Monday, December 28, 2015

Cimaja : Liburan Impulsif Akhir 2015

senja di karang hawu. superb! 

kamu termasuk tim yang mana : yang suka bikin rencana matang sebelum jalan, atau yang suka dadakan? 

kalau saya, anaknya impulsif. pake banget. seringkali jalan hanya mengandalkan nyali. dulu sewaktu traveling belum se-ngetrend sekarang, akhir pekan sering naik motor ke Bedugul atau ke Ubud. Iya sih, jaraknya paling jauh 2 jam dari denpasar, tapi waktu itu cewek pergi sendiri dan naik motor juga belum lumrah. pernah juga saking isengnya, dari Bali naik bis , motong-motong angkutan dan sampailah situbondo. hanya untuk ke pelabuhan, makan, nongkrong-nongkrong lalu pulang.

iyaaaaaa...travelingnya kampung banget ya, bukannya beli tiket trus cusss ke singapore gitu, tapi malah naek bis trayek tanpa AC yang seringkali kondekturnya becandaan mesum -___-"

tapi kebiasaan untuk jalan ngikutin mood ini sejak menikah mulai dikurangi. punya anak dan ditambah lagi ketemu suami yang , errrrr...segala hal jauh lebih ribet dari saya. hahaha. dia orangnya sangat well prepared, mau kemana saja  , naik apa, nginep dimana yada yada yada. bagus sih, tapi kadang bikin sebel. hahahaha. padahal dengan dia yang penuh perencanaan, liburan jadi lebih efisien. lebih bisa dinikmati dibanding harus menimbang-nimbang dan menghabiskan waktu untuk mikir, "habis ini kita kemana ya? makan apa ya?"

trus lama-lama sayapun juga buat rencana, tapi seringkali ditanya dulu sama suami baru mikir, hehe.

itu juga yang terjadi dengan liburan akhir tahun kami. enaknya kemana ya, yang bisa driving tapi waktunya maksimal 6 jam saja? setelah cari-cari tujuan, akhirnya seminggu sebelum jalan kami memutuskan untuk ke...Garut. pertama karena bisa dijangkau dalam 6 jam, dan kedua karena kami belum pernah ke sana.

mulailah cari-cari hotel, tapi yaa... akhir tahun dan ditambah liburan anak sekolah itu hotel susah banget dicari! dari sekian banyak hotel yang ditelpon, hanya Antralina Hotel yang available. Setelah ngobrol2 di telpon, si staff janji buat SMS proses pembayarannya gimana. eh, H-1 kami konfirmasi lagi karena ngga di SMS dan ternyata kamarnya sudha terjual dong! sebel! tapi yasudahlah ya, setelah suami ngomel-ngomel (iya, yg ngomel dia bukan saya! :D), akhirnya kami memutuskan ya sudah go show saja sambil cari-cari hotel di sana.

pas hari H, kami berencana berangkat jam 7. pagi saya masih sempat lari 5K keliling kompleks, mikirin kalau liburan susah nemu spot lari. begitu jam 7 dan semua persiapan kelar, cek-cek traffic dan voilaaaaa...semua macet dong ke arah sana, mulai dari tol dalam kota! bahkan dapat kabar dari teman yang berangkat jam 4 pagi, jam segitu baru mau lewat tol jatiasih. HOPELESS.

setelah ketawa-ketawa bengong, jam 8 kami putuskan mengubah arah ke...Sukabumi! dan berhubung saya belum pernah ke Pelabuhan Ratu, jaidlah kami ke sana. sambil jalan cari-cari hotel, syukurlah masih ada 1 kamar di Karang Aji Beach Villa. suami sudah pernah ke sini sebelumnya, karena itu dia merekomendasikan tempat ini. sayang kamar yang kami mau (kamar yang di atas) sudah penuh jadi dapat kamar yang di bawah dengan harga 450rb per malam. low season konon hanya 300rebuan.
karang aji villa yang langsung menghadap laut.

ornamen di karang aji villa yang semuanya dari kayu


ternyata, perjalanan ke sukabumi ngga lancar-lancar juga. berhubung tol jagorawi macet dari pintu keluar Bogor, akhirnya kami belok ke Bogor untuk lewat Tajur. lewat Tajur pun macet, dan kami menghabiskan 3 jam saja dong melewati tajur dan ciawi. hvft. tapi lebih mending dari ke garut pastinya :D

setelah ciawi lancar sampai cimaja, hanya di beberapa pertigaan di Jln. Raya Sukabumi aja yang agak macet-macet dikit. menulusuri google map, kami lewat Cikidang, perkebunan sawit dan karet yang pemandangannya aduhai. kanan kiri kebuh sawit dan kebun karet atau jati, lalu ada banyak penjual durian karena lagi musim. sempat berhenti sekai untuk makan duren, just because...
G di cikidang, lagi musim durian! 

kami baru sampai di villa jam setengah 5, disambut pak udin yang ramah tapi ngga banyak basa basi. setelah meletakkan barang, G sudah ribut mau main pantai. sambil sekalian jalan ke Cimaja Square untuk makan malam, kami mampir pantai trus si G maen pasir dong dong dong. untunglah ada kamar mandi di pantai karang hawu tersebut, jadi makan malam sudah bersih lagi.
restoran karang aji villa menjelang malam.

Cimaja Square ini Italian Restaurant, tapi menunya campur-campur, bahkan ada gado-gado. yang enak konon pizza-nya, tapi hanya ada di Sabtu dan Minggu. jadilah kemarin pesan menu lainnya, yang semuanya enak kecuali gado-gado yang biasa cenderung ngga enak. untuk harga makanan berkisar dari 35rb - 75rb. worth the money!
di karang aji beach, bahagia! 

besoknya kami jalan kaki ke pantai karang aji yang letaknya di seberang villa. mungkin jaraknya hanya 300an meter, tapi jalannya..alamakkk! turun curam dan baliknya naik terjal. hahaha. pantai yang jadi spot favorit untuk surfer ini letaknya tertutup, jadi ngga banyak pengunjungnya. setelah jam 8 dan matahari mulai menyengat, kami kembali ke villa untuk sarapan dan malas-malasan (bahkan sempat tidur 30menitan) di sofa-sofa di restorannya yg nyaman banget plus view ke laut!
restoran di karang aji villa, sofa-sofanya bikin mager!

view dari restoran karang aji villa, laut lepas dan penambakan! 

setelah jam 12, kami memutuskan untuk lanjut jalan dan nginep di sawarna, yang jarak tempuhnya hanya sekitar 1,5 - 2 jam. persiapa ini itu, jalan dll, sampai sawarna sudah jam 3 lebih. kami parkir di pantai pasir putih, lalu jalan sekitar 1 kilometer menyusuri pantai sampai tiba di pantai sawarna dengan ikon karang-karangnya. pantai sawarna ini kalau sepi mungkin masih oke lah ya, tapi karena kemarin sangat ramai, pantai-pantai jadi cendol dan sangat kotor. meski pasir putih, tapi ombaknya gede jadi ngga bisa dipakai berenang.
pantai pasir putih yang sangat ramai!

senja di pasir putih sawarna. 

ikon legendari sawarna. ini kanan kiri kayak cendol :D

pas masuk parkir, kami langsung ditawarin penginapa-penginapan. ngga banyak hotel di sawarna, jadi kebanyakan rumah penduduk yang dijadikan tempat menginap, atau home stay yang kondisinya minim. dan nyebelinnya, ditawarin dengan harga 500rebu. woooottt? karena sebel dengan harganya yang ngga layak, kami memutuskan balik saja ke cimaja.

dan drama dimulai...

tetangga kompleks karena tergiur foto-foto pantai, jam 3 sore memutuskan untuk nyusul ke cimaja. hohoho. lalalalilili kami bingung dimana musti menginap malam ini. cek semua villa dan hotel kebanyakan penuh, hanya ada 1 pondok kencana seharga 989rb untuk three bed rooms villa. tapi karena tetangga pengen penginapan yang ada akses langsung ke pantai, agak kurang sreg dengan pondok kencana yang diseberangnya ini. sampai jam setengah 10 semua masih cari tempat menginap, dan dapatlah Wisma Tenang yang punya akses langsung ke pantai. harga per kamarnya 1juta untuk 2 bedrooms yang bukan villa, karena bangunannya sangat ngga layak disebut villa. setelah lihat kondisi nya, saya pikir 1 juta sangatlah ngga sesuai. lalu balik lagi ke Pondok Kencana yang ternyata kamarnya sangat-sangat layak untuk harga segitu.

pasir putih-sawarna sebelum penuh cendol :D

besok paginya, lagi-lagi kami kembali ke karang aji beach. sudah terlanjur cinta dengan sepinya, dan dengan pantainya yang landai, meski ombaknya gedeeeee.. di karang aji beach ini, kami bisa berenang sampai ke agak tengah, berjemur, anak-anak main pasir, sampai 3 jam kemudian. tengah hari dan sudah gosong semua, akhirnya kami balik ke hotel untuk pulang.

happy kids! 

anak pantai :D


sebelumnya sempat mampir ke pedagang ikan segar di pinggir jalan, lalu membawanya ke Pusat Ikan Bakar, restoran seafood yang mau masakin kalau kita bawa ikan mentah. kemarinnya kami sudah ke sini, dan puas. tapi hari kedua itu, semua fail! ikan, udang, dan lobster yang dibakar terlalu kering, dan nasinya juga ikutan kering sampai kita seret makannya. mungkin karena ramai sekali di hari itu, kualitas menurun jauh dibanding hari sebelumnya. sigh. sigh.
menu makan di pusat pasar ikan bakar, pas masih enak.

jam 3 kami memulai perjalanan pulang, dan jam setengah 8 malam kami sudah sampai rumah. dengan segala drama dan kemacetan pas berangkat, perjalanan kemarin sangat menyenangkan! dan tempat ini oke banget untuk yang perlu liburan tapi ngga punya banyak waktu. masih banyak pantai keren yang bisa dieskplore!

akhirnya serombongan liburannya.

