa kabar?*
cita-cita adalah peta perjalanan hidup
teratur itu membosankan, tau itu tak sepenuhnya menyenangkan..setuju!!!salam kenal, nice posting
nice post..
pake petunjuk bintang aja,
gps juga bole..
Post a Comment