apa keinginanmu yang paling absurd?
seorang teman tiba-tiba bertanya. terkaget-kaget, sekian menit kemudian saya menjawabnya, "barista."
lalu saya ingat beberapa waktu lalu, ketika itu saya masih muda, jauh lebih muda dari saat ini tentunya. masih sangat perkasa untuk menjelajahi setiap sudut denpasar dengan motor butut merah, berhenti dimanapun ingin berhenti. entah hanya untuk meminum secangkir kopi, membaca buku, atau hanya untuk duduk terbengong-bengong dengan pikiran kosong.
saat itu istilah ababil belum ngetrend seperti sekarang. jika saja dulu sudah ngetrend, saya adalah salah satunya. dari kelabilan itulah saya akhirnya melamar pekerjaan di sebuah kedai kopi di daerah renon. sore hari, sepulang saya dari kantor. hanya untuk memenuhi ambisi absurd, dan naif. saya ingin menghadirkan kopi dengan sesendok perasaan.
kenangan saya dengan kopi seperti sebuah rak dengan partikel-partikel di setiap lacinya, yang menyimpan ingatan dengan orang-orang yang berbeda. setiap orang datang dengan cerita yang tak sama, menjadi manusia-manusia yang istimewa. yang membuatnya berkesan, pertemuan saya dengan mereka tak pernah terlewat dari segelas kopi. entah kopi tubruk, cappuchino, espresso atau, segelas kopi krim sachetan.
saya membayangkan, akan sungguh menakjubkan bisa menghadirkan apa yang saya rasakan ke dalam sebuah kopi, seperti membagikan perasaan. membagikan kenangan, membagikan ingatan.
lantas, apakah akhirnya saya bisa melakukannya?
beberapa hal terkadang tak berjalan sesuai apa yang kita inginkan. dan begitupula saya dan proses untuk menjadi barista. jangankan untuk membagi perasaan, pemilik kedai kopi tempat saya bekerja sekian hari itu tak mengijinkan saya memegang mesin kopinya. terlalu mahal untuk hanya dirusakkan oleh pegawe trainning spt saya. mungkin karena dia tak melihat betapa besar cita-cita saya. :D
lalu, sekian hari dan saya mulai bosan. saya tak cukup gigih untuk memperjuangkan apa yang saya ingin lakukan. saya mengundurkan diri. tapi saya tetap membuat kopi, tetap bereksperimen dengan peralatan barista sederhana, panci atau coffee press. tapi saya tetap mencoba idealis, saya mencampurkan sesendok rasa.
apa rasa kopimu hari ini?
No comments:
Post a Comment