Sunday, December 20, 2015

#BajakJKT 2015 : 21KM tengah malam

pic by endi hamid

tidak heran orang suka ikut race : euphoria lari bareng segitu banyak orang dan mendapatkan medali memang bikin ketagihan! 

beberapa bulan lalu, #thinkrunrds --group lari anak-anak di kantor suami-- sudah berbondong-bondong untuk daftar #BajakJKT, event lari tahunan dari Nike Indonesia. saya sendiri di awal tidak begitu tertarik, karena ide membajak kota --dan itu adalah Jakarta yang macetnya ngaudzubillah-- adalah suatu ide yang buruk. tanpa dibajak saja, jalanan di Jakarta seringkali mengundang caci maki, apalagi ini ditambah para pelari. duh, ngga deh.

sepertinya karena belajar dari tahun kemarin yang penuh dengan protes dan segala sumpah serapah, Nike Indonesia kali ini memilih mengadakan event #BajakJKT tengah malam, dan hanya ada 1 kategori yakni 21Km. Half Marathon tengah malam, sodara-sodara! dan itulah 2 alasan yang akhirnya membuat saya daftar susulan kemudian.

race kedua yang saya daftar sendiri, setelah bali marathon yang gagal. 2 race sebelum ini statusnya adalah gantiin teman, hahaha. saya pikir kalau saya latihan sebelumnya, pasti bisa lebih baik dari JakMar dimana Half Mar berhasil finish dengan pace 7'29 menit/km. jadilah akhirnya mengambil 4 weeks training for beginner ini.

http://womensrunning.competitor.com/2015/09/training-tips/run-a-half-marathon-in-4-weeks-with-our-beginner-plan_46463

tapi, baru jalan 2 minggu, lutut udah kerasa ngga enak, kayaknya karena overtrained. sebenarnya porsi latihan itu dibuat dengan penelitian dan riset agar pas, tapi karena dimana harusnya saya jalan saya ganti lari, jadilah lutut yang ngga bisa kompromi. setelah 2 minggu itu saya pasrah saja lah, mengurangi intensitas lari. ditambah seminggu sebelum race, kondisi kesehatan malah ngedrop. ngga cuman flu, tapi 3 hari harus bertahan dengan migren yang kayaknya terakhir mengalami ada kali 1-2 tahun lalu. 

hari H pun dijalani dengan pasrah, target diubah. ngga lagi lebih cepat dari JakMar, tapi diganti menjadi : yang penting ikutan. 

untuk yang biasa lari pagi hari, lari malam --apalagi tengah malam--, berasa sekali bedanya. 

pertama pastinya dari kondisi badan. lari malam itu dilakukan setelah tubuh beraktivitas seharian, jadi bukannya segar kadang yang ada malah tubuh cuman punya sisa-sisa tenaga. plus saya punya sedikit trauma. entah kenapa perut saya sering kembung kalau malam, jadi kalau harus lari errrr...ngga enak banget deh. 

kedua soal cuaca. angin di malam hari biasanya lebih kencang dari pagi hari, dengan udara yang lebih dingin. karena itu buat saya lari malam lebih beresiko masuk angin. dan tingginya karbondioksida yang dilepaskan tanaman di malam hari malah seringkali membuat nafas ketika lari malam lebih berat dari lari pagi. 

Jadi, bagaimana #BajakJkt kemarin? 

jarak 21K dan tengah malam sepertinya membuat peserta #BajakJT kali ini jauh lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya. yang ikut hanya pelari serius, atau pelari yang kurang kerjaan dan ngga malam mingguan. :)))

start dari senayan,  dengan pemberitahuan beberapa jalan yang dilewati akan ditutup. jadi yaaa, ngga bena-benar membajak kota. tapi pas pelaksanaan, kayaknya ngga semua jalan ditutup. bahkan di area senayan, Jln. Asia-Afrika, kendaraan masih jalan dan kami berlari di antara asap knalpot. di area ini tenaga para pelari masih gede ya, jadi kalau ada yang meneriaki, masih bisa balas. saya sendiri milih melipir dan pura-pura ngga denger. yaaaa, memang gengges sih kalau perjalanan kita terganggu sama event-event lari macam gini, jadi saya paham lah perasaan yang lagi di atas kendaraan itu. 

rute dari senayan, ke sudirman, lanjut kuningan, lalu ke karet, casablanka (atau kebalik ya? :D) , dan balik senayan . ngga lihat ada penutupan jalan, hanya penyetopan di persimpangan. selebihnya pelari mendapatkan space di bahu jalan. fair enough , eh? tapi ya tetep sih ada saya yang kesel dan memaki-maki. 

saya sendiri selalu ingat postingan dita ketika dia bertemu dengan NY marathoner, "runners are the best people. they are kind, polite and encouraging." 

jadi meski tidak semua seperti itu, tapi saya pribadi ingin menjadi seperti itu. alih-alih meminta untuk diistimewakan, tak ada salahnya kok mengalah dengan pengguna jalan lainnya. lagipula, buat apa berlari kalau ternyata menyusahkan? 

Nike Indonesia sendiri sepertinya membuat banyak perbaikan di sana-sini sehingga event #BajakJKT kali ini menyenangkan buat pelari dan tidak terlalu menyusahkan buat yang lainnya (dibanding event tahun kemarin). hujan sebelum lari juga membuat udara lebih segar karena polusi berkurang. sudah deg-degan kalau hujan akan berlangsung lebih lama karena kondisi badan yang demikian, tapi syukurlah hujan langsung berhenti ketika lari dimulai. 

saya sendiri lebih banyak jalan setelah KM 12. antara dehidrasi, perut yang kembung dan plantar yang mulai berasa sakit, membuat target lari diubah lagi : jangan sampai cidera. 

plantar nyeri ini kayaknya karena sepatu yang saya pakai. mizuno wave sayonara 2 alasnya memang tidak terlalu empuk, jadi masih banyak rongga yang kalau dipakai lari jarak panjang, berasa sekali celah ini lama-kelamaan menyakitkan. jadi setiap kali plantar mulai nyeri, saya jalan kaki. dan kayaknya banyakan jalan kaki. saat-saat terakhir dibarengin dengan #RunnerMDN yang saling menyemangati begitu finish kurang 2km lagi. itulah momen yang menyenangkan dari long run, kita merasakan empati pada orang-orang yang senasib sepenanggunan lalu kita saling memberi semangat dan penghiburan. hahaha.

oya, #BajakJKT kemarin adalah race pertama dengan suami. hohoho..semoga kita bisa terus lari sampai tua ya! biasanya race sendiri, finish sendiri. ternyata menyenangkan juga bisa race dengan banyak teman. meski larinya ngga barengan, tapi start dan finish tidak sendirian itu lebih asyik! 

jadi, berapa pace #BajakJkt saya kemarin? 9'04menit/km! buruk! tapi bahagia! hahaha! 


