"pagi. segelas teh hangat. teras rumah. udara segar. martabak manis rasa coklat + keju. chillout collection. sepi."
Dewi meninggal semalam. Dan jenazah akan dikirim ke Kediri siang ini.
Sender : +6281747373xx
xx-xx-xxxx
pernah berfikir tentang kematian? pernah menghayalkannya? yeap, i just did it. tadi pagi. disela2 jam bengong saya. kok tiba2 kelintas, dan pengen berkhayal tentang kematian, kematian saya. bukan saya ingin mendahului takdir, atau sok tau dan sok pengen mati *apa coba?!?!*. saya yakin, seyakin yakinnya, klo bukan hanya saya yang pernah berkhayal tentang kematiannya sendiri.
dimulai dengan pesan singkat. yah, saya berkhayal, pesan itu dikirimkan sahabat saya yang satu, ke sahabat2 saya yang laen.
kematian yang sederhana, tidak menyakitkan, death smoothly. tidak ada luka, dan nyawa saya terlepas begitu saja dari tubuhnya.lalu terbang, dan saya melihat badan saya seakan tertidur tenang, dan tersenyum. yah, saya ingin mati dengan tersenyum, biar tetep kliatan manis, he he
lalu mengkhayalkan reaksi orang2 yang mengenal saya. apa yang akan mereka lakukan jika mereka terima sms itu ya? mungkin reaksinya akan begini :
reaksi pertama, terbengong2, lalu klik keatas - kebawah, baca ulang sms nya, lalu klik no, masuk inbox lagi, trus klik read message, trus baca lagi, baca lagi dan baca lagi.
reaksi kedua, terbengong2, baca sekali lagi, trus menangis darah, meraung2, sampe ngesot2.
reaksi ketiga, cepet2 klik no [ga pake terbengong2], trus klik open inbox, trus read message, dan pingsan!!
reaksi keempat, garuk2 kepala, sambil nyelethuk "eh, Dewi itu yang mana yah?"
okay, enough. itu tak terlalu penting. paling2 sahabat2 saya itu segera akan melupakan nya. and life goes on as usual.. bangun pagi, ngerokok buat yg ngrokok, ngopi buat yang suka kopi, berangkat ke kantor buat yg kerja kantoran, beranjak ke tempat tidur lagi buat yang pengangguran, dan yang laen, terlalu ribet untuk disebutkan.
lalu pikiran saya terbang ke kedua orang tua saya. DAMN, i can made any joke of my death, but not for them!!! lalu saya merasa sedih, krn saya tahu orang tua saya pasti akan sedih sekali klo saya mati. saya mungkin tak terlalu peduli dengan kesedihan orang laen [jika ada] atas kematian saya, tapi saya sangat peduli dengan kesedihan orang tua saya. kematian mas heru 4 taon lalu saja menyisakan kesedihan yang tak ada akhirnya, apalagi klo harus ditambah dengan kematian saya. lalu perasaan tak rela itu muncul, -perasaan tak ingin membuat orang tua sedih-.
dan khayalan itu berhenti. saya tak berani melanjutkannya. saya tak berani menghayalkan betapa sedihnya orang tua saya. saya tak berani menghayalkan mereka, saya tak berani menghayalkan kematian itu lagi..
lalu saya beranjak, berlalu dari pagi, sambil bergumam, pelan.
"Tuhan, don't take me home now..pls.. I haven't done anything for them yet."
No comments:
Post a Comment