masih terpengaruh pada postingan sebelumnya. satu big question yang belum terjawab :
emangnya rela itu sebuah pilihan juga ya? atau kita tak punya pilihan laen selaen harus rela?
hm, semakin saya mempertanyakan hal itu, semakin banyak jawaban-jawaban yang muncul di otak saya. sayangnya bukan jawaban yang memuaskan. bahkan kadang, jawaban-jawaban yang belum selesai itu pun melayang kemana-mana, mulai ngelantur, dan berubah menjadi khayalan tentang hal-hal yang ga penting. dari rela - luka - perih - obat - ngantuk - mimpi - jalan2 - ke mall - sepatu baru - seorang teman - kopi - "ih, enak kali yah klo ngopi" - kopi krim manis - bla bla bla *halah, makin ngawur* dan akhirnya pikiran itu terputus sebelum saya benar2 mendapatkan jawaban, entah karena tiba2 saya tersadar bahwa saya harus menyelesaikan setrika-an, atau justru terputus karena saya tertidur.
so,
ada yang mau membantu saya untuk menjawabnya??
5 comments:
kadang jawabanpun tidak membawa kita kemana wi. hehehehehehe...
lagian rela itu bukannya soal keikhlasan dan itu unconditional aka ngga perlu dipertanyakan IMHO
eke ngag menjawab kan? selamat penasaran wi, penasaran itu menyenangkan ;)
there're many things that are better to let go.... once pandora box is opened, there's no turning back.
rela adalah bentuk kepasrahan karena sudah ga bisa lagi dimofifikasi atau memang harus begitu, kadang juga sulit dijelaskan.
Kalo udah gini, saya cuma serahkan ke hati (mata hati/kata hati...kata orang tanda-tandanya adalah jawaban pertama yang muncul saat kita sedang bimbang karena suatu hal...)
Pernah nonton 'kiamat sudah dekat"?
mungkin saatnya kamu harus belajar Ilmu ikhlas, ;)
rela kan sama maknanya dengan nrimo. kata mbahku, urip kie kudu nrimo ing pandum? kalo ndak nrimo sih ndak apa-apa, tapi hidup bakalan ndak seimbang/harmonis. jadi rela itu pilihan.
Post a Comment