Thursday, December 17, 2015

Resep Jambal Cabai Hijau


jadi ya, urusan makan memang sudahlah ya...nyerah sudah sama yang namanya diet. bisa sih ngelakuin, tapi itu akan membuat kadar kebahagiaan hidup menurun. hahaha. jadi mendingan makan aja, olahraga iya.

dan inilah salah satu menu yang membuat kadar kebahagiaan hidup naik sekian persen : jambal cabai hijau. sebenarnya ini menu accidental yang dibuat karena ada kelebihan ikan asin jambal yang sudah digoreng tapi ngga habis dimakan. setelah ikan jambal goreng itu menginap beberapa hari (eeeerrr....) di lemari es, dieksekusilah dengan resep ini.

bumbu-bumbu : 
- 5 siung bawang putih
- 2 siung bawang merah
- 20 - 30 cabai keriting hijau
- cabai rawit hijau
- bunga/batang kecombrang atau bongkot
- ikan jambal yang sudah digoreng kemudian ditumbuk hingga halus
- garam dan gula pasir secukupnya

cara masaknya : 
- bawang merah, putih dan cabai-cabai direbus dengan sedikit air kurnag lebih 5-10 menit. lalu diuleg.
- batang (bisa juga bunga) kecombrang/bongkot di iris tipis.
- tumis cabai dan bawang yang sudah dihaluskan, setengah matang masukkan irisan kecombrang dan ikan jambal. tambahkan garam dan sedikit gula pasir.

nah, kalau ngga ada kecombrang, ngga usah dikasih juga ngga papa, enakenak aja. tinggal ditambahkan sedikit tomat hijau untuk rasa asam. atau kebayangnya, kecombrang ini bisa juga diganti andaliman, yang rasanya juga khas dan agak-agak asam.

jadi rasanya adalah pedas, asin dan asam. selamat makan dan selamat berbahagia!

Wednesday, December 16, 2015

run for dummie : cedera lari


some people learn the best things in the hard ways. 

begitulah saya belajar lari. saya yang cupu olahraga dan melihat satu-satunya olahraga yang memungkinkan dilakukan tanpa banyak cingcong adalah lari. tidak usah beli alat, tidak perlu ke arena khusus, dan tidak perlu partner. tapi... sesuatu yang saya kira mudah, ternyata ya ada saja bagian sulitnya. 

ketika awal saya lari, saya sadar betul hal pertama yang penting adalah konsistensi. ini saya sering bilang ke orang yang mau lari : 2 bulan konsisten buat jadwal lari, kayaknya ini akan jadi kebiasaan. cuman sayangnya, di awal itu saya terlalu bersemangat. tidak cukup dengan konsistensi, saya juga ikutan nike+ coach 5K yang intermediate di bulan-bulan pertama lari, yang porsinya ternyata lumayan berlebih untuk otot kaki saya yang cupu dan pengetahuan tentang lari yang minim. 

porsi latihan nike+ coach dalam seminggu adalah 5 hari lari dan 2 hari rest. kalau tidak lari, maka cross training (yg saya isi dengan yoga bermodal youtube atau renang). dan kayaknya otot-otot kaki saya kaget dengan porsi itu. akibatnya di minggu kedua saya malah ngga bisa lari. positip plantar fascitiis

kalau dari pengalaman dan cerita teman-teman sih, kebanyakan cedera di pelari dummie disebabkan beberapa hal saja : 

  • overtrained alias kelelahan otot. otot-otot yang lelah ini jika terus-terusan dipaksa lari maka dia akan berimbas kemana-mana. entah otot yg cidera atau akan mengambil energi dari tulang, trus tulang-tulang yang terus-terusan menerima beban ini juga akan menjadi lelah. lalu dia mulai retak perlahan-lahan, kemudian patah. yaaaa...sampai proses patah pastilah lama, tapi ngga menutup kemungkinan kesana. :D 
  • kurangnya pemanasan dan stretching, karena itu otot-otot menjadi tegang permanen dan susah dilemaskan sehingga otot tidak fleksibel untuk lari, lalu mengalami peradangan endebra endebre. 
  • pemilihan sepatu lari yang tidak pas juga bisasehingga otot dan tulang kaki tidak menapak sempurna, kecil sih tapi kalau terus-terusan yaaa...
  • medan yang naik - turun (hills) juga bisa menyebabkan cedera, terutama kalau otot yang menopang untuk itu belum kuat. 
  • blablabla banyak lagi penyebabnya, bahkan keseleo juga bisa. (yaiyalah) 

cedera lari memang kebanyakan dialami pelari pemula, yang larinya masih ngegas karena dorongan euphoria dan endorphin yang ternyata nikmat sekali rasanya. hahaha. tapi sebenarnya tidak harusjuga melewati fase ini kalau punya pengetahuan cukup. cedera pastilah sakit, tapi ketika sakaw endorphin tapi ngga bisa lari itu, lebih sakit, hahaha. macam pengen ngerokok tapi lagi batuk, atau pengen  nyimeng tapi lagi miting. apeuuu... 

cedera sebenarnya paling mudah dicegah kalau kita mendengarkan tubuh kita. cedera kecil yang diabaikan, bisa menjadi permanen, dan bisa bikin ngga lari lagi. bayangkan tuh, olahraga paling gampang aja ngga boleh kita lakukan, mau jadi apa hidup? :D

kalau sudah merasa ada yg salah dengan betis, dengan tumit, dengan jari-jari kaki, sekecil apapun sebaiknya digubris, bukannya malah digas lagi buat lari lagi. 

trus, kalau sudah cedera, bagaimana dong ? 

pertolongan pertama dalam cedera lari adalah R.I.C.E. bukannya kita harus makan nasi banyak-banyak, tapi RICE ini singkatan dari Rest, Ice, Compression and Elevation.

Rest alias istirahat adalah obat cedera paling ampuh, apalagi kalau cedera masih di tahap awal, biasanya dengan istirahat 2 - 3 hari bisa sembuh. ngga membaik juga? istirahat lagi seminggu. ngga usah digas, karena sungguh, lari bebas cedera selama apapun jauh lebih menyenangkan daripada deretan prestasi kilometer di tracker kita kok :D 

Ice alias es ini juga penting begitu kita merasakan kesakitan di kaki ketika/paska lari. es memperlambat peradangan dan juga menekan agar peradangan pada otot / bagian yang cedera tidak menjalar ke otot/bagian lainnya. dan pastinya sih suhu dinging bisa mengurangi rasa sakit, malah bisa jadi mati rasa. setelahnya, ampooonnn deeehhh.. :))) kompres es nya mungkin hanya 10-15 menit, tapi sebaiknya diulangi setiap 4 - 6 jam. bisa pakai kantong es itu, atau hancurkan saja es , taro di ember dengan sedikit air, rendam deh. 

Compression alias "penekanan" (halah, bahasanya ngga enak banget!). bagian yang cedera sebaiknya dikompres atau ditekan. kompres di sini beda dengan kompres air es ya, melainkan ditekan dengan ace bandage/plester/compression socks dll. fungsinya bagian yang cedera dibalut adalah biar otot-ototnya tidak bergeser dan mengurangi pembengkakan. alat-alat ini bisa didapat di toko-toko yang menjual kebutuhan olahraga kok, atau online shop kalau malas cusss ke tokonya. 

Elevation alias peninggian, jadi kaki yang cedera ini ketika tidur sebaiknya diangkat, bisa diganjal dengan beberapa bantal atau disenderkan ke tembok, biar aliran darah tidak ke kaki mulu sehingga dia bisa lebih ringan lah beban hidupnya. 

R.I.C.E ini bisa dilakukan sendiri di rumah, dengan alat-alat yang gampang. kalau ke-4 hal tersebut sudah dilakukan dan masih aja sakit, ya mungkin memang cederanya lebih parah dan perlu bantuan yang lebih ahli untuk mengobati. kemana sih kita bisa mencari opini mengenai ini?

yang paling mudah ditemui sepertinya fisioterapis, baik itu dari klinik-klinik fisioterapi yang buka sendiri atau jadi bagian rumah sakit. lalu ada juga ahli orthopedi alias yang paham tentang tulang,dan ada juga dokter yang spesialis olahraga. yang terakhir ini sering saya rekomendasikan, karena yang pertama-dan kedua seringkali paham ilmu dasar, tapi belum tentu paham akan olahraganya. ada banyak rumah sakit/klinik untuk atlet (atau atlet to be..uhuks!) di sekitaran jakarta , antara lain : 

ISMC (Indonesian Sports Medicine Centre)
Pintu 5 GBK 
telephone : +62 21 57952151
website http://www.ismc.co.id

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) 
Jl. Jambore No.1, Ciracas, Cibubur Jakarta Timur

dengan banyaknya penggemar lari, kayaknya makin banyak juga rumah sakit yang mempunyai dokter spesialist untuk olahraga, antara lain Rumah Sakit Pondok Indah dan Budi Kemuliaan dan lainnya.

atau kiranya ada rekomendasi lain? boleh lho dituliskan di komentar yes ;) 

Monday, December 14, 2015

mama penyihir



suatu hari saya bertemu dengan seorang teman, lalu dia bertanya : "how does it feel become parents of 5 years old boy?" 

and all I could say was, "it's getting harder when he gets older." 

kalau dulu ada istilahnya terrible two dimana G bakalan bilang tidak terhadap apapun yg dikatakan padanya, punya anak umur 5 tahun kayaknya jadi melihat terrible two menjadi hal yang kecccciiiillll... ya ya ya, kita memang cenderung melihat sesuatu itu jadi kecil ketika sudah berhasil melaluinya.

