Monday, June 04, 2007

tentang keresahan

dan ketika aku bertemu kamu, aku sadar, aku bertemu dengan wanita yang tercipta dari tempaan hidup. yang sepertinya tak memerlukan satupun hal yang kurang, sehingga akupun tak tahu, di bagian mana aku harus melengkapimu.


ada beberapa hal yang mulai membuat saya resah belakangan ini. kesendirian untuk menjalani kehidupan yang sudah lama berjalan, mulai terusik. keyakinan keyakinan, bahwa saya akan terus menjadi muda, mulai terbentur dengan realita. tak bisa dipungkiri, bagaimapun umur saya bertambah. ya, secara harfiah memang saya sudha mulai menjadi tua. tapi saya tak pernah merasa, sungguh. saya masih gemar bermain main, saya masih gemar berlarilarian, bahkan saya masih gemar untuk kluyuran. seperti layaknya yang dilakukan anak anak muda. setidaknya sama denga apa yang saya lakukan ketika SMA, delapan atau sembilan tahun lalu. tak banyak berubah, masih seperti ituitu saja. dan saya pun masih suka untuk terus mempertanyakan kenapa, lalu membuat pemberontakan kecil kecil terhadap keadaan, dan mulai berfikir, tak seharusnya saya ada disini dan begini. lalu mulai melawan lagi, mulai perjalanan lagi.

bahkan seorang teman mengatakan, saya ini gemar mempertaruhkan perasaan. dan saya tak juga lelah untuk berpasrah pada kenyamanan. intinya, saya tak juga merasakan lelah yang benar benar lelah sehingga mampu membuat saya berfikir cukup, sampai disini saja. lalu membuat saya memilih untuk menjalani hidup dnegan cara orang kebanyakan menjalaninya. tak usah menghabiskan waktu berlama2 dnegan pertanyaan kenapa, pemberontakan atas keadaan atau penghianatan pada kenyataan. jalani saja semua dnegan sewajarnya, jika kewajaran manusia adalah lahir, menikah, punya anak, mati. saya tidak sedang mencari bentuk ideal, karena memang bentuk ideal hanya ada di idealisme saja. pun saya tidak sedang mencoba melawan takdir, karena saya tidak pernah tau takdir saya apa, kecuali saya terlanjur lahir di dunia, dan entah kapan saya akan mati. saya hanya sedang mencari kehidupan, kehidupan yang benar benar hidup. meski mungkin nanti, ternyata pada satu titik akhir yang membuat saya tak bisa memutar balik masa lagi, saya menemukan ternyata seluruh waktu dan hidup saya hanya berisi upaya omong kosong, niscaya saya tak akan menyesalinya. karena begitulah hidup buat saya.

tapi, telepon dari bapak beberapa waktu lalu mulai membuat saya memikirkan hal lain. ternyata saya ini memang tidak bisa egois. toleransi adalah intoleransi. dan saya dikelilingi oleh orang orang yang masih peduli, atau lebih tepatnya, orang orang yang juga saya pedulikan. saya tak bisa berfikir buruk atas kebaikan yang terlontarkan oleh bapak lewat kata kata. seperti pesan biasanya, hanya saja diikuti oleh semacam peringatan, mulailah memikirkan diri sendiri nduk. temukanlah lelaki yang baik, yang kelak akan membahagiakanmu.

katakata singkat, pesan sederhana atas kepedulian, sekaigus seperti sebuah bumerang. memikirkan diri sendiri, dan menemukan lelaki baik hati. hm, bukankah itu adalah dua hal yang saling bertolak belakang. iyah deh, kamu boleh mengatakan bahwa aku adalah wanita yang takut komitmen, bo! tapi sesungguhnya bukan komeitmen yang aku takutkan, melainkan ikatan. normanorma tak tertulis yang mengekang pergerakan, atau menyumpal teriakan. tapi tak pernah ada yang salah. seperti yang pernah seseorang tuliskan, ketika perempuan menginjak usia duapuluhlima, makan keperempuaannya dipertanyakan. akan di jejali dengan pertanyaan pertanyaan kapan menikah, cepatlah menikah, hiduplah dengan mapan, dan selanjutnya ketika sudah menikah dipertanyakan kapan punya anak, dan lain lain. sayapun tak hendak menyangkalnya, karena memang begitulah fakta sebagian besar masyarakat kita. dan sayapun, tak hendak menentangnya, hanya saja, saya juga tak ingin menyerahkan begitu saja hidup saya ke tangan norma kebanyakan dan nilai kewajaran. saya tak ingin menjalaninya karena saya harus menjalaninya. dan yang terpenting, tak ingin menjalani semuanya dengan siasia.

**terima kasih untuk obrolan malam. dan janjijanji yang belum terbayarkan. kutunggu sampai kamu mampu mengejarku, dan kita bisa berjalan beriringan. sampai entah.

11 comments:

Anonymous said...

berteman dengan kamu yang tak pernah wajar mempertanyakan hidup, sungguh pengalaman yang menarik. sekali lagi jangan kau pertaruhkan hatimu

besok lebaran depan aku ke rumahmu dan kamu kerumahku biar orang tua kita smakin heboh dengan urusan anak perempuannya.

Ranny said...

wiw mbakkk hmmm speachless dah..ikatan..yakinkan hati mbak..indah kok jika kita jalani bersama..smoga dia bisa mengejar mbak yah :)
met kenallll

Anonymous said...

dan dia mengatakan kalau kau mempertaruhkan hatimu sedang aku dikatakan masi *agak* normal walaupun mau juga menunggu...

ahhh....

Anonymous said...

hmm...

masih dewi yang dulu, yang menikmati kata-kata seperti dia menikmati hidupnya

pa kabar bu? ^_^

Anonymous said...

stidaknya yg dijalani tdk pernah sia sia, ah buw aku rindu perbincangan ngga mutu kita tp keren itu..
dakonan yuk?

Anonymous said...

Sebenarnya, kebebasan itu sendiri apa sih?

rinnie said...

Yup, pertanyaan yang sering merongrong saat usiamu mulai menginjak 25 "kapan nikah?" Menurutku itu adalah jalur yang harus dilalui oleh setiap orang.. begitu juga dengan aku wi..

so, kapan nikah wi?
:P

Anonymous said...

kapan nikah?
udah nemuin pasangan yang cocok?
kapan undangannya dikirim?
kapan rencana punya anak?
kapan...?

karena manusia makhluk sosial, maka diapun harus merelakan sebagian cerita hidupnya diatur orang lain :)

kalo gak suka, ya jawab aja bulan may... may be yes may be no

Anonymous said...

paranoia sama komitmen...??
hehehehe....lucu deh dirimu

Anonymous said...

pengen melu dakonan (apa siiiiih??)

boit said...

seperti teman saya pernah bilang, lakukan untuk dirimu sendiri, bukan untuk orang lain.
orang lain cuma bisa bicara, tapi kita yang ngejalanin semuanya.. :D