Tuesday, September 19, 2006

tentang cerita senja

hari ini aku akan menemuimu, aku berjanji.

kala itu, mungkin dia baru beranjak remaja. terbentur pada keputusan yang jauh dari kata manja. meninggalkan orang-orang tercinta, untuk sebuah cita - cita. terdampar pada satu tempat asing tanpa sapa. kecuali senja, yang membunuh kesendiriannya.

nanti, sebentar lagi. setelah birokrasi ini selesai. setelah aku terbebas dari penjara berdinding kaca, dengan atasan yang tak henti mencaci maki.

boleh aku menciummu? masih sambil menunduk, perempuan itu tersipu. mencium? tentu bukan di pipi seperti yang seringkali ibunya lakukan. bukan pula di kepala, seperti ketika bapak melepas kepergiannya. bukan, bukan seperti itu. karena rasa lelaki itu berbeda. pipinya bersemu. tak menjawab, tak juga berkata - kata. dia masih mencerna, mencium tanyanya? apa rasa? ah, biarkan saja, mungkin tak perlu kata untuk menjelaskannya. karena rasa ada di dada. dan darah mudanya bergelora. ciuman pertama, senja jadi saksinya.

huh, aku benci ini. benci ketika saat seperti ini harus dijejali dengan laporan - laporan yang harus aku rinci. benci ketika aku tak bisa lagi pergi sesuka hati. waktu terampas, dan kebebasan terempas.

seandainya saja waktu tak menua, mungkin tak perlu dia bekerja. seharusnya hanya 8 jam dia disana. ya, 8 jam, tapi dia mendedikasikan lebih dari yang seharusnya. mengesampingkan hak - hak yang dia punya. tuntutan tanggung jawab, dan apalagi jika tidak untuk uang yang telah menjadi dewa. kekuasaan tak tergoyahkan. dan teriakannya, hanya tertelan senja tanpa melawan.

sabar ya, tak lama lagi. aku tau kamu bisa menemuiku disini, dengan siluet gedung - gedung tinggi. tapi aku tak mau, karena aku hanya ingin berdua saja bernostalgi.

aku tau ini menyakitkan, tapi aku tak punya banyak pilihan. ingin rasanya perempuan itu menutup telinga, dia tak mau mendengar apa - apa. kenapa kita tak bisa hanya bersama, tanyanya. singkirkan saja logika, dan tutup mata pada realita. tak apa kamu dengannya. tak usah bicara tentang keadilan, karena dia hanya percaya rasa. perempuan itu tersenyum, dengan mata berkaca-kaca. terlalu sulitkah dia untuk dicinta? luka, tapi senja mengobatinya.

janji. seringkali kukatakan, jangan berjanji jika tak yakin bisa memenuhi, dan penuhi lebih dari yang dijanjikan. karena itu aku buang jauh rasa peduli.

disini, aku sudah disini. mau kamu apakan momen ini?! kubawakan secangkir kopi dan sepotong brownies untuk berbagi. memagut kenangan dan banyaknya peristiwa yang sudah terlewatkan. pada bangku panjang kita akan berkencan. singkirkan luka, keterasingan masa remaja, ciuman pertama, dan cinta yang tak pernah menjadi nyata.

disini, cukup kita, aku dan kamu, senja yang setia.

6 comments:

Balung Gundul said...

*speachless*
saat ini, aku selalu merasakan kesendirian kala senja tiba. entah kenapa.

Anonymous said...

Bebas !
Dia menungguku disana

Bebas !
Dia masih menungguku disana

Bebas !
Aku yang tak pernah datang

venus said...

sepi?
kamu selalu punya senja berwarna jingga untuk kamu ajak berbagi ;)

Anonymous said...

trus kapan kmu mau menemuiku wik? :)

Anonymous said...

ngga usah repot2 kamu bawa secangkir kopi, kalo kamu pesen kopi di warung saya langsung dianterin blog ini...hehehe...

dewgf said...

bukan tentang cerita kala remaja
bukan tentang ciuman pertama
tapi aq suka dengan...
cinta yang tak pernah jd nyata...