tapi memang begitulah, menjadi orang tua dengan anak usia 5 tahun memang ada enak ngga enaknya dibanding punya anak 2 tahun. bagian enaknya, ngga harus dijagain. hahaha, ya paling sekarang nonton tivi masih ditemanin, tapi anaknya sudah mulai canggih untuk bisa keluyuran sendiri meski hanya ke beberapa rumah di satu gang. enaknya lagi anaknya sudah bisa diajak diskusi, kenapa kita sekolah disini dan kenapa tidak di situ? apakah bulatan marka jalan itu kayak bulan, yang bersinar karena pantulan lampu? kenapa dinosaurus tidak ada lagi di sini?

seru sih, emaknya harus belajar banyak tiap ada pertanyaan yang belum ada jawabannya. tapi tapiiii... tunggu dulu! bagian ribetnya belum diceritain.

kalau dulu jaman terrible two (or rathen till 3,or 4?) mungkin dia hanya berkata "tidak!", tapi sekarang mulai mendebat dan mempertanyakan apapun yang dikatakan ke dia. kenapa aku harus cuci muka jam 9 kalau aku tidur jam 10? kenapa aku harus mandi pagi kalau aku libur? kenapa aku begini dan kenapa kamu begitu?

okelah, bagian itu masih lebih mending. keusilannya juga makin menjadi-jadi. he tends to do something that he's prohibited to do. yaaaaa...ini kecenderungan emak bapaknya juga sih, suka melakukan hal-hal yang dilarang. tapi tapi, ini anak umur 5 tahun! bukan sesuatu yang gimana-gimana, ini cuman basic untuk interaksi, misal : jangan suka merepotkan orang lain. dan dia melakukan sebaliknya dong.

contoh ya, dia sengaja untuk membasahi rambutnya dan meneteskannya di..LUAR KAMAR MANDI! atau, dia sengaja gabruk-gabrukin sepatunya di teras. SEPATU. YANG. PENUH. TANAH. dan sebagainya yang bikin naik pitam emaknya. akibatnya, dr libur 4 hari weekend lalu, dia lebih sering diomelin. :D

apakah berubah? YES. tapi ujungnya pas lagi santai nonton tivi, dia bilang "itu mama, yang baju ungu. mama kan penyihir. karena suka marah-marah."

hm.

hmmmmm...

pernah patah hati ditinggalin pacar karena "kamu terlalu baik untukku."?

ini rasanya lebih dari itu. dibilang mama penyihir oleh anak sendiri itu huft banget.

the worst thing for being parents mungkin adalah merasa tidak disayangi, atau mendengar anak tidak menyayanginya. dan ini sebenarnya sudah saya dan suami persiapkan sejak dini, untuk tidak berharap apapun, bahkan berharap anak akan selalu nurut sama orang tuanya pun tidak (tapi ini mungkin nanti, jika dia sudah sudha cukup umur untuk menentukan pilihan hidupnya)

kami ingin membebaskan G, tidak membebaninya dengan suatu keharusan untuk melakukan ini itu. mungkin karena kami tidak ingin terjebak pamrih, mungkin.

tapi mendengarnya bilang mama penyihir itu, antara sedih, sebel dan pengen ketawa. even if I'm ready for the worst thing if our love doesn't match his expectation, tapi kok ya masa musti dengernya sekarang. :)))

tapi ya tapi, anak-anak itu seringkali tidak memahami apa yang dia katakan. belum tentu apa yang dia katakan, sesuai dengan maksud yang kita tangkap. hal-hal seperti itu. dan karena memang kami ingin menjalankan keluarga ini secara kasual, jadi yasudahlah ya..mama harus sok cool dan tetap kepala dingin sambil perlahan-lahan membela diri dengan penjelasan-penjelasan. mari kita sama-sama belajar, nak. kenapa aku begini, kenapa kamu begitu.

toh ngga lama, anaknya tetap manja dan nguyel-nguyel mama penyihirnyaaa.. :D

Thursday, December 10, 2015

cetakan pukis ibuk


Bulan Desember adalah bulan yang sentimentil buat saya. Banyak hal yang membuat bulan ini terasa lebih sesak dari bulan lainnya. Jumlah hari kerja yang lebih pendek karena terambil banyaknya jadwal libur, banyaknya laporan akhir tahun yang harus diselesaikan, banyaknya resolusi yang belum terpernuhi, dan.. di tahun ini, adanya seremonial Hari Ibu.

Seremonial, saya lebih suka menyebutkan demikian. Karena toh sebenarnya Hari Ibu memang tak lebih dari momentum dan melankolia hubungan ibu - anak. Hubungan dengan up and down-nya, hubungan dengan drama dan hubungan cinta dengan bumbu bumbu sebal dan omelan yang membuatnya makin mesra. Bukankah demikian hubungan ibu dan anak normalnya? 

Sekian tahun bersama-sama , dengan aturan dan pelanggaran, dengan pemberontakan kecil-kecilan dan dengan kepatuhan yang sepertinya sudah jadi hukum alam, akan susah untuk mensucikan hubungan tersebut hanya dalam bentuk pemujaan yang mutlak, karena di situ ada berantem ada marah-marahan, bercampur aduk dengan rasa sayang dan kangen yang seringkali bertumpuk-tumpuk. 

Begitupun hubungan saya dan Ibuk, perempuan cantik yang melahirkan saya. Sebagai perempuan, Ibuk menurut saya adalah gambaran yang sangat sempurna. Dari kecil hingga saya SD, Ibuk selalu menjahit baju seragam saya sendiri, dengan model yang dimodifikasi asalkan bawahan merah dan atasan putih. Tak heran banyak teman-teman saya dulu suka iri dengan rok seragam dengan wiru dan mekrok-mekrok (lipatan dan mengembang), semacam rok-rok princess masa kini. Ibu juga yang suka mendadani saya ketika karnaval SD, mau pakai baju daerah Jawa, Bali, ibuk selalu bisa mendandani sendiri. 

Sebenarnya alasannya karena selain Ibuk memang punya ketrampilan tata rias dari kursus, juga untuk menghemat pengeluaran ke salon. Ibuk jugalah yang selalu membuat bekal tumpengan saya ketika Isra Mi’raj dinanti-nanti guru dan teman lainnya. Masakan Ibuk juara! Masakan yang hingga bertahun-tahun kemudian membuat saya selalu rindu kata pulang. 

Bisa dandan, bisa menjahit, bisa memasak. Dan Ibuk saya cantik. Kurang sempurna apa coba? Tak heran Bapak jatuh cinta meski kala itu Ibuk tak lagi muda. 

Tapi seperti hubungan cinta dan sebal,  selalu ada hal yang tak sempurna di mata saya. Ini tidak adil memang. Anak selalu melihat kekurangan Ibunya, sedangkan sebaliknya, mau kayak apa si anak, Ibu tetap melihatnya sebagai sesuatu yang sempurna. Hukum karma tak berlaku di sini.

Ketika Ibuk memandang anaknya sebagai suatu bentuk sempurna (padahal dia pesek, kriting, bandel, dan menyebalkan sekali — seperti saya), saya cenderung melihat kesalahan-kesalahan kecil Ibuk. Entah cerewet, suka marah, bawel dan duh nyebelin deh! 

Itu pulalah yang terjadi antara saya dan Ibuk. Ibuk saya pemboros! Hahahaha. Jadi dia menghemat ongkos saya nyalon pas karnaval, karena dia ingin membeli piring, gelas cantik atau cetakan kue. Atau sekadar jajan, yang kadang itu jadi hal yang menyebalkan. Sebenarnya wajar bukan perempuan menggemari belanja? Tapi kala itu, Ibuk jadi menyebalkan, hobinya seringkali mengacaukan urusan dapur, hahaha. 

Ketika saya mulai bekerja dan mulaimengalokasikan sebagian gaji untuk Ibukpun, kayaknya ngga pernah cukup. “Aku mau tuku iki nduk… aku pengen nduwe iki."

Hih. Sebel. 

Kenapa ngga uangnya ditabung aja gitu, toh hanya tinggal Bapak dan Ibu saja di rumah, mustinya bisa menabung. meski kadang sambil gondok karena saya di rantau harus hemat, tapi demi untuk menyenangkan Ibuk, saya hanya bisa iya-iya saja.

Hingga Ibuk makin sepuh dan mulai sering sakit akibat gula darah yang dideritanya 2001 lalu, satu hal yang ngga pernah berubah dari Ibuk : hobinya belanja. Membeli cetakan kue ini itu, alat masak ini itu. padahal Ibuk sudah sangat jarang beraktivitas di dapur karena ngga boleh kecapekan. Tapi mungkin ada hikmahnya, ketika saya menikah, di rumah tak harus susah payah cari pinjaman alat memasak untuk gawe besar. Pun ketika ada acara lainnya. 

