Wednesday, April 23, 2008

tentang menjadi gila

jadi ceritanya begini. teman pacar saya yang juga adalah teman saya, beberapa hari lalu mengajak nonton bioskop. dan demi menumbuhkan sense of humanity :D, tanpa pikir panjang saya iyakan saja. saya pikir ini adalah aktivitas selingan, daripada saya menyambangi mall - mall dan menghabiskan uang hanya untuk memenuhi hasrat bersenang-senang yang berakhir menyesal kemudian (karena ternyata apa yang saya beli kebanyakan tak saya gunakan, dan ternyata jatah sebulan sudah ludes bahkan tengah bulanpun belum datang). apalagi kemarin malam saya memang tak ada rencana untuk keluyuran.

baiklah, ini memang kesalahan saya. saya terlalu malas menanyakan apalagi membahas film apa yang akan ditonton. bahkan saya tidak mencoba mencari tau film apa saja yang sedang diputar di cineplex sini. tidak lewat telepon seperti yang biasanya saya lakukan, tidak juga dengan mencari tau lewat internet. untuk beberapa hal saya memang pemalas. lagipula dari awal saya memang tidak peduli film apa yang akan ditonton, saya mengiyakan ajakan itu, yah karena yang saya bilang tadi, menumbuhkan sense of humanity :D

maka jadilah kemarin saya pergi ke bioskop tanpa tau apa yang akan saya tonton. saya datang berdua dengan pacar. dan tujuh orang teman datang terpisah. sampe disana, saya baru lihat daftar film yang lagi diputar. kuntilanak 3, satu film horor entah apa judulnya, drop out, dan ayat-ayat cinta. yah, silahkan ditertawakan bali, untuk keterlambatan film yang amat sangat sampe disini. hihi.

saya sudah pasrah, menggantungkan pilihan pada suara mayoritas. saya malas sekali. ternyata mayoritas memilih drop out. baiklah, saya pikir lumayan karena yang main ben joshua dan titi kamal. saya tak pernah berburuk sangka, sampe akhirnya saya menyaksikannya. film ini ternyata tak hanya pantas menerima label buruk, tapi juga menjijikkan. lucu yang sangat tidak lucu dan terkesan dipaksakan. saya tidak tahu esensi film ini dimana, tapi mungkin memang membuat film di indonesia tidak perlu esensi. tidak perlu pesan moral, karena mungkin yang membuatnya juga sudah tidak bermoral. hakhakhak, saya mulai nyolot! semua tergantung pada pasar bukan? jadi ketika pasar menerima dengan tangan terbuka, jadi yuk mari kita buat saja film tolol yang digemari. trend film berhantu lucu, mari kita beramai-ramai membuat yang seperti begitu. trus lagi trend film jorok, mari kita buat yang mirip - mirip, klo perlu lebih jorok lebih seru, toh dalihnya sex education khan? mungkin ini media yang dipilih pemerintah, meluluskan film yang tidak layak tonton, daripada membiarkan situs - situs porno berkeliaran, yang efeknya adalah blogspot saya tak bisa dibuka kemarin seharian. sayangnya, pemerintah mungkin tidak tahu, film-film sejenis ini selain mengajarkan tentang sex yang tidak benar, juga menimbulkan efek kegilaan pada yang tidak bisa menikmatinya. lagi-lagi tidak usah dipikirkan alurnya, yang penting lucu. percayalah, bahkan ada film semi porno yang lebih beralur dan berisi. rakyat indonesia sudah lelah menderita, sudah capek untuk disuruh mikir yang berat-berat lagi. sodorkan saja tontonan lucu, yang bisa menghibur dan membuat tertawa - tawa gila tanpa perlu berfikir dulu.

okay, seharusnya memang saya tidak emosi sampe segitu. ini resiko bukan, ketika saya mengiyakan ajakan tanpa pikir panjang, tak mencoba mencari tahu film apa yang diputar disitu, dan fatalnya tak ikut bersuara ketika pemilihan film apa yang jadi tontonan(milihpun percuma bukan, melihat judul2nya). saya tidak menyalahkan teman - teman saya. apalagi penonton yang bejibun dan sepertinya bahagia. yang saya ingin salahkan adalah pacar saya, yang di salah satu ucapannya, mau tak mau membuat saya terlihat aneh, tidak wajar, karena dia menyadarkan sayalah satu-satunya orang yang tidak bisa menikmati kelucuan - kelucuan di film itu, ketika yang lain bahkan tertawa - tawa.

ini soalan menjadi mayoritas, atau kamu akan dianggap gila.

11 comments:

Anonymous said...

trnyata menjadi berbeda itu masih saja sulit :D

Anonymous said...

ah kalo gitu aku milih jadi minoritas aja bila mayoritas justru bikin gila...

Anonymous said...

tadi malem aku nonton 'inconvenient truth'nya Al Gore. Ngeri bener ya?

jyaaaahhhh....OOT! :))

Anonymous said...

hahahaha ..pasti nyeselin yang abis borongborong lipstick itu yah...

Anonymous said...

kalo gitu bakar aja bioskopnya. biar yg mayoritas, dan gila itu, kita ganti saja dg minoritas ini.

*berpikir ala hitler. hihihi.*

Anonymous said...

ha ha...ini khan jadi pertanyaan juga mengapa sinetron sinetron tetap menjadi tayangan prime time?
Karena banyak iklan pasang disana, terus artinya banyak penontonnya, dan menurut riset memang banyak penggemarnya.
Jadi siapa yang gila ? penonton mayoritas, stasiun TV, pemilik produk yang mengiklankan atau kita ??

Anonymous said...

yang saya ingin salahkan adalah pacar saya, yang di salah satu ucapannya, mau tak mau membuat saya terlihat aneh, tidak wajar, karena dia menyadarkan sayalah satu-satunya orang yang tidak bisa menikmati kelucuan - kelucuan di film itu, ketika yang lain bahkan tertawa - tawa.

siapa yang menjadi sadar? kenapa kamu ingin menyalahkan?

dewi kemana ya, by the way ;)

Anonymous said...

berpikir aneh itu tidak selalu menjadikan tingkah dan polah juga ikutan menjadi aneh wi..

Anonymous said...

lha mbak, cuek aja lah..

Anonymous said...

Agree with you dew, gw jg dlm posisi yg sama waktu nonton film itu... Dan sepanjang film gw cm bisa mengernyitkan dahi... ntah siapa yg gila

Anonymous said...

menarik kalau baca Veronica Decides to Die-nya Paulo Coelho. dalam novel itu Coelho berhasil menggambarkan kenikmatan menjadi orang gila. ada banyak orang yang "pura-pura gila" dan malah kecanduan masuk rumah sakit jiwa :) sebuah gambaran yang menarik.

kalau dipikir-pikir, setiap kali kita melihat sesuatu yang hebat, luar biasa, atau menakjubkan, kita juga memulai kalimat dengan seruan,"gilaaaa..." :)

mbak dewi di bali, ya? semoga kalau saya ke bali saya bisa ketemu mbak dewi :)

salam,