Friday, April 13, 2007

tentang kerinduan

: ini adalah tentang, suatu masa yang tak mungkin terkembalikan.

hari ini aku menggila. berbaris baris kata termuntahkan dari kepala tanpa aku mampu menghentikannya. tapi tetap saja, segala tanya tak berhenti sudah, jusru semakin berlari liar kurang ajar. menusuk nusuk setiap lubang yang masih tersisa dan menyumbatnya sedemikian rupa. menyumbat dengan tanya yang hanya semakin menyisakan lubang menganga. dan deretan huruf tak sabar untuk dituliskan, yang ada hanya menyisayakan ingatan yang timbul tenggelam.

lalu kukatakan pada temanku, mungkin aku sedang hilang diri. kebingungan menggenggam akal dan tak tau musti kemana harus berlari. ah, bukan berlari. bahkan akupun tak tau apa yang harus aku lakukan. lalu temanku itu terbahak lebar ketika kutanyakan, apa yang harus aku lakukan? katanya, itu adalah pertanyaan bodoh sepanjang sekian masa dia mengenalku. bodoh, ya memang aku bodoh.

aku ingin merindu tapi entah siapa yang bisa kurindu. sedang aku tau pasti, merindu tanpa bisa bertemu itu seperti sajak yang pernah kukirmkan ke seorang teman beberapa hari lalu,

an,
sebenarnya sudah kujaringkan tetestetes hujan yang jatuh barusan
tapi enggan kukirimkan
bukan karena ku tak tahu apa itu kerinduan
tapi terlalu menyakitkan, jika tak bisa melihatnya sebagai kenyataan

mungkin seperti kenangan
yang memenuhi ruangruang sempit pikiran
segaris tipis berbatas harapan
seperti jatuhnya hujan, pada tanah becek, menit kesekian.


seperti itulah merindu. seperti ketika kukhayalkan masa kecilku. dengan ibu cantik dan kakakkakak perempuan yang menawan, sedang aku merasa seperti itik buruk rupa. kuingin menggulung waktu, menelan menitmenit dalam sekali tegukan, karena kutahu, perempuan ketika menjadi dewasa, pastilah akan mempesona. tapi ternyata semua tak seindah ketika aku menghayalkan seorang pangeran tampan tak lagi berkuda datang dengan sebuah kecupan. yang ada, semakin lama sebuah perjalanan, semakin banyak goresan dan luka yang tertorehkan. entah akhirnya tenggelam oleh keadaan, atau menyisakan bekas untuk dikenang sebagai ingatan. dan kini ingin kurindukan, sebuah kepolosan.

aku juga sedang galau. berbalik balik lewat tengah malam tapi tak sedetikpun mata terpejam. lalu kududuk lagi, menyeduh secangkir kopi. kopi membuatku hangat. seperti menuangkan rentetan kejadian ke selembar slide show, dimana aku terduduk diam di kursi penonton. setidaknya itulah aroma kopi. mengingatkanku akan si ini yang suka kopi begini, si itu dnegan racikan kopi begitu, dan si anu, yang entahk tak lagi kutau dimana dirimu. dan sepengal sepotong wajah hanya datang dan berlalu.

lalu pikiran melayang ke seorang teman. yang berjanji membelikanku seperangkat alat telepati, tapi bisakah itu membayar rindu yang telah kukirimkan untuk setiap inchi. ah, inginku hanya tinggal serupa ingin. seperti ketika ku ingin kayuh sepeda tua bapakku menyusuri pinggiran sawah yang tak jarang membuatku terjerembab pada tanah becek parit padi karena sepeda itu terlalu tinggi. seperti ingin aku bisa berlari meninggalkan sebuah kesenangan yang seperti jeruji mengungkungku lebih tinggi. tak ada yang salah, hanya kadang seirngkali aku merasa tak seharusnya aku disini. seperti inginku pulang pada tanah kelahiran, bercengkerama sore hari dengan berteman pisang rebus dan mesra senyuman yang tak terkatakan. aku rindukan kenangan.

6 comments:

Anonymous said...

aku terbiasa merindu..kenapa tak kau tanyakan padaku rasanya?
mungkin lebih gampang daripada kau bertanya tentang pengkhianatan atau dress code back to nature....

Anonymous said...

ssttt.. tak usahlah kaw kata itu, nona.
bulan depan aku akan hadir dengan rok dari rumbai rumbai akar beringin dan berbaju tank top dari daun pisang serta mahkira dari bunga2 liar.. hihi

Anonymous said...

tapi tuhan akan kupaksa
untuk terus mewujudkan semua
pertemuan-pertemuan & asa

meski sadar setahu-tahuku
kenangan telah tergembok waktu
aku, kau, kita dulu disitu

melintas, meloncat,teriak
tapi kita tak dapat meringkusnya
kita terlalu perkasa bagi masadepan
kita terlalu lemah bagi masalalu


*

sudah kucatat & kusimpan sajak yang kau kirim di email itu. aku hanya menjawab, biarlah tuhan akan kupaksa untuk mewujudkan kerinduan-kerinduan anak semua bangsa, pada hujan, pada hijau, tanah dimana mereka dulu merampungkan masalalu. kita masih terlalu kuat untuk masadepan yang gemilang.

engkok nek nang bali, ajak dulin sak pol'e... pisan aku yo kangen pare. kau juga tahu, kenangan meringkusku disitu.

Anonymous said...

waduh! yg komen pake bahasa yg keren2. aku ga jadi komen deh, wi. minder duluan, hehehe...

Anonymous said...

*pasang komen katro gak mutu ah...*
kalo rindu ya pulang to nduk, tapi ini malah males pulang. itu rindu cuma angan aja atau gimana?
kalo ga ada niat untuk ngobatin mah sama aja boong, go fight for it... huehuehuehaha, apaan sih gw????

me said...

rindu itu, mengapa kadang terasa sangat melelahkan dan tak akan pernah tergapai?