Saya sih karena makin dewasa (uhuks!) dan sudah menjadi Ibuk juga, makin bisa memaklumi hobi Ibuk. yasudahlah ya, yang penting Ibuk bahagia dan inilah yang membuat saya tak pernah menyesali apapun. 

Maret lalu, Ibuk meninggal, setelah gula darah menggerogoti organ-organ tubuhnya. Saya hampir 2 minggu di rumah, membereskan barang-barang Ibu, mana yang akan disimpan, atau mana yang akan dihibahkan. 

Dannnn…. 

Hmmmmm...

Itu ada 1 lemari penuh berisi baju, jilbab dengan segala model gaya dan tas-tas lucu. Sambil melipat dan membersihkannya, saya terheran-heran, darimana Ibu tahu saja mode terbaru jilbab, dari syar'i lah, jilbab dengan payet-payet cantik lah, baju gamis, atau kaos yang jadi satu sama jilbab. Belum lagi kerpus, topi untuk jilbab itu lho. beraneka macam dan sangat banyak jumlahnya. Konon kata Mak Yam, tetangga yang sering menemani Ibuk, sering ada orang yang datang ke rumah nawarin ini itu, dan arena merasa ngga enak, Ibuk beli. Tentunya karena Ibuk pengenan, kayak saya :D

Kata Bapak, "ya gitulah ibukmuu, tapi yho ben..sing penting seneng atine."
Mungkin itulah ungkapan cinta di usia mereka. 

Lalu, ada juga kosmetik yang hm...lebih banyak dari punya saya, hahaha. Eye liner, eye shadow, lipstik dan anti-aging cream. Kadang saya bingung darimana Ibu update merek-merek ini, karena beberapa waktu terakhir Ibuk lebih sering di rumah karena sakit. 

Belum lagi itu perabot dapur, tumpukan piring cantik, hingga piring yang konon katanya bisa dibakar dan dioven tanpa pecah, ada. Dari wajan anti lengket segala ukuran, hingga wajan bolak-balik yang bisa dipake membakar ikan tanpa tumpah. Dari cetakan kue lumpur, bikang, waffle dan entah apalagi.   Sejak saya menikah, Ibuk sering menyuruh saya membawa barang-barang itu ke Depok, tapi ya masa semua-muanya. Kata Ibuk, "nanti kamu pasti perlu lho!"

Akhirnya saya hanya membawa beberapa perabot dan masih banyak sekali ada di rumah. Dan dari barang-barang yang beliau tinggalkan, saya merasa lebih mengenal Ibuk. Memahami seleranya, mengerti kepengenannya. 

Barang-barang itu saya kemasi, saya bungkus satu per satu dan rencananya beberapa saya bagikan ke beberapa saudara. Dan sambil menemani saya melakukannya, Mbak Sri —tetangga yang sesekali datang untuk membersihkan rumah— berkata, 

“Mbak Tika..sakjane Bulik wes mesen cethakan pukis lho kanggo Mbak Tika. Jare Bulik, Tika kiy senengane pukis.” (Bulik --Ibu Cilik, panggilan Ibuk di antara tetangga-- sudah memesan cetakan pukis lho buat Mbak Tika. Kata Bulik, Tika sukanya pukis )

Saya tercekat. Dan saya masih tercekat ketika menuliskannya sekarang. 


**tulisan ini diposting juga di CNN Indonesia , dengan editing setelahnya :)

Tuesday, December 08, 2015

run for dummie : pemanasan dan pendinginan



Ish..memang susah ya menjaga konsistensi untuk ngeblog ini. macam ngatur endurance lari, kalau digas di awal, kemungkinan memang akan engap di tengah-tengah. meski sebenarnya sudah nyiapin judul dan topik untuk run for dummie ini.

jadi jadi... setelah soal sepatu dan tracker yang penting banget buat pelari dummie , hal yang ngga kalah penting selanjutnya adalah : pemanasan dan pendinginan. warming up and stretching, instead of cooling down.

bagian ini kelihatan sepele dan suka di skip dengan "udahlah..jalan kaki aja di awal dan di akhir buat manasin dan ngedinginin." padahal sebenarnya ngga cukup juga dengan jalan kaki.

saya sering bilang ke teman-teman, terutama emak-emak yang mau lari, "30 menit doang kok rutinin lari, nanti juga akan terbiasa."

why emak-emak? karena emak-emak kayak kami ini, waktu penting banget, sepenting sepatu dan tracker dalam lari #halah. gimana tidak? waktu yang tersisa di pagi hari sampai harus ngantor hanya sekitar 3 jam kalau dihitung bangun dan 5 dan harus berangkat jam 8. dalam 3 jam itu saya harus sempat lari, sempat masak, sempat ngurusin anak, sempat mandi, pilih-pilih baju dan dandan (ini yang biasanya bisa 1 jam sendiri :D) so, saya hanya alokasikan 30-40 menit per hari untuk lari. kalau harus lebih lama/jauh dari itu, brarti saya harus bangun lebih pagi. itu saja saya harus dibantu mbak ART yang jagoan sekali! 

lalu, dalam 30 menit dapat apa saja?

kalau pace 7, hanya dapat sektar 3km, tapi untuk saya ketika masih dummie, 20 menit hanya dapat 2km lebih dikit. karena 5 menit sebelum dan sesudahnya kepake untuk pemanasan dan pendinginan. 2 hal ini wajib dilakukan kalau tidak mau cidera. pilihannya cuman lakukan atau cidera. hm.

dulu, saya pernah cidera. tumit bagian bawah hingga betis belakang bagian bawah sakitnya minta ampun. kadang habis lari wajar sakit, di awal-awal1 - 2 hari kadang malah masih sakit. tapi kalau diistirahatkan 2-3 hari dan sakitnya ngga hilang, there must be something with your foot. di saya, kasusnya adalah plantar fasciitis dan achilles tendinitis. untungnya di tahap awal alias blm parah bgt. untuk 2 cidera itu, dimana tumit bagian belakang berasa sakit banget buat menapak. dan otot betis bagian bawah ya masaoloh kayak ketarik-tarik.

dan waktu dibawa ke ISMC , penyebabnya sepele..kurang stretching. titik. ya banyak sih penyebab cidera, tapi di saya kasusnya cuman ini..

kurang stretching setelah lari menyebabkan otot-otot yang bekerja keras dan cenderung tegang, akan menjadi tegang terus alias kaku permanen. ini sih yang menyebabkan rasanya sakit menjalar kemana-mana, karena otot akan saling berhubungan di bagian-bagian kaki. di saya, yang kena betis bagian belakang, sampai tumit.

sedangkan di kasusnya Cak U, lututnya yang cidera. selain overtrained, juga karena kurangnya pemanasan. detailnya, bisa tweet langsung ke ybs :D

lalu, pemanasan yang bagaimana yang bisa dibilang cukup? karena ini berdasar pengalaman pelari indie yang belajar lari dari googling dan youtube, video ini menurut saya paling pas.



pemanasan tidak melulu untuk memanaskan persendian dan otot kaki, tapi dalam lari yang juga penting adalah meningkatkan denyut jantung dengan gerakan downward dog, sehingga jantung lebih siaga jika digenjot untuk lari. yang agak kurang menurut saya dari video di atas adalah pelemasan untuk persendian kaki, jadi biasanya saya tambah dengan memutar-mutar persendian kaki, menarik lutut ke dada dan semacamnya.

lalu bagaimana dengan stretching paska lari? awalnya sih saya cukup jalan kaki. sampai rumah sudah lelah dan tiduran di sofa. hoooo... ternyata itu penyebabnya cidera. berbekal ilmu dr mas-mas ISMC yang ngajarin saya stretching, akhirnya saya cari-cari video di youtube dan nemu teknik stretching yang paling cocok. di sini saya menemukan cara untuk melemaskan otot2 betis dan juga otot di telapak kaki, dimana di sini saya sering bermasalah.



pastinya selain 2 video itu, banyak teknik dan cara untuk warming up and stretching dari yang normal atau yang ditujukan untuk recovery pasca injury, tinggal disesuaikan saja mana yang kira-kira waktunya pas dan nyaman untuk dilakukan. yang penting lakukan pemanasan dan pendinginan. ini penting.

mau lari lebih lama dan lebih jauh kan? ;)

Saturday, December 05, 2015

J-dorama : Second Love


Hoooo....lagi seneng nonton drama Jepang nih, bongkar-bongkar review drama Jepang tahun-tahun lalu kalau ada yang bagus dan bisa bikin hati hangat. hahaha, penting banget soal hangat-hangat ini, karena malesin kalau sudah ya ngabisin sekian jam nonton, eh..ujungnya ngga ngenakin. 

so, Second Love ini termasuk salah satu drama terbaik 2015, diputar awal tahun ini. Dan setelah nonton, memang kayaknya ini drama wajar lah masuk dalam salah satu drama terbaik. Genrenya romance, dengan sedikit bumbu-bumbu melodrama dan alur cerita yang sangat intens, mungkin karena hanya terdiri dari 7 episode, jadi mereka tak menyia-nyiakan semenitpun untuk cerita yang dipanjang-panjangkan. 

drama ini menceritakan tentang orang-orang yang jatuh cinta setelah kegagalan mereka. Kei (Kazuya Kamenashi) adalah penari dunia yang tinggal lama di Berlin, tapi karena dia gagal terus ikut audisi akhirnya balik ke Jepang dan kerja serabutan di pelabuhan. Hm..penari dengan badan yang aduhai jadi pekerja serabutan di pelabuhan. Doesn't it sound...sexy? :D

di suatu sore ketika sangat putus asa dan hampir pengen bunuh diri karena gagal terus, Kei bertemu dengan Yui (Kyoko Fukada - duh, pasti banyak yg punya old time crush si kyoko ini! ), seorang guru SMA yang sangat biasa-biasa saja tapi cantiknya ngga biasa banget! kei jatuh cinta pada yui di pandangan pertama. dan pertemuan itu, untuk kei adalah signal penyelamatan sekaligus pencerahan, semacam suatu momen yang akan menuntun ke suatu yang lebih baik. dan memang demikian, Kei yang jauh lebih muda dari Yui sangat agresif, mendatangi sekolah untuk memberikan nama dan nomer telephone. ngga lama mereka telephone-an, bertemu dan bercinta. ehem! 

dan karena sering bercinta (halahhh..) akhirnya terciptalah vibe yang bagus untuk keduanya. Kei mulai punya misi untuk melakukan hal lain selain menari, yakni menjadi koreografer, pekerjaan yang pada akhirnya kembali mengangkatnya sebagai penari dunia. semacam orang yang sedang euforia ketika mimpinya terwujud, kei menjadi sangat sibuk hingga mengabaikan yui. bukan ngga cinta sih, tapi yaaa..yui is second love, after dance. kira-kira begitu, hingga akhirnya mereka break. 

sad ending? ngga dong. relationship di drama ini digambarkan sebagai sesuatu yang weird, yet beautiful. atau kata yang tepat mungkin adalah... secluded. emosi kita diajak naik turun mengikuti ritme hubungan kei dan yui, sekaligus berdesir gimana gitu..karena banyaknya adegan bercinta di drama ini. hahahaha. tentunya dengan badan kayuza yang duh mz... 

second love ngga melulu soal bercinta sebenarnya, tapi juga soal jeda, semacam ruang bagi individu untuk dirinya sendiri ketika mereka in relationship. terkadang dalam hubungan yang sangat intens, atas nama cinta seberapapun, seringkali mencekik jika tidak ada ruang di antara keduanya. itulah momen yang ingin digambarkan ketika mereka break. untuk bisa bernafas lebih lega, untuk bisa "memenuhi" diri sendiri, ketika seringkali dalam sebuah relationship, diri sendiri sering diabaikan. dan ruang (dalam hal ini adalah jeda hubungan kei & yui) mampu membuat 2 individu itu grow to the the best persons they can.

after all, beside ouroboros and suratobu kouhoushitsu , second love is worth your 5 - 6 hours on weekend. 

Thursday, December 03, 2015

coffee journey : tanamera dan obrolan warung kopi

saya menyukai kopi.

ini sudah kesekian kalinya saya mengatakan hal itu. tapi hingga bertahun-tahun kemudian, tetap rasanya tak adil untuk mengatakan ini kopi enak - ngga enak, kopi bagus - atau ngga bagus. karena untuk menikmati kopi, buat saya tak cukuplah kopi itu sendiri. di setiap cangkir kopi yang disajikan, ada cerita tentang kopinya sendiri --jenisnya, tanah dia tumbuh, petani yang menanamnya, cara dia dikeringkan, disangrai, hingga menjadi kopi-- dan cerita tentang ngopi. yang terakhir inilah yang membuat saya merasa makin tak adil untuk bisa memberikan label tertentu pada kopi yang diminum.

kopi tak berhenti pada apa variannya, bagaimana karakternya, flavour and acidity , tapi juga bagaimana kopi itu disajikan, dimana, oleh siapa dan dalam suasana seperti apa. apakah pada pagi yang setengah mengantuk, pada siang yang gerahnya bikin sakit kepala, atau pada sore yang muram menjelang hujan, seperti sekarang.

dan beruntungnya saya, sekarang ada warung kopi baru yang tinggal jalan kaki dari kantor, 5 - 10 menit sampai. Tanamera Coffee namanya.


warung kopi yang pertama berdiri tahun 2013 ini termasuk baru, tapi memang trend coffee shops belum lama. kalau dulu kita cukup bahagia dengan kopi tubruk seduhan rumah, atau gerai bergambar putri duyung untuk yang lebih fancy, beberapa tahun terakhir ada lebih banyak pilihan tempat ngopi yang menyajikan kopi indonesia yang bukan kopi tubruk. ya bisa juga sih minta ditubruk, di beberapa coffee shop mau melakukannya. beberapa yang agak songong ngga mau. sigh. 

Tanamera di Jln. Ahmad Dahlan 16 kebayoran baru ini adalah gerai kedua, yang pertama ada di thamrin. ketika beberapa bulan terakhir saya suka mengunjungi warung-warung kopi untuk memanjakan lidah sekaligus memperluas ensiklopedia (halah!), banyak yang merekomendasikan Tanamera. hanya saja karena lokasinya di daerah thamrin dan di perkantoran, membuat saya enggan. jauh dan bukan tempat ideal saya untuk ngopi kecuali terpaksa. tuh kan, tempat warung kopi juga penting buat saya..

di ahmad dahlan ini tempatnya lumayan nyaman, bukan gedung perkantoran atau ruko, dengan meja yang cukup banyak, di dalam maupun diluar ruangan. dindingnya sebagian besar kaca, kayaknya bakalan pas untuk menikmati hujan kala ngopi. buka dari jam setengah 7 pagi hingga 10 malam, jadi bisa memesan kopi pagi-pagi untuk mengusir kantuk, atau bisa juga menjadi pilihan hangout ketika malam sambil nunggu suami coaching lari. errrrr... itu saya -__-"



sayangnya tak banyak makanan yang disajikan, adanya hanya kue-kue atau roti-roti (?) sebagai pairing kopi. tapi berhubung yang di ahmad dahlan ini jadi satu gedung dengan letter D, sebuah restoran-, mungkin bisa memesan makanannya di situ. saya sendiri tidak mencobanya, dan hanya memesan apple crumble sebagai pendamping daily brew hari ini : Flores Honey.

flores honey meruntuhkan bayangan saya akan kopi manggarai yang karakternya bold alias kuat, karena kopi yang disajikan dengan metode V60 ini sungguh fruity hingga rasanya juicy! halah!

sebenarnya banyak pilihan jenis kopi. dari mandhailing, malabar hingga papua, tapi karena saya yakin akan kesini lagi, bisalah coba yang lainnya kapan-kapan. dan kopi-kopi itu juga dijual dalam bentuk whole bean alias bijian.


yang kurang dari warung kopi ini hanyalah playlistnya, sepi. hanya ada suara mas-mas barista yang lagi ngobrolin mesin kopi dan suara mbak-mbak cempreng yang lagi bahas pengakuan sebagai istri karena dinikahi secara legal. trus ada juga suara mas-mas di sebelah saya, yang usaha nyomblangin mas baristanya dengan teman dia, hanya karena mas baristanya muka arab. apeu banget. trus jadi tahu kalau ada komunitas arab di jakarta sini, jadi tahu kalau cewek arab harus menikah dengan cowok arab (tapi cowok arab bebas mau menikah dengan siapa saja) , dan jadi tahu kalau tuanku imam bonjol dan pangeran diponegoro sesungguhnya adalah orang arab yang karena migrasi , ganti nama jadi nama lokal. endebra endebre yang bikin kening berkerut.

pas ngerasa gengges gini, baru nyadar kalau belum ngidupin 8tracks meski earphone sudah dicolokin dari tadi..

Wednesday, December 02, 2015

Sofia Kartika : Jebakan Sekolah

: tulisan ini ditulis oleh Sofia Kartika, teman blog jaman baheula yang entah kenapa jadi anak medium (((ANAK MEDIUM!))) dan lebih mengkhususkan menuliskan tentang tempat-tempat asyik di Tokyo dan sekitarnya. ohya, blog ini menerima tulisan siapa saja yang ngga punya blog tapi ingin menulis tentang parenting, olahraga dan drama asia. kalau curhat, cukuplah di facebook atau path masing-masing saja yes! :D


Jadi gak sengaja ngobrol sama Dewi soal sekolah. Gara-gara saya yang lagi membaca ulang Little Prince dan Dewi memberi komentar. Yeah, kadang-kadang inspirasi datang dari sapa-menyapa di media sosial sih. Tapi tergantung temanmu juga. Untung teman-temanku asik-asik. Hahaha.

Jadilah si Dewi nulis soal pertimbangan dan kriteria sekolahuntuk anaknya, di blog dia. Dan saya juga mau nulis soal membaca ulang si bukuLittle Prince ini kaitannya dengan anak saya mau sekolah juga….tapi blog saya isinya jalan-jalan. Jadinya numpang tenar di blog Dewi ajah :D.

Pertama, kenapa saya membaca ulang buku Le Petit Prince atau Little Prince atau Pangeran Cilik ini? untuk mengingatkan saya kembali tentang tujuan pendidikan dan sekolah dan tidak tergelincir arus persaingan. Baik di Tokyo maupun di Indonesia, saya rasa sama, orangtua kompetitif.

Kompetititif itu baik tapi saya tidak mau terjebak. Di Tokyo, walaupun TK muatan pendidikannya sederhana dan sampai kelas 2 atau 3 (saya agak lupa), pelajarannya juga cuma beberapa, tapi kompetisi keahlian juga terjadi. Misalnya main musik, sepakbola, berbahasa Inggris dan lain sebagainya. Ya saya juga ingin anak saya bisa semuanya, tapi dia masih tiga tahun dan senang bermain di lapangan (selain lihat yutub anpanman), saya harus belajar sebagai orangtua yang tidak ambisius dan punya pakem.

Sama halnya ketika memilih sekolah. Kalau sekolah negeri di Tokyo, saya sedang bicara soal TK negeri. Harus sesuai dengan kota administratif yang ditinggali, prosedurnya formulir dan antri, juga wawancara. Dan dimulai umur 4 tahun. Saya tidak memilih yang negeri karena anak saya lahir di musim panas. Sementara tahun ajaran baru di sini dimulai April. Sekarang dia sedang asik-asiknya ingin berteman. Dan karena negeri, tentu saja subsidi pemerintah juga besar, sehingga biaya bisa lebih murah, banyak saingan.

Tadinya ambisius juga, karena terkendala bahasa. Jadi mau memilih sekolah internasional. Sekolah internasional di Tokyo banyak pilihannya, mulai yang kecil sampai yang sudah punya gedung sendiri. Dan ini terkait biaya, biaya sekolah internasional yang baru buka memang lebih murah, tapi tempatnya rata-rata tidak nyaman untuk anak saya yang suka bermain di lapangan luas. Kalaupun di sekolah internasional yang besar dan punya lahan sendiri, biayanya tiap tahun bisa beli satu rumah di Indonesia. Oke, saya nyerah.

Pilihannya adalah sekolah swasta. Swasta ini juga banyak pilihan dari motodologi mendidiknya kan? saya pengen sekali montessori. Sayangnya, sekolah montessori yang ada di deket rumah, agak sombong waktu saya meminta informasi soal jadwal kunjungan sekolah.

Oiya, pertimbangan sekolah yang dekat rumah itu utama kalau di sini. Pertama, karena kami menggunakan kereta dan kereta pas jam berangkat sekolah itu sungguhlah gencet-gencetan. Jadi sangat diusahakan mencari sekolah yang bisa dituju dengan jalan kaki. Karena saya gak sepedaan.

Banyak sekolah yang bagus di seputaran Tokyo, ada yang desainnya dibuat untuk karakter usia anak 3-6 tahun, melingkar. Dan tidak ada sekat ruang kelas. Menarik untuk saya sebagai orang tua, tapi jaraknya sekitar 1 jam dengan kereta. Ada juga yang mendidik dengan prinsip humanis yang saya inginkan, bertenggangrasa, saling menolong, tapi ini juga jauh. Lalu ada sekolah dengan prinsip skandinavian, tapi ruangannya kecil. Oke, saya harus realistis.

Saya pilih sekolah yang dekat dengan rumah, sekolahnya luas, dengan lapangan terbuka yang cukup besar. Punya kegiatan cocok-tanam. Ada berbagai festival dan lain sebagainya. Mudah-mudahan cocok. Unggah-ungguh seperlunya. Karena di sekolah lainnya, yang saya juga daftar, unggah-ungguh Jepangnya terasa sekali, capek nunduk-nunduk terus :)), oh dan tidak berafiliasi keagamaan (biar saya tidak pusing).

Paling tidak itu untuk saat ini, proses penanaman nilai-nilai nantikan cerita selanjutnya, karena sekolah baru dimulai April tahun depan ;), doakan kami.

Tuesday, December 01, 2015

run for dummie : tracker

masih tentang lari dengan pengalaman, dan sedikit pengetahuan, kali ini pengen menuliskan tentang tracker. alat kedua terpenting setelah sepatu. ehem!

ya gimana ngga penting, dengan tracker atau alat pengukur lari ini, kita akan tahu seberapa jauh kita lari dan berapa kecepatan lari kita. untuk alat yang agak lebih canggih bisa juga mendeteksi berapa detak jantung kita, atau mengukur vo2 max (istilah yg baru denger dr suami -__-) , alias penyebaran oksigen di otot2 kardiovaskular kita selama 1 menit. entahlah jelasnya vo2 max ini apa, bisa lah di googling. tapi untuk pelari dummie, kayaknya hal tersebut belum penting-penting amat. bisa lari dalam 3K dengan kecepatan 8menit per kilonya sudah jadi prestasi bukan? :D 

trus, buat apa sih pentingnya lari diukur-ukur segala?

alasannya, selain jadi tahu berapa jarak yang sudah kita tempuh, berapa kecepatan lari kita dan sudah berapa lama kita lari juga untuk .... DIPAMERKAN. hahahaha. penting banget sih alasan kedua ini. pamer bisa menjadi penyemangat, karena kalau baru lari sekali trus dipamerkan, malu ngga sih kalau mau berhenti? saya sih malu, entah situ :))

di alasan pertama, kita bisa juga set target buat diri sendiri. mau lari berapa lama hari ini. mau lari berapa jauh. atau paling ngga kita tahu, kita kuat lari seberapa sih? di awal lari, saya hanya bisa lari kurang lebih 200 meter. kayaknya sudah semangat yakin bisa lah 1 kilo lari, tapi lha kok depan musholla (yang jaraknya ternyata hanya 220meter dr rumah) sudah engap aja? so, besoknya saya set harus bisa bertahan lari lebih dari itu. 300 meter - 500 meter - 700 meter dan makin jauh

kalau hari pertama selesai dalam 30 menit dan hanya dapat 3km, besoknya 3 km harus bisa 27 menit, gitu-gitu deh. set target dan jangan berhenti kalau target itu belum terpenuhi. believe me, your body can do something beyond your expectation. yang perlu dilakukan adalah dengan push your limit. tapi ya kalau sadar sudah mau pingsan, ya jangan dipaksakan.

lalu, tracker apa yang dipakai? tenang, trackernya berupa aplikasi kok. bisa didownload di handphone dan tinggal digantung. ((DIGANTUNG))

beberapa orang lebih suka menggantung handphone nya dengan arm band untuk di lengan, atau dengan tas pinggang. berhubung dulu hape saya adalah galaxy note 2 segede gaban, saya lebih suka memasukkannya di tas pinggang. halah..istilahnya tas pinggang! 

lalu aplikasinya apa?


ada banyak pilihan! tapi yang paling common adalah nike+. aplikasi ini bisa didownload di playstore, sudah terhubung dengan social media channel sehingga bisa langsung share (ehem!) dan juga terhubung dengan music library. kalau ngga salah untuk nike+ for iphone, langsung nyambung ke spotify atau mungkin malah apple music. saya sendiri berhubung (dulu) pakai nike+ for android , terhubungnya ke music library, yakni musik yang ada di handphone. kalau tidak punya file musik dan lebih suka mendengarkan musik langsung dari playlist online juga bisa, hanya kita harus menghidupkan 2 apps ketika lari. rempong ya bok?

soalan musik dan lari ini saya pernah tulis di postingan sebelumnya. 

di nike+ juga ada fitur cheers, dimana pas kita lari dan otomatis share ke facebook, begitu ada yang like status kita, kita akan mendapatkan tepuk tangan. errrrrrrr...penting? mungkin buat beberapa orang penting, karena itulah fitur tersebut diciptakan :D

kekurangan nike+ adalah kita ngga tahu pace/kecepatan kita by kilometer. misal nih kita lari 5k, nike+ hanya akan memberikan ringkasannya. dalam 5k kita lari berapa lama dengan kecepatan berapa. untuk yang lebih serius lari, nike+ kurang maksimal dan lebih memilih...endomondo.



Endomondo ini bisa didownload juga di apps store, for android atau iphone. tracker ini lebih detail daripada nike+, di situ ada pilihan selain berapa kecepatan kita selama berlari, juga ada fitur yang menunjukkan performa kita di tiap kilometer. selain untuk lari, endomondo juga bisa untuk mengukur jalan, sepeda, renang, yoga dan banyak lagi. dan pastinya juga shareable di social media, jadi jangan khawatir kalau ngga bisa pamer, hahaha.

di kedua tracker juga ada training course, semacam porsi latihan kalau mau lari 5K gimana, 10K gimana. juga ada fitur challenge, kalau mau nantang teman-teman lari misal sebulan targetnya berapa. sigh, orang-orang kompetitif ini...

sayangnya, antara nike+ dan endomondo ngga akur, alias ngga connect satu sama lainnya. saya yang dari awal lari dengan nike+, trus nyoba endomondo gara-gara suatu hari komunitas mamaruns mau ngadain run for donation, agak-agak bete karena larinya jadi ngga bisa diakumulasi. DAN INI PENTING BANGET! bisa sih dihubungkan tapi harus pakai apps tambahan yakni syncmytracks , yang dibeli kalau ngga salah seharga 36rebu di play store. lupa.

setelah selesai challenge run for donation itu, saya tidak pernah lagi memakai endomondo. kembali ke nike+ hingga akhirnya saya pakai tracker baru di jam tangan garmin FR 225. bagusnya garmin, bisa langsung terhubung ke nike+ dan beberapa tracker lain. jadi hingga saat ini, jarak tempuh lari saya masih aman terkumpul :))


nanti untuk garmin FR225, akan dibahas terpisah lah ya, karena kayaknya memang musti review gear itu :D

selain yang disebutin di atas, banyak kok aplikasi lainnya yang bisa didownload secara gratis di apps store. ada strava, ada gipis (yang porsi training course nya lebih manusiawi dari nike+) dan banyak lagi. karena saya hanya pernah pakai 3, entahlah bagaimana fitur yang lain-lainnya. kalau mau serius lari, mungkin bisa dicoba-coba. saya mah cukuplah dengan nike+ dan garmin, sudah bahagiaaaaa..

Monday, November 30, 2015

run for dummie : sepatu


kalau dipikir, kayaknya blog ini memang tidak akan jauh-jauh dari lari, drama jepang/korea dan dapur. ya karena memang setiap harinya ngga jauh dari situ. plus lagu-lagu melankolis di 8tracks. hahaha.

jadi, mari menulis lagi tentang lari. lari dengan pengalaman, bukan dengan pengetahuan. karena anaknya malas baca-baca hingga akhirnya cidera, atau baca ketika perlu saja :D 

lari ini kayaknya hampir semua orang bisa melakukan, olahraga paling gampang. ngga gampangnya hanya soalan mengalahkan diri sendiri untuk bisa bangun dan memulai. bahkan ya, pelari macam casper (oyeahh...dulu pas SMP dipanggil casper krn gaya lari yang culun! dan kayaknya sampai sekarang juga masih -__-) tetap bisa lari. entah untuk 50-100 meter hingga sampai 5 kilometer. dan untuk hal ini, saya mengamini iklan Nike terbaru"Anyone can be a runner. All you have to do is start running."

cuman untuk teman-teman yang baru mulai lari, saya selalu bilang, "pakai sepatu lari." 

sepatu lari adalah satu-satunya alat yang diperlukan untuk olahraga ini. saya ingat betul kata dr. Andy dari ISMC ketika saya cidera, sepatu adalah investasi. karena lari adalah olahraga yang sifatnya endurance, pastinya akan dilakukan dalam waktu yang relatif lama. kesalahan kecil jika diabaikan dan dilakukan terus menerus dalam jangka panjang, bisa menjadi kesalahan permanen yang bisa menggerogoti seluruh hidup kita. halah. sama lah dengan segala logika bodoh jaman pilpres. #eh

untuk kaki normal dengan arch yang tidak terlalu tinggi sekaligus tidak rata, sebenarnya bisa pakai sepatu merek apa saja dengan harga berapa saja, tinggal disesuaikan kenyamanannya. arch adalah lekukan pada telapak kaki kita. jika terlalu rata atau terlalu tinggi, resiko cidera tinggi. bisa sih diminimalkan dengan pemilihan sepatu yang khusus untuk jenis kaki ini. gambaran lebih jelas soal arch ini bisa dilihat di sini. 



dan sepatu lari tidak selalu mahal. ya ada sih yang mahal, tapi kalau kita baik-baik saja dengan sepatu murah asal aman, ya ngga papa banget. toh olahraga ini bukan kompetisi (kecuali sudah yakin akan podium sih :D) , jadi ngga perlu juga berkompetisi soalan merek sepatu. errrr..kecuali kalau situ lari demi race sih, ini yang seringkali bikin tergiur dengan melihat sepatu2 harga jutaan. etapi kalau dari awal mau sekalian beli sepatu yang mahal, ya gapapa juga, apalagi kalau mampu. siapa tahu itu menjadi motivasi untuk makin rajin lari.



jadi, sepatu apa yang dipakai pelari cupu ini? 

sepatu pertama adalah reebok entah seri apa. dulu ngga pernah mikir ini sepatu serinya apa, pertimbangan cuman buat running or trainning. dan karena niatan awal memang buat lari, maka dipilihlah sepatu running. pertimbangan lain adalah model plus warna. dan yang paling penting... harga. hahaha. 

sepatu yang waktu itu dibeli seharga 400rebuan baru dipakai lari sekitar 1 tahun kemudian, karena sebelumnya lari hanyalah wacana. untuk sampai klik pada keputusan harus lari, itupun karena tekanan angka di timbangan. reebok ini tangguh, baru lepas sol nya beberapa bulan lalu. meski sebenarnya ukuran sepatu lari bukan pada waktu, melainkan kilometer. bantalannya juga empuk, dan ringan (belakangan baru tahu kalau ngga bagus juga sepatu lari yang terlalu ringan..) yang ngga enak dari sepatu ini adalah ujungnya yang menyempit, sehingga ruang antar jari-jarinya terbatas. lebih dari 5K, jari-jari kemungkinan lecet. tapi di awal, jangankan sampe 5K, 3K lari terus aja syukur banget. 

hingga akhirnya sepatu reebok ini rusak, belum pernah beli lagi merek ini. pertimbangannya lebih karena model, entah kenapa reebok sekarang ke-nike nike-an, dengan warna gonjreng dan sol yang aduhai hebohnya. padahal dulu paling suka beli sepatu mereka ini karena desainnya yang minimalis. 

begitu agak sering lari, akhirnya beli sepatu lari lagi. pembelian kedua masih belum pinter juga. harga masih jadi petimbangan utama. dan dengar dari beberapa teman yang rekomen merek ini, akhirnya belilah League. 

League 1,5 tahun lalu kayanya belum sebanyak sekarang modelnya. masih sangat terbatas, dan makin terbatas jika punya budget yang terbatas. hahahaha. sepatu itu dibeli di pasaraya grande, 249rebu saja. meski lumayan murah dari harga, tapi soal kenyamanan sepatu ini nyaman banget. ujungnya yang lebih besar membuat jari-jari mendapat cukup ruang sehingga sirkulasi udara lancar, dan meminimalkan lecet kalau dipakai lebih dari 5K. konon karena pabrikan league dulunya mengerjakan nike (entah ini benar apa ngga) , maka kualitasnya bisa lah di andalkan. 

sepatu itu bertahan hingga 100K lebih, dan seharusnya bisa bertahan lebih lama kalau ngga diembat pencuri. huks. meski harganya ngga seberapa, tapi sakit hati juga. apalagi hilang ketika lagi enak-enaknya. macam putus hubungan pas lagi mesra-mesranya... 

dengan kenyamanan dan harga dari league ini, saya selalu merekomendasikan ke teman-teman kalau mau cari sepatu lari yang murah dan nyaman. apalagi sekarang modelnya juga sudah lumayan banyak dan bagus-bagus. beberapa bulan lalu saya beli lagi model lainnya, sepatu yang saya pakai untuk race pertama. 

nanti deh, kapan-kapan saya akan review 3 sepatu lainnya yang dipakai hingga saat ini, yang dibeli dengan agak serius, dengan mempertimbangkan ini itu. setidaknya, ngga melulu soal hargaaa.. :))

tapi memang, sepatu untuk lari, terlepas dari harganya berapa, haruslah sepatu lari. karena maunya lari untuk jangka lama kan? sampai 40 tahun - 50 tahun - sampai ubanan (errr..ini sih saya sudah!)? karena itu baiknya tidak menyepelekan perangkatnya. toh ngga seribet kalau mau renang misal, atau olahraga bola, atau semahal golf. jadi yaaa, urusan sepatu, memang sebaiknya jadi prioritas. investasi, biar ngga cidera ;)